34. Peringatan

12.7K 1.4K 52
                                    

Sebagai direktur rumah sakit, dokter Kim Seonho sebenarnya sudah tak terlalu banyak menerima pasien umum lagi karena pekerjaan manajerialnya sebagai direktur terkadang cukup padat dan menyita tenaga. Pasien yang masih dia tangani biasanya adalah pasien pada kasus-kasus pembedahan. Namun, ketika sudah berhubungan dengan keluarganya, prioritas itu akan berubah.

Beruntung Seonho tak sedang berada di ruang operasi ketika Jaehyun membawa Taeyong kembali ke Kangsan Medical Centre. Jadi, luka Taeyong bisa segera ditangani.

"Apa yang sudah terjadi?" gumam Seonho ketika melihat luka robek di sudut bibir adik iparnya.

Jaehyun juga Taeyong seketika saling pandang.

"Aku terjatuh dan pipiku membentur kursi." Taeyong menjawab.

Seonho mendengus. "Ini lebih mirip seperti memar akibat tamparan."

Jaehyun juga Taeyong pun seketika saling pandang lagi.

"Obati saja dulu, hyung. Sakit sekali, kurasa memarnya mulai membengkak." Rengek Taeyong berusaha mengalihkan pembicaraan.

Seonho menatap datar sepasang adik iparnya itu, namun dia segera menelepon seorang perawat untuk membawakan obat-obatan yang dia perlukan. Tak lama, perawat itu muncul dan menyerahkan obat-obatan yang diminta Seonho.

Taeyong mendesis nyeri ketika sebuah kompres dingin ditekan ke pipinya. Seonho meminta pemuda itu memegangi kompres  sendiri, sementara dia membersihkan sedikit darah di sudut bibir sebelum mengolesinya dengan salep antiseptik. Dia kemudian juga menunjukkan salep yang digunakan untuk mengurangi memar, dan pereda nyeri yang harus diminum Taeyong.

"Berapa lama ini akan sembuh, hyung?" tanya Jaehyun.

"Satu minggu, kurasa. Tapi dia harus rutin mengoleskan salep yang kuberikan, juga meminum pereda nyerinya."

Taeyong mengangguk paham.

"Untuk sementara gunakan sisi mulutmu yang lain untuk mengunyah, Taeyong. Dan sebaiknya, hindari dulu makanan yang bertekstur kasar dan keras." Lanjut Seonho.

"Harus makan bubur saja tiap hari?" tanya Taeyong.

"Tidak harus bubur, apa saja boleh. Yang terpenting teksturnya lunak, jadi rahangmu  tidak bekerja terlalu keras ketika mengunyah." Balas Seonho.

Taeyong melirik Jaehyun cemberut, masih memegang kompres dingin di pipi. Baru saja dia berniat menanyakan tentang kondisi luka operasi di lengannya, terdengar sebuah suara yang dikenalnya.

"Oppa... "

Tiga orang yang berada dalam ruangan seketika menoleh ketika pintu tiba-tiba terbuka.

"Taeyong, Jaehyun, ada apa kalian datang kemari? Apa ada yang sakit?"

Soojung menghampiri suaminya, mencium pipinya sekilas sebelum fokus pada kompres dingin yang masih dipegang Taeyong.

"Pipimu kenapa, Taeyong?" tanya Soojung lagi.

Taeyong melirik Jaehyun minta pertolongan. Tapi justru Seonho yang menyahut. "Sepertinya seseorang baru saja menamparnya."

Mata Soojung seketika membelalak. "Apa itu benar, Jaehyun? Bagaimana bisa? Siapa yang berani menamparnya?"

Seonho hanya mengangkat bahu tak peduli saat Taeyong mendelik cemberut padanya.

PLATINUM (jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang