32. Tak Bisa Jauh

16.2K 1.6K 108
                                    

"Apa yang kau bicarakan? Bukankah sudah kukatakan, aku sangat menunggu kehadiran bayi ini?"

"Tapi hyung terlihat aneh. Apakah ada masalah?"

"Tidak. Tidak ada. Kau tidak usah berpikiran macam-macam."

Taeyong tak menjawab, menatap suaminya lurus dan menuntut. "Aku tahu ada masalah."

"Bukan sesuatu yang harus kau pikirkan. Aku akan mengatasinya."

"Katakan, hyung, atau tidak usah menemuiku lagi di sini."

Jaehyun mengembuskan napas. Tangannya menyelinap ke bawah selimut dan mengelus perut Taeyong dari balik baju pasiennya. Menatap mata besar yang cantik itu. "Aku akan mengatakannya padamu, tapi tidak sekarang. Kau masih harus banyak beristirahat dan memulihkan diri."

"Apa itu masalah yang serius?" Taeyong masih saja penasaran.

Jaehyun menggeleng dan kembali mendekatkan wajah ke perut Taeyong, menciuminya. "Aku lebih suka menyebutnya menjengkelkan. Meski efeknya ternyata cukup serius."

Taeyong terdiam menerawang masih diliputi rasa penasaran.

"Kalau kau tak mau beristirahat dan tak segera pulih, kau tak akan segera tahu apa masalah itu."

Taeyong cemberut seketika. "Hyung menyebalkan."

"Aku hanya mengkhawatirkan kalian."

Jaehyun lalu menekan tombol memanggil perawat untuk membantu Taeyong mengembalikan posisi ranjang pasien. Sementara itu, dia pamit keluar untuk bicara pada orang-orang yang ada di luar, meminta mereka untuk pulang saja karena ini sudah sangat larut. Dia yang akan menginap.

Dan ternyata Tuan Besar Park juga masih ada di sana. Jadi Jaehyun dengan sopan berusaha mengatakan bahwa mereka belum bisa berbicara saat ini. Lelaki tua itu hanya mengangguk dan mengatakan bahwa memang seharusnya Jaehyun menemani Taeyong saja.

Boa, Soojung, Ten, Youngho juga Yunho kembali masuk ke kamar perawatan Taeyong untuk berpamitan. Dan mengatakan bahwa Jaehyun harus segera memberi kabar jika terjadi sesuatu. Mereka juga mengatakan akan kembali lagi besok.

"Hyung mau tidur di mana?" tanya Taeyong setelah semua orang pergi dan Jaehyun selesai mandi dan menukar bajunya dengan pakaian ganti yang dibawakan pengawalnya.

"Di sana."

Taeyong menatap sofa tiga dudukan yang ada di sudut ruangan. Sudah ada bantal dan selimut di sana. Mulutnya berubah cemberut.

"Hyung tidur di sini saja bersamaku." Pintanya.

"Kau akan sesak jika aku tidur di situ."

"Tidak apa-apa. Aku tidak mau tidur sendiri."

"Sayang, aku hanya tidur di sofa itu, tidak pergi ke mana-mana. Kau bisa tetap melihatku."

"Tapi aku ingin hyung tidur di sini."

"Itu tidak akan nyaman untukmu, kau tidak akan bisa beristirahat dengan baik."

"Ya sudah pulang saja sana. Tidak usah menemaniku. Tidak ada gunanya." Taeyong mendelik kesal pada Jaehyun.

Mau tak mau Jaehyunpun mengambil bantal di sofa, memutari ranjang dan merebahkan diri di sebelah kanan Taeyong. Memindahkan kepala pemuda mungil itu agar berbantalkan lengannya. "Seperti ini maumu?"

Ternyata benar, ranjang rumah sakit itu jadi terasa sesak setelah Jaehyun bergabung. Namun Taeyong tidak terlihat keberatan. Karena pergerakan tubuhnya yang terbatas akibat luka operasi di lengan kiri juga sekujur tubuh yang masih terasa sangat nyeri, pemuda itu hanya bisa berbaring diam. Jadi dia meminta Jaehyun yang memeluknya.

PLATINUM (jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang