5. Lelah

11 1 0
                                    


Nara tidak berangkat sekolah hari ini dan dua hari kedepan lantaran luka di kepalanya.

Merasa bosan di rumah sendirian, akhirnya ia memutuskan untuk melakukan video call dengan Rinca yang mungkin sekarang sedang istirahat di kantin.

Begitu panggilan diangkat, wajah khawatir Rinca langsung memenuhi layar. "Ya ampun Ra! Muka lo jadi kucel banget. Lo nggak mandi ya?"

Nara mencebikkan bibirnya kesal, bukannya bertanya bagaimana keadaannya, Rinca malah mengolok-oloknya. "Iya nih Ca, udah pantes jadi babu lo nggak?"

Rinca mengacungkan jempolnya, "sip, nanti gue bilang ke bokap minta rekrut babu baru buat mashion gue."

"Ditunggu kabar baiknya ya non inces." Nara tertawa, 'non inces' adalah panggilan para maid Rinca untuk cewek itu.

Rinca mengerucutkan bibirnya sebal, "sekali lagi lo nyebut gue dengan panggilan itu, jangan salahin gue kalau lusa organ lo udah dijual sama bokap gue."

Nara mengernyit, kalau dipikir-pikir ngeri juga berteman dengan anak mafia.

"Becanda Ca, suer deh. Nggak lagi-lagi." Nara menampilkan deretan gigi putihnya.

"Nggak usah sok manis. Muka lo pait--"

"Awh! Tumpah...jadi basah deh." Keluh Rinca diseberang sana, layar ponsel cewek itu pun bergerak tak karuan.

"Ca? Kenapa Ca?"

"Maaf ya maaf banget aku nggak sengaja."

"Makanya pake mata! Lagian lo kenapa sih makan di meja gue!"

"Maaf Ca, kantinnya udah penuh, sisa kosong cuma di meja ini aja."

"Au ah! Bete gue! Bersihin!"

Mendengar suara Rinca yang mengomel, lantas membuat Nara semakin penasaran dengan apa yang terjadi. Yang jelas, Nara kasihan dengan korban amukan Rinca.

"Halo, Ra? Masih napas?"

Wajah Rinca kembali memenuhi layar.

"Habis ngomelin siapa lo?"

"Itu si Cantol, cantik tapi tolol. Bisa-bisanya dia numpahin es teh gue, jadi basah semua seragam gue, mana lengket lagi ish!"

"Gitu doang marah? Awas kena darah tinggi lo." Nara tertawa.

Wajah Rinca semakin tertekuk di sana, "lagian gue juga bete sama dia karena hal lain."

Nara menyipitkan mata, "apa hayo?"

Rinca langsung mengatur posisi iphonenya hingga wajahnya full mememuhi layar. Nara mengusap dadanya karena terkejut dengan wajah Rinca tiba-tiba.

"Tadi tuh, si Cantol mepet-mepet ke Ali. Modusnya belajar bareng buat persiapan ujian. Mana duduknya mepet lagi, kan gue kezzzzell!"

Nara menahan tawanya mendengar curhatan Rinca, "jadi, lo suka Ali?"

"Enggak! Bukan!" Bantah Rinca cepat.

"Teruss???"

"Ya, sumpek aja liatnya, tau ah mau makan gue. Bye!"

Tuth!

Panggilan dimatikan oleh Rinca.

Nara lalu meletakkan handphonenya di atas nakas. Sebelum ia menarik selimut untuk tidur.

Tapi, sebuah suara derap langkah di depan kamarnya membuatnya mengurungkan niatnya.

Suara ketukan pintu, membuat gadis itu turun dari ranjangnya.

GRANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang