TAWARAN

9.7K 168 37
                                    

"Es jeruk satu!"

Bang Uki menjadi langganan tetap di warungku. Ia hanya minta dibuatkan es, lalu duduk di bangku paling pojok. Aku tak sempat memerhatikan apa yang kemudian dilakukan di sana. Takut juga kalau berurusan dengan kepala perman.

Kata mas Yono, orangnya jarang bicara, tapi sangat menakutkan kalau sudah memarahi orang. Pokoknya disegani anak buahnya. Jangan berurusan dengannya, itu pesan yang selalu diulang

Aku ingin kehidupan tenang saat ini. Tak mau cari masalah yang hanya akan menyusahkan ke depan. Biarlah sakit hatiku selama di rumah tertelan waktu. Yang penting sekarang bahagia. Jadi tak mau juga berurusan dengan bang Uki

Hanya saja, ketenangan yang kudamba kiranya hanya mimpi belaka. Seseorang yang membenciku hingga ubun-ubun, tiba-tiba datang ke warung.

"Oh, jadi kamu di sini, Ly! Jadi tukang jualan es! Emang dasar nasib jelek, ya, ke mana juga bakal jelek! Lengkap sudah, ya derita kamu, udah burik, pincang, bodoh, miskin pula!"

Ya, Allah, kenapa. Lita tahu tempat ini. Padahal aku tak mau lagi berurusan dengannya.

"Lita, udah, deh, ngapain ke sini. Tempat ini gak cocok buat kamu. Sudah pulang sana!

"Suka-suka gue, dong, Ly. Mau ke mana, kek? Eh, lo, gak mau ngasih gue es, haus, nih!"

Aku menyerahkan es jeruk padanya. Lebih baik langsung diberi daripada tetap di sini.

Yang terjadi, Lita tak minum esnya, ia malah menumpahkan ke atas lantai. Lepas itu mengambil selembar uang kertas.

"Ini buat esnya!"

Lita menjatuhkan uang sepuluh ribu tepat ke atas genangan es tadi.

"Gue balik, ya, Ly! Eh, pernikahan gue bentar lagi. Lo datang, ya biar bisa ngipasin gue!"

Aku menatap ceceran es dan uang yang ada di lantai. Ingin menangis, tapi tak ada air mata yang bisa dijatuhkan. Mau menjerit, tak ada suara yang mampu keluar.

"Siapa dia?"

Lamunanku buyar oleh sapaan bang Uki.

"Eh, oh, Bang, dia adik saya!"

"Jangan ambil uang itu. Jaga harga dirimu!"

Aku menoleh pada laki-laki yang menatapku. Lalu, berpaling dan mengarahkan kembali pandangan pada uang yang Lita jatuhkan.

*

"Ayah!"

Aku mencium tangan lelaki yang baru datang lagi ke warung. Kupesankan semangkuk bakso dan gorengan kesukaannya. Lepas itu kami ngobrol ke sana-sini.

Ayah bilang Lita akan menikah minggu depan. Tapi, saat cerita wajahnya tak bahagia.

"Sebenarnya ayah tak setuju Lita menikah dengan Brian, tapi hubungan mereka sudah terlalu jauh, tak mungkin kalau tak menikah. Ah, semoga saja tak apa-apa ke depannya."

Kalau ayah bicara begitu, pasti ada alasan kuat. Hubungan terlalu jauh yang dimaksud apakah sudah sampai, ah, aku tak mau memikirkannya.

Obrolan kami dipotong oleh satu suara dari arah depan warung.

"Es jeruk satu!"

Aku tahu siapa yang bicara tanpa harus melihat orangnya.

"Iya, Bang, sebentar!"

Kuletakkan es jeruk kesukaan bang Uki di tempat biasa. Tanpa bicara apa-apa, lelaki itu meneguknya.

"Dia suka beli es di sini?" tanya ayah dengan nada tak senang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GADIS TERHINA JADI NYONYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang