SUNGGUH ajaib bagaimana sebuah momen piknik singkat Andrea dan Lucas dapat menjadi penentu yang mempengaruhi hubungan keduanya secara signifikan.
Di waktu bekerjanya, Andrea jadi semakin sering menghabiskan waktu dengan Lucas. Bahkan nyaris di sebagian besar waktu senggangnya--bila dia tidak sedang menghilang ke dalam hutan untuk melukis--cowok itu selalu menyempatkan diri untuk membantu Andrea, hingga gadis itu merasa bersalah pada Georgia karena dirinya seperti makan gaji buta.
Dan hal lain yang semakin disadari Andrea adalah; Lucas begitu supel. Pertama kali bertemu dengan Joe si tukang kebun, dia langsung berbincang-bincang akrab dengan pria itu, seringkali Andrea mendengar Joe terbahak-bahak karena apapun yang dicelotehkan Lucas. Andrea juga menyadari bahwa ekspresi Joe berubah cerah setiap kali dia berbicara dengan Lucas. Mengesampingkan gaya berpakaiannya yang agak nyentrik, sebetulnya tidak ada yang begitu 'wah' pada diri Lucas. Namun cowok itu sepertinya memiliki bakat istimewa untuk membuat setiap orang yang dia ajak bicara menyukainya.
"Kau sudah selesai dengan kerjaanmu hari ini?" Lucas mengekori Andrea yang sedang menyimpan peralatan menyiramnya kembali ke dalam gudang di halaman belakang penginapan.
Hari ini Lucas mengenakan kaus putih dengan luaran kemeja denim bersulam buah-buahan tropis warna-warni di bagian dada, celana jins hitam, dan kali ini bukan sepatu kanvas Heimlich, melainkan summer boots hitam. Kalau boleh jujur, ini merupakan penampilan 'ternormal'--cenderung gaya--Lucas yang dilihat Andrea sejauh ini, hanya saja bagian buah-buahan itu masih cukup mencolok.
"Yep, sudah." Andrea akhirnya menyahut setelah berhasil mengalihkan fokusnya dari pakaian cowok itu.
"Apa kau harus mampir ke suatu tempat sehabis ini untuk belanja atau semacamnya?"
"Hari ini nggak. Kenapa?"
"Kudengar The Old Mill menjual es krim yang dapat penghargaan."
"Aku tahu." Andrea mengunci pintu gudang dan menyimpan kunci itu di tas selempangnya, "Cukup terkenal, tapi aku belum sempat mencobanya selama di sini."
Lucas menyunggingkan senyum penuh persekongkolan.
"Menurutmu Georgia akan marah bila aku menculik sebentar pegawainya untuk makan es krim bareng?"
"Well, menurutku..." gadis itu memasukkan kedua tangannya ke saku celana, berusaha mempertahankan ekspresi dan nada suaranya sedatar mungkin untuk berpura-pura tak tertarik, "...Georgia juga harus mempertimbangkan apakah selama diculik pegawainya itu akan dapat es krim gra--"
"Kutraktir!" Lucas berdeklarasi cerah.
Andrea mengangguk puas, pada akhirnya gagal menahan senyuman, "Nggak ada masalah kalau begitu."
Setelah selesai memastikan pintu-pintu terkunci dengan aman, keduanya berjalan menuju garasi. Derak dari kerikil-kerikil kecil yang terinjak mengiringi langkah mereka. Andrea mendorong pintu garasi hingga membuka. Kombi biru-putih sewaan Lucas terparkir di dalamnya, namun The Old Mill hanya lima menit berkendara dari Brierwood, jadi Andrea berjalan menuju skuternya.
"Um... Andy?"
"Yeah?" tanya Andrea yang sudah mengenakan helmnya.
Lucas tidak menyahut. Dia hanya memandangi skuter putih milik Georgia dengan sorot penuh harap.
"Kau mau coba mengendarainya?" tawar Andrea, membuat Lucas mendongak sumringah.
"Serius?!"
"Kita bisa gantian saat perjalanan kembali." Andrea mengambil satu lagi helm cadangan yang tersimpan di bawah jok skuter setelah terlebih dahulu melepaskan bagasi roti dari atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boy Who Talked To The Trees
Teen FictionPada suatu hari, Andrea Jacobson membuat keputusan untuk menjauh sejenak dari kehidupannya di Portland. Dia menunda kuliah dan mengambil kerja sambilan di Cotswolds, Inggris. Semua orang mempertanyakan motivasinya; mengapa Andrea memutuskan untuk m...