Happy reading
Hope you like it
❤❤❤_____________________________________________
“Loh, Mbak Flo, kok ke sini? Kata Ibu, Mbak lagi diping—”
“Mama di mana, Mbak?” Dari pintu depan salon, aku memotong perkataan asisten mama bernama Gauri yang sedang merapikan hair dryer di rak depan kaca. Suaraku terdengar lebih ketus dari yang kumaksudkan.
Sejujurnya aku tidak ingin menyasarkan kemarahan yang sedari tadi kutahan pada Gauri. Namun, sangat sulit rasanya menata perkataan serta nada suara tetap pada volume normal di saat kondisi hatiku berantakan.
Tadi, setelah Samudra menghabiskan semua makanan favorit kami, dia mengantarku kembali ke Eleanor’s Decor. Tidak lebih dari lima belas menit, tepat sesuai dengan janjinya. Selalu begitu. Dia tidak berubah, selalu menepati janji.
Lalu tanpa ingin menunda waktu lagi, aku menginjak pedal gas lebih dalam sehingga laju Honda H-RV putihku lebih kencang, membelah kota Jakarta yang lenggang sebab jam berangkat kantor sudah berakhir dari dua jam lalu. Sehingga aku bisa lebih cepat tiba salon mama, pasca melihat Samudra pulang dari kantorku. Karena aku yakin beliau ada di sini. Sumber dari segala sumber Samudra harus berjauhan dariku.
Aku menatap Gauri dengan raut wajah serius, sehingga menjadikan wanita itu takut-takut. Dia cukup mengenalku. Mendapati ekspresiku seperti ini, tentu membuatnya tidak ingin membantahku. “La-lagi di ruangan, Mbak. Barusan kelar ngelayani klien yang pesen baju pengantin. Mungkin sekarang lagi ngerekap permintaan klien itu,” jawabnya gelagapan.
Tanpa banyak cingcong, aku membawa kedua kaki yang menyanggga tubuhku lebih masuk bangunan berlantai dua ini. Melewati beberapa pegawai tanpa membalas sapaan mereka. Lalu berbelok ke pintu ruangan kerja mama yang tertutup rapat.
Aku mengabaikan bayangan omelan mama ketika membuka pintu hitam itu tanpa mengetuk. Mama sedang duduk sambil menulis selalu berpenampilan paripurna bin sempurna itu langsung menjadi sasaran pengelihatanku.
“Kenapa Mama nggak bilang ke aku soal Sam?” todongku. Sebenarnya aku ingin melafalkan kalimat tersebut dengan sopan, tetapi rupanya hatiku yang sakit lebih dulu mengambil alih atitute baikku yang selalu diajari mama.
Dari balik meja kerjanya, Mama sontak mengernyit tidak suka pasca kekagetannya diatasi secara sempurna. “Kamu ini apa-apan sih, Flo? Bukannya diem di apartemen selama pingintan malah ke sini. Dateng-dateng, nggak ngetuk pintu, nyelonong aja dan ngomong ngelantur. Mama nggak pernah ngajarin kamu kayak gitu loh.”
“Ma!” pekikku putus asa. “Kenapa Mama nggak bilang soal Sam? Bisa-bisanya selama ini Mama selalu ngeluh Sam yang ninggalin aku tapi sebenernya Mama yang nyuruh dia ngelakuin itu!”
Pendingin udara rasanya tidak mampu menurunkan suhu mataku yang memanas. Ada potensi air yang mendadak akan muncul dari sana. Lalu tumpah ruah apabila kondisinya tidak sesuai harapanku. Tidak hanya itu, kepalaku berdenyut-denyut sakit memikirkan semua ini. Betapa teganya mama. Yang lebih menyebalkan lagi, mantan pemenang ajang ratu kecantikan sejagat itu tidak ingin mengakuinya.
“Kamu ini ngomong apa sih? Mama nggak ngerti. Udahlah, Flo. Daripada kamu ngaco begini, lebih baik kamu pulang, diem di apartemen sampai hari pernikahanmi dateng.”
Namun, membantah kata-kata mama adalah hal yang paling ingin kulakukan sekarang. “Aku udah denger semuanya dari Sam! Mama yang nyuruh dia ninggalin aku! Mama tega! Mama nggak punya hati! Selama ini aku kelimpungan kayak orang gila akibat ditinggal Sam gara-gara Mama!”
Mama sontak mendelik dan bangkit dari kursi, melewati meja untuk berhadapan denganku. “Florentina! Mama ngelakuin ini demi kebaikanmu! Dia itu pecandu! Jadi Mama yang laporin dia ke polisi.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Finished Yet
RomanceCerita ini diikutsertakan dalam kegiatan belajar di Asrama T-FREYA WGA Novellete Project 2021 ••• Florentina Cattleya merasa kehidupannya menjelang pernikahan dengan pria yang dijodohkan orang tuanya bernama Arsen Gafi sangatlah lancar jaya, mirip j...