KESEMPATAN

15 6 1
                                    

BRUUKK!

Aku meminta maaf,sembari ikut memunguti belanjaan milik wanita yang tak sengaja aku tabrak di sudut Swalayan.

"Gavin?" ia memanggil namaku.

Aku kaget dan mengangkat muka.

"Ingat aku nggak? Fara." ia menunjuk dirinya sendiri.

Sejenak aku perhatikan wanita tanpa make up dengan rambut panjang yang tergelung sederhana itu.

"Kita 3 tahun sekelas lo saat SMA." ia mencoba mengingatkan

Mana mungkin aku lupa. Ucapku dalam hati.

Setelah selesai memunguti belanjaan,berbarengan kami berdiri.

"Apa kabar,Fa?" Tanyaku.

Wajahnya terlihat cekung,namun matanya berbinar memandang.

"Baik,Vin." Ia tersenyum.

Jumat sore yang mendung.Pertemuan tak sengaja kami setelah hampir 7 tahun berlalu.

Aku yang dulu pasif dan hanya bisa mengagumi diam-diam,tergelitik untuk mengetahui kabar Fara.

Walaupun aku yakin,dia sudah menikah.Dan itu terlihat dari barang belanjaannya yang berupa pampers,susu dan makanan bayi.

Ketika aku kebingungan mencari alasan agar kami bisa lebih lama mengobrol,mendadak hujan turun.

Aku beruntung. Dalam hati aku melonjak gembira.

"Tadi panas banget,sekarang mendadak hujan." Fara mengeluh,begitu kami duduk di salah satu restoran cepat saji yang berada di dalam gedung swalayan.

"Global warming ,Fa." Aku menjawab asal.

"Iya juga ya," Ia membenarkan. "Dulu aku tak percaya es di kutub bisa mencair.Tapi sekarang...uuhh.." Fara geleng-geleng kepala.

Aku hanya terkekeh.

Dari dulu,Fara memang paling gencar tentang isu perubahan iklim.

Dia akan ngomel-ngomel tak jelas,ketika tak sengaja melihat berita tentang hutan Kalimantan yang di tebang dan di ganti sawit.

Dia juga akan menangis melihat hewan liar yang cacat,kurus dan tak terurus di pinggir jalan atau pasar.Lalu membawa pulang dan di marahi oleh orang tua nya.

Kadang Fara memang terlihat konyol.Tapi bagi orang yang paham dan mengenalnya,dia adalah perempuan baik dan berhati lembut.

"Vin?Gavin?Hei.." Ia menguncang tanganku.

Aku kaget.

"Diih..di ajak bicara malah melamun." Dia pura-pura marah.

"Aku dengarkan kok." Aku hampir tertawa melihat wajah sebalnya yang menurutku lucu.

Ah Fara,waktu 7 tahun tak bisa mengikis rasa cinta ku padamu. Aku memandang sendu ke arahnya.

Hal-hal seperti ini yang membuatku menyesal,dan kadang berpikir,andai saja dulu aku berani mengungkapkan perasaanku.Akan jadi seperti apa kita sekarang?

Selama 7 tahun aku mencoba menjalin hubungan dengan beberapa wanita.Namun hanya sosok Fara yang ku kejar. Pada akhirnya,aku hanya bisa menyakiti wanita-wanita baik yang mencintaiku.

"Aku memang membosankan dan aneh."
Ucapan Fara,membuatku seketika melihat ke arahnya.

Fara merebahkan punggung ke kursi dengan wajah sedih,membuat ku tersadar,jika rautnya terlihat lelah dan pucat.

"Siapa yang bilang membosankan dan aneh?" Tanya ku sedikit kesal. "Aku mendengarkan. Dan bagiku,kau tidak membosankan,apa lagi aneh." Aku tak habis mengerti.

MUKADIMAH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang