Chapter Eight : Ex Reunion

1.2K 155 28
                                    

Raina, Charity, Mika dan Lia sedang dalam percakapan serius karena Lia baru saja menumpahkan teh tentang tetangganya.

Mereka berempat berkumpul full team dalam rangka menemani Mika yang perutnya sudah mulai membesar. Chay juga ingin memberi tahu teman-temannya bahwa dua bulan lagi dirinya dan Ken akan segera menikah.

Tak hanya Mika dan Chay, Lia juga membawa berita baik, yaitu ia dan Naka bakal bertunangan bulan depan. Tidak mau menunggu lama, setelah jadian saat staycation kemarin, Naka dan Lia langsung saja mengatur tanggal pertunangan.

Umur udah mateng, kenal juga udah lama, kata keduanya saat ditanyakan alasan mengapa secepat ini akan menggelar pertunangan. Harsa dan Raina mendukung-dukung saja, toh berarti mereka akan lebih relate dalam berteman karena status yang sama nantinya.

"Terus? Akhirnya gimana?"

"Yaudah, ngga jadi deh nikah.."

"Gue kasian banget sama mamanya, masih umur belia udah sedih banget idupnya."

Raina hanya menyimak dan sesekali mengangguki gosip yang sedang dibicarakan teman-temannya itu. Memang biasanya ia tipe yang tidak ikut nimbrung, melainkan mendengarkan saja.

Ditengah kesibukannya mendengarkan Lia menceritakan kisah sedih itu, ponsel Raina berbunyi.

Setelah melihat nama Januar tertera di kolom nama penelepon, jantung Raina berdegup lebih cepat.

Bukan karena ia masih berdebar saat mendengar nama itu, tapi ia takut ini akan berujung kesalah-pahaman antara dirinya dan Harsa, kesayangannya.

Mengingat Harsa sangat tidak menyukai Januar, Raina benar-benar khawatir. Semoga ini tidak menimbulkan masalah apa-apa lagi, batinnya.

Akhir-akhir ini keduanya sering bertengkar karena hal-hal yang sepele, meskipun setelahnya mereka selalu menyelesaikannya dengan baik, tetap saja Raina ingin setidaknya seminggu penuh ia rasakan hanya bahagia dengan suami yang benar Raina cinta itu.

"Rai?" panggil Chay, memegang lengan Raina lembut karena ia terlihat melamun.

"Hah?"

"Angkat itu teleponnya dari tadi dering."

"Oh, iya." Raina mengambil ponselnya lalu berdiri dan pamit sebentar untuk menerima panggilan.

"Halo, Jan?"

"Hai Rai, hm.. kamu apa kabar?"

Aku-kamu?

"Baik. Kamu gimana? Mira gimana?" Raina menanyakan kabar Januar dan juga Mira, sedikit berharap keduanya sudah putus. Entahlah, dirinya hanya tidak suka melihat Januar dan Mira bersama. Hatinya dulu sangat dipatahkan oleh itu.

"Baik juga. Oh, kalo Mira udah enggak sama aku, Rai." jawab Januar yang membuat Raina lega. Siapapun ingatkan Raina ia sudah memiliki suami! Untuk apa juga ia lega?

"Oh iya Harsa juga apa kabar? Maaf ya kemaren nggak bisa dateng ke nikahan kamu."

"Gapapa Jan, Harsa baik kok."

"Bagus deh. Hm gini Rai, aku mau ajak kamu ketemuan sebentar, ada yang mau aku omongin, terus aku mau kasih sesuatu."

Raina harap ini bukan awal dari sesuatu yang tidak baik.

"Oh okay, di mana Jan?"

"Aku share location aja, ya. Sekarang bisa nggak, Rai?"

Raina menoleh ke belakang, teman-temannya sedang mengobrol ria, dan ia pikir untuk bertemu mantannya—yang paling terakhir sebelum Harsa—untuk beberapa menit saja mungkin tidak akan membuat masalah.

Harsa dan RainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang