Rose terbangun dari tidurnya dalam keadaan yang mengenaskan. Matanya merah dan jejak air mata masih terlihat jelas dipipinya. Dia memperhatikan keadaan ruangan disekitarnya, dan baru mengingat jika dia tidur di ruang kebutuhan.
Kemarin sesudah Scorpius mengungkapkan perasaannya, entah mengapa dia merasa hatinya sensitif dan kebingungan yang luar biasa menyerangnya. Dia langsung berlari ke kamar kebutuhan, membolos kelas, dan menangis hampir seharian. Tapi kenapa dia harus menangis?
Lagi-lagi Rose merasa aneh. Dan sialnya lagi dia tak tahu harus bagaimana menanggapi Malfoy.
Dia jelas terkejut, bagaimana mungkin seorang Scorpius Malfoy, keturunan darah murni yang paling terpandang di negeri sihir --walau ayahnya mantan pelahap maut-- bisa menyukainya.Bloody Hell
Mereka bahkan menghabiskan waktu selama beberapa tahun ini untuk saling ejek dan melempar kutukan. Belum lagi ayahnya yang sangat anti Malfoy, dan dia yakin Draco Malfoy juga akan sangat keberatan jika anaknya berhubungan dengan seorang Weasley.
Dia mengusap wajah kasar, sedikit merengek dan meringkuk kembali di kasur. 'Tahun paling sial di Hogwarts', bisiknya dalam hati. Mungkin dia harus menghindari Malfoy beberapa hari ini.
☆☆☆
Rambut pirang platina itu berantakan, begitu juga dengan jubah dan seragamnya. Andai Albus tidak menyeretnya ke aula besar, maka dia akan tetap bergelung di atas kasur sambil meratapi nasib. Dia ditolak, jelas ditolak! Tapi dia tidak kesal karena harga dirinya yang jatuh. Dia hanya merasa sakit dan kecewa ketika perempuan itu bahkan tidak merasakan perasaan yang sama dengannya.
Dominic menatap Scorpius iba, dia mengurungkan niat untuk memasukkan sepotong daging ayam ke mulut dan memilih untuk menyerahkan seluruh lauk di piringnya kepada Scorpius.
"Makanlah, Scorp. Kau terlihat menyedihkan"
Austin disampingnya mengangguk menyetujui. Dia bahkan menyerahkan segelas jus labu miliknya kepada Scorpius yang dari tadi hanya melamun. Sedangkan Albus menatap mereka lemah.
Dia merasa bersalah kepada Scorpius. Harusnya dia tidak membiarkan James dan Rose untuk melangsungkan tantangan gila itu. Harusnya dia sadar lebih cepat, bahwa Scorpius benar-benar bisa sakit hati.
Agak konyol mendengarnya, seorang Pangeran Slytherin tidak tidur semalaman karena seorang perempuan?
Jika tidak ingat bahwa Scorpius sekarang tengah sakit hati, mungkin dia akan tertawa terbahak-bahak. Tapi tidak, bagaimanapun Scorpius temannya, dan dia harus memahaminya bagaimanapun juga.
Scorpius melirik meja Gryffindor, lagi. Entah keberapa kalinya dalam pagi ini. Dia mengharapkan kehadiran gadis itu disana, walaupun Rose tidak menganggapnya ada, itu tidak masalah. Asalkan Rose tetap tidak terganggu dengan pengakuannya.
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya ekor matanya menangkap kehadiran Rose disana. Senyum di wajah Scorpius terbit ketika Rose menoleh kearahnya. Namun sedetik kemudian sirna karena gadis itu hanya menatapnya datar dan berpaling kepada teman-temannya.
☆☆☆
Scorpius bersandar di dinding lorong, menunggu seseorang. Siapa lagi jika bukan Rose Weasley? Dia menghela napas mengingat perempuan itu yang jelas sedang menghindarinya. Dia tidak pernah menatapnya di kelas, di aula besar, bahkan ketika dia mencoba mengajaknya bicara, dia justru berlari menjauh.
Saat dia melihat Rose yang juga tengah melihat kearahnya dan ingin pergi, secepat kilat dia langsung menangkap tangannya. Rose memberontak, ingin dilepaskan.
"Kita harus bicara", ucap Scorpius tajam sebelum menyeretnya pergi.
Dan disinilah mereka sekarang,
Menara Astronomi
Entah kenapa Rose merasa ingin menangis, mengingat dia pernah melakukan - kau tau apa - dengan Scorpius. Apakah dia menyesal? Entahlah, hanya saja dia merasa bahwa semuanya menyesakkan. Dia tidak menyukai Scorpius!
"Kupikir tak ada lagi yang perlu dibicarakan, Malfoy", ucap Rose dingin berusaha mempertahankan ekspresi datar diwajahnya.
Scorpius menatap matanya dalam. Terlihat seperti dia ingin membedah isi kepalanya. Dan akhirnya dia menghela napas.
"Kenapa kau menghindar?", tanya Scorpius lelah.
"Aku tidak menghindar", sahut Rose cepat.
Scorpius memijat pangkal hidungnya pelan, "Kau jelas sedang menghindariku Rose"
Lagi-lagi perempuan itu terdiam, berusaha menahan air mata yang ingin keluar. Kenapa dia jadi sangat sensitif?! Dia hanyalah remaja labil yang tidak pernah berpacaran. Dan mendapatkan pernyataan suka secara tiba-tiba dari seorang laki-laki paling tampan di Hogwarts seharusnya menjadi sebuah kebanggaan bukan?
Rose tidak bisa memahami dirinya. Kenapa dia harus menghindari Malfoy? Ada yang tidak beres dengan dirinya. Bukankah dia sudah jelas menolak? Tapi kenapa ada bagian lain dari dirinya yang menyesali keputusan itu?
Dia tidak mungkin menyukai Scorpius Malfoy.
"Bukankah sudah aku katakan padamu? Aku tidak menyukaimu", bisik gadis itu lirih. Pikirannya mengatakan itu semua benar, karena dia hanya menyukai Lorcan Scamander. Namun hatinya terasa tidak nyaman. Terlebih lagi saat melihat wajah didepannya yang terkejut dan penuh kekecewaan.
"Sedikitpun?", Scorpius balas berbisik. Suaranya terdengar serak. Apakah dia ingin menangis? Mengapa Rose ingin memeluknya?
Rose memejamkan matanya, menghembuskan napas pelan dan menjawab dengan suara yang bergetar, "Iya, jadi jangan pernah muncul lagi dihadapanku".
Dan itu mungkin kalimat terakhir yang Rose ucapkan kepada Scorpius sebelum mereka benar-benar jauh. Tidak tersentuh. Bahkan Scorpius tidak pernah lagi mengganggunya, sesuai permintaan gadis itu. Mereka tidak pernah saling menyapa, seolah mereka adalah dua orang yang asing.
Scorpius mungkin akan benar-benar menghapus segalanya tentang Rose Granger-Weasley. Andai dia bisa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Your Love Isn't Him
FanfictionAmbisi Rose untuk memenuhi tantangan James membuatnya nekat mendekati pemuda itu. Scorpius Hyperion Malfoy "Niatmu untuk main- main denganku membuatku semakin menggila memikirkanmu, Rose. Tanggung jawab atas apa yang kau lakukan pada hatiku meskipu...