Semua tentangmu,dan hanya akan kembali ke dirimu.
Waktu bergulir dan itu tak bisa menghapus ingatanku tentangmu. Seperti orang linglung aku menelusuri jalan tempat pertama kali kita bertemu. Kali ini tak ada apa pun,gelap dan sunyi di lorong panjang aku terjatuh dan kau menolongku.
Pertemuan klise seperti di novel-novel romantis, namun kisah kita tak bisa seindah itu.
Hujan rintik mulai membasahi aspal, malam makin larut dan aku masih di sini, menunggu. Berharap kau datang dan menampakan senyummu untukku.
"Ah, mobilmu datang." Aku lihat dari kejauhan cahaya berpendar dari mobil warna putih yang menuju ke arahku.
Beberapa orang datang, mereka tersenyum dan menyapa ramah.
"Arini, ayo kita pulang." ajak salah satu dari mereka.
Aku terdiam. Gerimis mulai menjadi hujan, membasahi baju dan rambut panjangku. Untungnya salah satu dari mereka baik, memayungiku, membuatku terlindung dari hujan.
Aku tersenyum mengingat romantisme kami di kala itu. Dan dia yang baik, juga memayungiku seperti ini.
Aku semakin merindukannya.
"Arini, ayo pulang. Arka sudah menunggu di rumah." wanita berbaju putih itu kembali memintaku berdiri.
"Ayo Arini, kalau tidak cepat pulang, Arka keburu pergi" yang memayungiku ikut bicara.
"Arka.." aku tersenyum menyebut namanya.
Nama yang aku ukir dalam hati, nama yang aku sebut diam-diam dalam doaku.
Kedua orang itu memapah sambil tetap memayungiku. Padahal mereka tak perlu melakukan itu, sebab aku telah basah kuyup dari atas sampai bawah.
"Kau tertawa Arini?" wanita berbaju putih dan selalu ramah padaku itu bertanya saat aku sudah naik ke mobil.
"Iya." jawabku sambil tersenyum lebar.
Kedua orang yang kini telah duduk di samping kanan dan kiri ku itu saling pandang.
"Aku senang akhirnya bisa bertemu Arka." aku tersenyum sumringah dengan hati berbunga.
.
"Ramai-ramai ada apa, Bu?" tanya seorang penarik becak yang kehujanan dan berteduh ke sebuah warung angkringan.
"Itu si Arini. Kabur lagi dari Rumah sakit Jiwa." si empunya warung menjawab.
"Kasihan... masih muda, cantik. Tapi jadi gila gara-gara cintanya nggak di restui." penarik becak itu geleng-geleng sembari menatap ambulan yang melintas di tengah guyuran hujan.
-Semarang,14 Juli 2021-