Happpy reading
Hope you like it
❤❤❤
_____________________________________________
Bagai superhero yang datang tepat waktu dan entah dari mana, Samudra Atlantis melompat ke kasur dan menjulang di atas Arsen untuk menghajar cowok cap kaki tokek gurun itu.
"Kyyaaa ... apa yang kau lakukan pada pacarku?" teriak bule gundiknya Arsen yang kecantikannya mirip kuntilanak dan yang kewarasannya mirip penghuni sel-sel rumah sakit jiwa.
Suara kamar ini sontak lebih gaduh dari sebelumnya. Ada berbagai macam aktifitas yang tercipta dan sebagian besar adalah jeritan-jeritan melengking. Bebarengan dengan cewek itu, aku berteriak kaget dan refleks mundur beberapa langkah hingga membentur dinding kaca tebal di belakangku.
Mama pun memaki di telepon daring. "Kenapa ada cowok itu di sana, Flo? Kamu ke Singapore sama dia?" tuduh mama.
Aku pun tidak tahu bagaimana bisa Samudra berada di sini. Apakah dia memang ada di sini, atau mengikutiku? Bagian terpenting, apabila kujelaskan apakah mama akan percaya? Sebab penyebabku nertengkar dengan beliau tak lain dan tak bukan adalah Samudra.
Selalu Samudra, dari dulu.
Tak ingin mendebat mantan ratu kecantikan sejagat itu sekarang, aku memutus sambungan telepon lalu mencegah cewek kuntilanak tersebut yang berusaha meraih baju bagian punggung Samudra. Sementara mantan pacarku terus menghantam wajah ganteng dan mulus Arsen.
"Lo apain Nana? Bangsat! Sini lawan gue! Banci! Udah gue duga lo buaya!" teriak Samudra. Tanpa memutus pukulan-pukulannya.
Kudengar para penghuni kamar lain mulai grasak-grusuk. Jelas, mereka terganggu atas kenyamanannya karena kami. Namun, kejadian ini tak terhindarkan.
Samudra itu kalau ngamuk seram dan tidak bisa dicegah siapa pun. Mau kupeluk erat, mau dihadirkan cewek bugil di depan mataya, juga dia peduli setan. Lagi pula, aku tidak ingin menghentikannya menghajar Arsen. Cowok keparat cap daki kuda nil yang wajahnya mulai menunjukkan gejala bonyok itu pantas mendapatkannya.
Beruntungnya undangan pernikahan kami belum tersebar, kendati persiapan sudah 98%. Namun, untuk sekarang, siapa yang mementingkan itu?
Anehnya, aku tidak menangis atau sedih seperti ketika Samudra melontarkanku dengan kata-kata menyakitkan. Atau mama yang menamparku tadi. Meski demikian, Arsen sukses mencoreng harga diriku dan muka keluargaku. Sehingga membuatku meradang.
Karena melamun sebentar, bule cantik ini berhasil mendorongku hingga oleng dan jatuh di tepi kasur.
Masih sambil memegangi selimut agar tidak melorot lalu mempertontonkan tubuh seksi yang penuh tanda merah keunguan, dengan kecepatan tak terduga, cewek itu mengambil lampu tiang di sebelah tirai yang kuduga untuk diayunkan ke kepala Samudra.
Aku berdoa pada Tuhan untuk meminjamkan kecepatan cahaya-Nya sehingga bisa berdiri tegak dan berusaha menendang tangan cewek gila itu.
"SAM! AWAS-ARGH!"
Belum rampung menyelesaikan kalimat peringatan, gerakanku yang tiba-tiba malah membuat kakiku tidak sengaja terbelit kabel lampu yang menjuntai. Akibatnya, gagang lampu lengkap dengan bola pijarnya mendarat lebih dulu di badian belakang kepalaku. Disusul cewek bule itu yang beruntungnya jatuh di kasur.
Aku menjerit ketika bunyi 'brak dan pyar' keras menggelegar dibarengi pecahan-pecahan kaca berhamburan di sekitarku.
Rasanya sakit sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Finished Yet
RomanceCerita ini diikutsertakan dalam kegiatan belajar di Asrama T-FREYA WGA Novellete Project 2021 ••• Florentina Cattleya merasa kehidupannya menjelang pernikahan dengan pria yang dijodohkan orang tuanya bernama Arsen Gafi sangatlah lancar jaya, mirip j...