PEMBATAS '7

72 41 66
                                    

CHAPTER INI KHUSUS TENTANG PENGENALAN KARAKTER AERIN DI 'PEMBATAS'

CHAPTER INI KHUSUS TENTANG PENGENALAN KARAKTER AERIN DI 'PEMBATAS'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 7.
ABIZAERIN PUTRI.

(*)

Aerin dan Metha membawa Delia pergi ke ruang uks dan mengobati luka Delia di sana.

Delia duduk di brankar dan Aerin duduk di depan Delia mengobati dengkul Delia yang luka, sedangkan Metha bersedekap di samping Aerin menatap Aerin dengan ribuan pertanyaan di kepalanya.

"Awshh.." desah Delia saat lukanya terkena alkohol yang di berikan oleh Aerin

"Sakit ya? Tahan sedikit ya,"

"Makasih, ya. Aerin.. udah nolongin aku.." tutur Delia.

Aerin tersenyum. "gue harap lo bisa lebih berani lagi buat ngelawan mereka, lo bisa ko jadi kuat setidaknya untuk diri lo sendiri, Del."

"Gue takut, masih terlalu takut mereka akan lebih parah ganggu gue dari pada ini."

"Semua bentuk pembullyan adalah hal terparah yang ga boleh di maklumi."

Delia menunduk. "maaf."

"Maaf karna aku ga seberani kamu, Aerin." Lanjut Delia lirih

Aerin diam menatap Delia dengan tatapan sendu, benar. Memang tidak semua orang berani melawan para pembully itu dan tidak semua orang kuat seperti Aerin.

"Rin.. biarin dia istirahat dulu, kita keluar yuk." ajak Metha, Aerin mengangguk sebagai balasan.

Setelah berpamitan pada Delia, Aerin dan Metha pergi ke rooftop untuk menghabiskan waktu menunggu Bell istirahat berbunyi.

"Ternyata lo berani, ya." Metha membuka suara setelah keheningan menyelimuti mereka.

Aerin tersenyum lalu tertawa kecil "seharusnya memang seperti itu kan?"

"Pantes lo ga nyerah atau takut waktu sikap gue acuh sama lo." Ungkap Metha. Mengingat betapa keras kepalanya Aerin mendekati Metha kemarin.

Aerin terkekeh kecil. "Gue kenal orang yang lebih dingin dari pada lo, tha." Metha menggidikan bahu tak berniat mengetahui siapa orang itu.

Mengingat kejadian tadi. Saat Aerin dengan lantangnya meneriaki mereka, Metha heran karna para pembully hanya diam bahkan tak melawan saat Aerin melempar tatapan tajam pada mereka.

Metha menatap Aerin. "Tapi... gua penasaran, kenapa cewe cewe tadi diem aja pas lu nolongin Delia?" Siapa saja juga pasti memiliki pertanyaan yang sama dengan Metha saat melihat kejadian tadi.

Aerin tersenyum tipis. "menurut lo, kenapa gue bisa deket sama gerombolan galang? Apa lo liat anak cewe lain yang berani ngatain mereka selain gue?"

Dengan polosnya Metha menggeleng, "lo..? Cewenya galang?" Tebak Metha.

PEMBATAS [ DISCONTINUE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang