BAJINGAN

4.8K 139 9
                                    

Ketajaman lidah koh Andre dan mamanya menusuk-nusuk hatiku. Tusukan itu ikut andil kemudian memperlebar luka yang masih menganga.

Detik ini aku makin sadar betapa tak punya harga seorang Lily di mata siapapun. Bahkan orang yang dari dulu kusangka baik, nyatanya memandang rendah juga. Malah akan menjadikanku batu loncatan demi tujuannya mencari perhatian Lita.

Sebelum mereka tahu kehadiranku di sini, lebih baik cepat pergi. Tapi , terlambat pintunya terlanjur terbuka.

"Ly, kamu-!"

"Emhh, saya mau ambil kunci toko!"

Meski sekuat tenaga kusembunyikan, getaran suara ini tetap kentara. Aku memang sedang menahan amarah juga sedih yang menabrak-nabrak perasaan.

"Ly, tadi kamu-!"

"Lita sudah bertunangan, Koh sama bos tempatnya bekerja. Bulan depan akan menikah! Nanti tunggu saja undangannya!"

Koh Andre dan mamanya saling pandang. Karena, aku takut lepas kendali, lebih baik pergi. Bodo amat soal kunci. Sekarang yang penting cari tempat menenangkan diri.

"Ly, tunggu, Ly, aku bisa jelasin, tadi cuma bercanda!"

Aku tak peduli dengan teriakan koh Andre. Aku terus lari sebab tak mau ketahuan airmata sudah jatuh bercucuran.

Pantang bagi Lily dipandang lemah oleh orang lain. Makanya tak mau ada siapapun melihat setetes airmata jatuh dari mata ini. Mereka hanya boleh tahu, Lily itu kuat.

Nyatanya aku gagal menghentikan tangisan. Sial, harus cari tempat aman agar bisa menumpahkan emosi diri.

Setelah yakin koh Andre tak mengikuti, aku menghentikan lari. Kaki ini juga sudah tak kuat lagi kalau dipaksa terus diayun cepat.

Aku berjalan menyusuri trotoar. Udara pagi bercampur polusi kendaraan jadi teman kini. Deru mesin kendaraan roda dua dan empat pun tak mau kalah, ingin ikut mengiringi langkah gontaiku.

Kaki ini melangkah tak tentu arah. Aku pun tak terlalu memusingkan ke mana harus pergi sebab memang tak ada tujuan. Aku hanya ingin jalan di keramaian biar pikiran dan perasaan bebas

Aktivitas ini efektif ternyata membuatku lebih tenang. Sepertinya sudah bisa kembali bekerja di sana.. Meski sakit hati sama anak dan istri koh Abeng, aku tak mungkin ambil keputusan mundur.

Kalau keluar dari grosir, kerja di mana lagi? Aku gak mau nanti nganggur terus makin dihina-hina sama mama dan Lita. Memang, sih ada jatah dari ayah, tapi minim banget. Dan pastinya gak bisa ngasih uang bulanan ke mama, Bisa ngamuklah.

Aku kembali bekerja di grosir koh Abeng. Aku mencoba bersikap biasa saat bertemu istrinya juga koh Andre. Tak boleh ada yang tahu bahwa tadi ada kejadian tak menyenangkan.

Lepas kerja, aku cepat-cepat pulang. Takut nanti koh Andre datang dan minta bicara. Kurasa tak ada yang perlu diobrolkan lagi. Semua sudah jelas kebaikannya palsu. Sikap manisnya hanya untuk menjadi batu loncatan demi mencari perhatian Lita.

Untunglah pria itu tak ada, aku jadi tak harus lari-lari demi menghindarinya. Sebelum pulang, aku parkir dulu di warung makan ceu Bedah. Bukan mau nongkrong sembarang, tapi takut di rumah tak diberi jatah sebab mama masih marah.

Lepas makan, aku kembali melanjutkan perjalanan. Syukurlah, sampai di rumah, tak ada gangguan dari koh Andre.

Tapi, ketenangan terusik saat melihat mobil tunangan Lita terparkir di depan rumah. .Karena ingin buang air, aku langsung masuk meski enggan. Gak mungkin 'kan numpang di rumah tetangga.

"Ly, baru pulang?" sapa Brian.

"Iya, Mas. Saya ke belakang dulu, ya. Maaf!"

Kenapa Brian cuma sendiri? Mama dan Lily ke mana, sih. Ah, mungkin lagi keluar sebentar cari makanan.

"Mas, mau apa?"

Aku beneran tersentak saat keluar kamar mandi, tunangan Lita sudah ada di depan pintu. Perasaanku langsung gak enak ketika lelaki Itu mendekat.

"Mau apa, Mas?"

"Aku bisa kasih berapapun yang kamu mau asal kita!"

"Jangan kurang ajar, saya bukan pelacur!"

Brian tak menggubris ucapanku. Ia malah makin merangsek. Dengan ganas menyerang wajah ini.

Aku mau teriak, tapi mulut ini dibekap. . Tubuhku ada dalam cengkraman tangan satunya. Ia terlalu kuat untuk dilawan.

Ia menyeretku menuju kamar, tapi langkahnya terhenti ketika terdengar teriakan.

"Apa-apaan kalian!"

Seketika Brian melepas cekalan dan bekapan, lalu cepat membela diri.

"Lily merayuku saat dia tahu tak ada siapapun di rumah. Aku sudah bilang tak ingin berkhianat padamu, tapi Lily memaksa!"

Lita gelap mata, ia menghambur ke arahku. Tangannya menyambar kerudungku, lalu menariknya hingga terlepas. Sejurus kemudian menjambak rambut ini sekencang-kencangnya. Aku teriak sebab aurat terlihat plus kulit kepala yang kesakitan.

"Kurang aja kamu, ya. Dasar jalang! Mau rebut cowok orang dengan cara jual tubuh, hah! Dasar pelacur!"

"Ada apa ini?" tanya mama yang baru saja datang.

Brian dengan cepat melemparkan kebohongannya. Dan, mama pun tersulut hingga gelap mata. Ia maju dan bicara sambil mencengkram tanganku.

"Kamu tega, ya mau nikung adik sendiri!"

"Dia bohong, Mah, dia mau merkosa Lily!"

"Heh, mana ada Brian berselera sama cewek burik macam lo! Yang ada lo gatel sebab gak laku-laku. Jangan laki gue, dong yang diembat!"

Lita kembali menarik rambutku hingga bibir ini mengerang kembali. Rasanya kulit kepala seperti akan lepas dari batoknya.

"Demi Allah, aku gak bohong!"

"Jangan bawa-bawa nama Tuhan. Kamu kotor, gak pantas nyebut itu!" serang Lita..

Pipi ini rasa kebas sebab berulang kali ditampar Lita. Untung mama tak ikut menyiksa, tapi bukan berarti tak murka. Buktinya ia biarkan Lily terus memyiksaku.

Entah bagaimana reaksi Brian melihat derita orang yang difitnah. Pasti sedang tersenyum senang. Ternyata calon suami Lita itu bajingan. Kalau mereka jadi menikah, adikku pasti sengsara.

Tapi, apapun yang kukatakan kini, Lita takkan percaya. Ia sudah buta karena cinta.

"Sayang, sudah, Sayang kasihan Lily. Bagaimanapun dia kakakmu!"

Brian menarik Lita hingga penyiksaan ini berakhir. Aku tahu dia bukan kasihan, tapi lebih pada pencitraan agar dirinya tetap baik di mata Lita dan mama.

"Kamu, tuh jangan terlalu baik. Jelas-jelas dia salah. Biar kusiksa pelacur itu sampai mati!"

"Sudahlah, Sayang, ayo!"

Lalu, kubiarkan segala sakit lahir dan batin ini bersatu padu seiring tubuh yang meluruh.

Aku harus keluar dari rumah ini, terserah ke mana saja yang penting pergi.

*

Cerita ini juga ada di KBM APP dan JOYLADA
Link ada di beranda FB saya HaninHumayrohumayro

GADIS TERHINA JADI NYONYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang