24. Utusan Yang Lain

12K 1.4K 42
                                    

"Saya pikir, Anda akan datang kemari bersama Tuan Muda Jung?"

"Sayangnya beliau memiliki pekerjaan lain yang harus diselesaikan. Apakah menurut Anda kehadiran saya di sini kurang representatif untuk mewakili Junghwa?"

Lelaki paruh baya tak seberapa tinggi yang menjabat sebagai manajer umum di lokasi pembangunan taman bermain itu seketika memucat.

Konon kabarnya, seorang direktur keuangan di salah satu anak cabang perusahaan Junghwa pernah dipecat oleh Jung Boa karena sudah bersikap tak sopan dan meremehkan kemampuan asistennya. Cerita itu entah siapa yang memulai namun terus saja menyebar dan diam-diam telah menjadi semacam legenda, dan menjadi acuan tak tertulis tentang bagaimana orang-orang harus bersikap kepada pemuda ini. Kebenarannya tidak terlalu bisa dipertanggungjawabkan tapi yang jelas, sang manajer mana mau mengalami nasib yang sama?

Manajer yang tadinya sekalipun belum pernah bertemu Taeyong, sempat berpikir bahwa dirinya akan menemui lelaki tua yang angkuh dan menjengkelkan karena menganggap dirinya sebagai orang penting. Yang datang kepadanya, justru seorang pemuda manis yang sopan dan jauh lebih cocok menjadi keponakannya.

"Tentu saja kehadiran Asisten Lee seorang sudah lebih cukup dari yang diperlukan."

Dan itu tadi adalah percakapan di awal pertemuan mereka tiga hari yang lalu. Sekarang mereka baru saja selesai mengadakan pertemuan terakhir dengan utusan dari pemda setempat.

Manajer umum menyukai cara kerja Asisten Lee dan merasa senang karena pemuda inilah yang dikirim kemari oleh kantor pusat.

"Tugas Anda sudah selesai hari ini, apakah Anda akan langsung kembali ke Seoul?" tanya sang manajer.

"Saya belum tau, di sini indah sekali. Rasa-rasanya berat untuk cepat-cepat pulang."

Manajer itu tertawa. "Jika Anda masih ingin berada lebih lama di sini, jangan sungkan untuk menghubungi saya. Istri saya akan sekali jika Anda mau berkunjung."

Taeyong tersenyum senang. "Terima kasih, manajer Hong. Anda baik sekali."

Taeyong membungkuk sopan ketika mereka berdua juga beberapa orang yang tadi mengikuti pertemuan saling mengucap salam. Dan berpisah dengan saling melambaikan tangan.

Taeyong tersenyum kecil. Bukankah sikap dan perlakuan orang-orang itu terlalu baik pada utusan ilegal seperti dirinya?

Hotel tempat pertemuan tadi terletak tepat di tepi pantai. Berjalan kaki beberapa puluh meter saja, sudah bisa merasakan pasir juga empasan lembut ombak laut.

Taeyong memutuskan berjalan kaki sebentar menikmati angin sore di pantai Jeju yang sejuk. Dilepasnya dasi kemudian dia masukkan saku kemeja, dan menggulung lengan hingga ke siku. Kakinya mulai melangkah perlahan menyusuri tepian pantai berpasir, dan bersyukur karena memilih tak mengenakan jas hari ini.

Lama sekali pemuda itu hanya berdiri diam menatap laut, membiarkan angin menerpa wajah dan mengacaukan helaian rambut cokelatnya. Pemuda itu benar-benar terlihat menikmati kesendirian yang terasa damai dan menenangkan. Hingga kemudian ponsel di saku celananya bergetar.

"Tuan Muda, Anda ada di mana? Apakah pertemuannya belum selesai?"

"Sudah selesai, hyung, tapi aku ingin berjalan-jalan sebentar di pantai. Ada apa?"

"Kami baru saja selesai memasak. Segeralah pulang."

Taeyong tersenyum ketika menutup telepon. Menoleh sekali lagi ke arah lautan sebelum melangkah ke arah jalanan dan mencari taksi untuk mengantarnya pulang.




•||PLATINUM||•




Banyak hotel bagus di Jeju namun Taeyong justru memilih menyewa sebuah rumah kecil di kawasan Jocheon sebagai tempat menginap. Tempat itu sepi dan tenang, tepat seperti apa yang dia butuhkan. Dan terasa seperti kenyamanan paviliun mungilnya di lingkungan mansion Jung.

PLATINUM (jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang