Winni tuh penganut aliran uwuu culture technology garis keras, sukanya yang gemes-gemes aja gitu.
Jadi kalaupun ada konflik, nggak bakalan pedes banget kok. Janji deh.
Lagian, emangnya asik kalau nggak ada konflik? 🤔
Maaf, winni update lagi gara-gara pening lihat Tae umbar-umbar aurat kayak gitu 🤒
Kalian pening juga ngga?
********************************"Selamat siang, Nona Choi. Apakah Anda menunggu lama?"
Haeun menoleh, tersenyum kala menemukan Taeyong telah berdiri di depan mejanya. Gadis itu menoleh dan memberi isyarat pada pemuda itu untuk duduk.
"Kau ingin minum apa, Asisten Lee? Kudengar latte dan americano di sini lumayan enak." Tawar Haeun, menyodorkan buku menu pada Taeyong.
Sambil tersenyum sopan, Taeyong menerimanya. "Terima kasih, Nona Choi. Tapi, maaf, saya tidak minum kopi."
"Oh, begitukah? Apa ada alasan khusus?"
"Tidak ada. Hanya saja, lambung saya tidak terlalu tahan dengan kafein kopi."
"Bagaimana dengan teh? Di sini ada teh bergamot dan calendula yang sepertinya bisa kau coba."
"Saya rasa itu lebih baik."
Setelah pelayan yang mencatat pesanan mereka pergi, Haeun kembali tersenyum pada Taeyong. "Apa aku menganggu hari liburmu?"
"Tidak, Nona Choi. Kebetulan saya tidak memiliki rencana apapun hari ini."
"Hm, tidak bisakah kau jangan memanggilku Nona seperti itu? Aku kurang nyaman mendengarnya. Kita tidak sedang berada di kantor Junghwa."
Taeyong menggeleng. "Anda tidak perlu merasa seperti itu, itu adalah hal yang seharusnya saya lakukan."
Diam-diam diamatinya asisten Jaehyun itu. Pemuda ini dengan halus menolak usahanya untuk menghilangkan jarak di antara mereka. Meski sedikit kecewa karena usaha awalnya dimentahkan, tapi tidak apa-apa, pikir Haeun. Asisten Lee mungkin hanya berusaha bersikap sopan dan meletakkan diri sesuai pada tempatnya.
Lalu Haeun mulai mengajak Taeyong ngobrol. Menghindari pembicaraan pribadi tentang Jaehyun juga keluarga Jung, dengan hati-hati dipilihnya topik umum seputar keterlibatannya dalam proyek promosi terbaru department store Junghwa. Taeyong menanggapi dengan antusias. Menilik tampilannya yang cenderung sederhana, wawasan pemuda itu tentang dunia fashion ternyata cukup luas. Barangkali karena sebelumnya telah lama berkecimpung dalam cabang bisnis kecantikan Junghwa.
Pemuda itu lawan bicara yang menyenangkan, sama sekali tidak terasa membosankan, ketika menyimak suara merdunya nan halus menuturkan sesuatu. Jika saja tak ingat tujuan utamanya, bisa-bisa Haeun malah kelepasan ngobrol dan menghabiskan waktu seharian bersama Asisten Lee ini.
Haeun juga mendapati dirinya sedikit merasa iri dengan pembawaan anggun pemuda ini. Hal itu tidak akan membuatnya heran jika saja Taeyong berasal dari latar belakang seperti dirinya. Namun bagaimana bisa, anak lelaki yang tumbuh besar di panti asuhan, justru memiliki sikap alami seperti layaknya tuan muda yang sedari kecil telah mendapat pendidikan terbaik dari sebuah keluarga terhormat?
Ketika tengah asik ngobrol, mata Haeun tiba-tiba menangkap sesuatu di meja yang ada di sudut ruangan. Gadis itu mengerutkan kening bingung.
"Bukankah itu para pengawal Jaehyun?" Haeun tak bisa menahan diri untuk tak bertanya.
Taeyong pun menoleh pada arah yang ditunjuk oleh Haeun.
Sejujurnya, penyamaran pengawal Yoon dan pengawal Nam terbilang bagus. Jika dilihat oleh orang lain, mereka hanya akan nampak seperti dua lelaki biasa yang cukup tampan yang sedang minum kopi bersama. Bahkan tidak ada yang terlihat aneh dengan gerak-gerik mereka. Namun Taeyong segera menyadari bahwa Haeun sudah lama sekali menjalin hubungan dengan Jaehyun. Dan dua orang yang sering disebut pegawai mansion sebagai pengawal terbaik Jung itu, selalu mengikuti ke manapun Jaehyun pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLATINUM (jaeyong)
Fanfic[office AU] [domestic drama] [baku] Lee Taeyong adalah asisten kepercayaan Kwon Boa, ibunda dari Jung Jaehyun. Karena budi baik yang terlalu besar, Taeyong rela memberikan apapun jika Boa meminta. Bahkan jika Boa meminta hidupnya