"ANDY, kau nggak harus melakukan ini."
"Tapi aku mau."
Georgia menghela napas pasrah dari atas kursi dapur roti, sementara Andrea sibuk memasuk-masukkan adonan dasar pai ke dalam cetakan.
Semalam, Georgia ambruk. Wanita itu menggigil dan tubuhnya panas, sehingga Andrea harus membawanya ke klinik terdekat. Menurut dokter, Georgia kelelahan sehingga asam lambungnya naik. Dokter berkata dia butuh istirahat total, dan meresepkan beberapa obat. Ketika sudah kembali ke rumah, Andrea membuatkan sup untuknya dan menemani Georgia di samping ranjangnya hingga tertidur. Andrea menyadari kantung hitam di bawah mata wanita itu, dan agak menyalahkan dirinya karena tidak lebih banyak membantu membuat roti pada pagi hari.
Andrea menelepon Sully semalam setelah Georgia tertidur untuk mengabari tentang kondisinya. Sepanjang Andrea mengenal Sully, dia belum pernah mendengar cowok itu begitu panik. Dia bahkan menanyai Andrea apakah dia sebaiknya terbang ke Inggris malam ini. Andrea menenangkannya dan memberitahunya bahwa kondisi Georgia membaik dan sekarang sedang tidur. Andrea menyarankan agar Sully melakukan panggilan video saja dengan ibunya setelah dia bangun.
Dan pagi harinya, Andrea menelepon Bakery On The Water untuk memberitahu Lilian soal kondisi Georgia, dan hendak meminta izin libur. Namun Georgia yang baru bangun memergokinya dan mengambil alih telepon, berkata pada Lilian bahwa dia bisa mengirimkan stok hari ini, walaupun agak terlambat. Oleh karena itu, saat ini Andrea bersikeras menggantikan Georgia di dapur roti untuk membuat stok hari ini.
"Sully agak marah-marah tadi ketika meneleponku." wanita itu memberitahu Andrea sementara gadis itu menuang selai blueberry ke atas mangkuk-mangkuk yang sudah terisi adonan dasar pai, "Dia sempat bilang mau terbang ke sini saking paniknya. Tapi kucegah. Kondisiku juga sudah jauh lebih baik."
"Tapi tetap saja kau bekerja terlalu keras." Andrea menatapnya khawatir. Georgia tersipu.
"Tahu nggak, Andy? Aku sangat senang kau memutuskan sambilan di sini. Aku semakin merasa kau ini seperti anak perempuan yang nggak pernah kumiliki... dan sangat bisa diandalkan."
Andrea tertunduk malu. Mau tak mau dia jadi berpikir bahwa dia hanya bisa berada di sini membantu Georgia selama musim panas. Andrea sempat membicarakan soal pengiriman roti ke toko Lilian sebelum ini dan wanita itu menyebutkan bahwa dia berpikir untuk menjadi penyuplai sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi pemasukan selama Brierwood House tutup. Karena selama ini penginapan buka hanya pada musim panas.
Lamunan Andrea buyar akibat bunyi bel pada pintu rumah Georgia.
"Stop di situ. Biar aku yang bukakan." Andrea mengelap tangannya ke celemek dan memberi tatapan memperingatkan pada Georgia yang sudah hendak bangkit dari kursinya. Ketika membuka pintu depan, Andrea dikejutkan oleh siapa yang telah berada di teras rumah Georgia.
"Lucas!" Andrea terkesiap. Cowok pirang itu berdiri di hadapannya dengan senyuman lebar dan mata biru yang berbinar cerah. Dia mengenakan parka kuning yang dipakainya pada hari pertama Andrea bertemu dengannya, di luar kemeja biru langit bermotif awan dipadu jins, "Astaga... aku sama sekali lupa mengantar sarapan untukmu!"
"Nggak masalah. Georgia--yang sudah punya nomor hp-ku, ngomong-ngomong--menghubungiku dan memberitahu soal apa yang terjadi. Maka aku mampir saja ke sini untuk membantu sebisaku." Lucas berkata ceria sambil menunjuk kombinya yang terparkir di depan rumah.
"Oh, terima kasih... maaf merepotkanmu." Andrea membukakan pintu lebih lebar agar cowok itu dapat masuk, "Soal nomor hp... setelah dipikir-pikir lagi, memang sebaiknya kita saling punya."
"Sangat setuju." Lucas nyengir lebar, kemudian cengirannya memudar sedikit ketika dia bertanya, "Bagaimana Georgia?"
"Jauh lebih baik." Andrea menutup pintu, memelankan sedikit suaranya, "Dokter bilang akibat stres dan kelelahan karena pekerjaannya yang nonstop. Dia harus istirahat selama beberapa hari. Karena itu mungkin aku baru bisa ke penginapan untuk berberes setelah makan siang, maaf. Tapi besok aku tetap akan mengantarkan sarapan untukmu di pagi hari sekaligus mengantar roti ke toko Lilian sebelum pulang kembali membantu Georgia."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boy Who Talked To The Trees
Teen FictionPada suatu hari, Andrea Jacobson membuat keputusan untuk menjauh sejenak dari kehidupannya di Portland. Dia menunda kuliah dan mengambil kerja sambilan di Cotswolds, Inggris. Semua orang mempertanyakan motivasinya; mengapa Andrea memutuskan untuk m...