Chapter Four : Okay

1.5K 200 40
                                    

I provide the song — I Don't Wanna Be Okay Without You by Charlie Burg, feel free to play it on to enhance the feeling you guys would feel by reading this part. Enjoy <3









Pukul 00.20 Raina sedang menghibur dirinya dengan menonton acara TV favoritnya di Netflix. Sepulang dari rumah Mika dan Jaden tadi, keduanya sama sekali belum berbicara sejak pembicaraan itu.

Mungkin dengan menyaksikan ulang acara itu akan membantunya melupakan masalah ini sebentar. Sejujurnya Raina bingung mengapa Harsa tersinggung sekali, tetapi ia mau memvalidasi apa yang dirasakan suaminya.

Sedikit tawa akhirnya dilontarkan Raina karena tingkah lucu Manny dan Lily dalam acara bertajuk Modern Family, hingga tak lama, ia mulai memejamkan mata dikarenakan kantuk yang datang dengan sendirinya.

Tanpa Raina sadari, sedari tadi Harsa sedang memerangi batinnya memutuskan untuk keluar kamar dan berbicara pada istrinya atau tetap diam di kamar sampai Raina sendiri lelah dan mengajaknya untuk menyelesaikan apa yang sebenarnya terjadi. Sayangnya, saat tekadnya sudah bulat untuk keluar kamar dan menemui Raina, sang istri malah sudah terlihat lelap di sofa dengan suara TV yang masih menyala.

He feels bad. Way too bad.

Harsa mendekati istrinya yang terlihat cantik walaupun sedang berada di alam mimpinya. Mengusap surai hitam Raina, dengan tatapan yang tidak lepas dari wajahnya.

"Maaf ya..." Harsa mengatakan itu samar, takut membangunkan kesayangannya.

Tak tega melihat istrinya tidur di sofa, Harsa mengangkat pelan badan istrinya dengan dua tangan, lalu menggendongnya menyamping—ala bridal style.

Raina dengan reflek menyamankan diri di dada Harsa. Suaminya yang tidak mau membangunkannya hanya berjalan dengan sangat pelan, sesekali menciumi pucuk kepala istrinya.

Harsa akhirnya menaruh Raina di tempat tidurnya, dan menyelimutinya. Ia diam sebentar untuk memerhatikan Raina di cahaya kamarnya yang remang, merapikan sedikit rambut Raina yang terlihat sedikit berantakan.

"Please know that I'd never get tired of you..." Harsa mengatakannya dengan samar.

"You mean life to me, Rai."


Raina bangun pagi ini dengan perasaan hangat, mengetahui Harsa memindahkannya semalam. Ia tahu karena memangnya siapa lagi yang memindahkan dirinya selain suaminya itu? Mereka hanya tinggal berdua.

Dengan degup jantung yang berdetak lumayan cepat, Raina dengan hati-hati keluar kamar untuk melihat apa yang dilakukan suaminya itu.

Raina mendapati sang suami sedang menata piring yang sepertinya untuk sarapan pagi ini.

Menyadari keberadaan istrinya, Harsa mendongak. "Sini, Rai." panggil Harsa.

Raina mendekat, lalu duduk. Keduanya masih diam sampai akhirnya Raina membuka obrolan.

"Kamu... yang mindahin aku tadi malem?" tanya Raina basa-basi. Sudah tau masih aja nanya.

"Bukan, tuyul pak RT itu."

"Ih mulai deh... yang bener..."

"Ya udah tau aku kenapa nanya lagi sih Raaai."

Raina bertanya hanya untuk mendengar pengakuan dari suaminya sendiri saja. Ia sekarang terkekeh malu sekaligus senang. "Hehe. Makasih sayang."

Keduanya mulai melahap sarapan masing-masing, dan mulai mengobrol biasa dengan suasana yang sudah nyaman.

Keduanya mulai melahap sarapan masing-masing, dan mulai mengobrol biasa dengan suasana yang sudah nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masakkan aku enak juga ya." komen Harsa terlihat bangga.

Raina mengangguk setuju, "tumben enak..."

"Emang biasanya ga enak?" tanya Harsa dengan raut jengkel.

"Enak... kadang..." Raina menjawab dengan senyuman khasnya dengan whisker dimples yang menurut Harsa benar-benar lucu. Seperti mantra, jika Raina sudah menunjukkan lesung pipinya itu, Harsa tidak bisa jengkel lagi.

Saat sedang asik mengobrol, ponsel Raina berdering. "Bentar."

Harsa bertanya 'siapa?' tanpa bersuara setelah Raina mengangkat telepon itu.

"Halo Mik?"

"Raaai, gue nginep di rumah lo ya?"

"Oke, oke. Kenapa? Kok tiba-tiba Mik?"

"Hehe, ngidamnya pengen nginep di rumah lo."

"Tuh kan bayi lo pasti kangen gue... yaudah bilang aja kapan nanti gue jemput,"

"Enak aja! Oke Rai, nanti gue kabarin. Byeee."

"Byee." Raina menutup teleponnya. Harsa lagi-lagi bertanya 'kenapa dia?' tanpa bersuara.

"Ngomong biasa aja loh, orang udah aku tutup teleponnya." Raina mendecak, suaminya ini kenapa tiba-tiba lemot?

"Oh iya hehe, kenapa si Mika?"

"Katanya mau nginep di sini, ngidam mau nginep di rumah kita katanya." jelas Raina.

"Oh yaudah, biar nanti aku nginep juga di rumah Jaden jadi tukeran suami istri." jawab Harsa santai.

"Mulutnya gampang banget ya ngomong." Raina menodongkan garpunya ke arah Harsa, yang hanya dibalas kekehan dari lawan bicaranya.

"Eh tapi kayanya bayinya Mika nganggep aku papanya deh.." celetuk Raina random.

"Jangan mulai deh Rai."

"Soalnya aku yang pertama kali tau sama yang meluk Mika pas dia bilang dia hamil Sa! Makes sense nggak sih?"

"Nggak."

"Ck..."

Harsa dan Raina kembali menikmati sarapannya sambil lanjut mengobrol tentang hal-hal random yang tidak berkesudahan.

Harsa dan Raina kembali menikmati sarapannya sambil lanjut mengobrol tentang hal-hal random yang tidak berkesudahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu notif dari ponsel Raina cukup membuat dirinya tersedak nasi goreng pagi ini. Harsa dengan tenang memberikan Raina minum, tetapi istrinya itu belum juga tenang.

"Kenapa Rai?" Harsa bertanya, Raina benar-benar terlihat cemas.

"Gapapa.."

Harsa dan RainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang