Chapter Three : Pregnant

2.1K 198 27
                                    

"Kamu udah selesai belooom," Harsa menunggu Raina yang sedang membersihkan dirinya di kamar mandi, sedang bersiap untuk pergi ke rumah sang sahabat, Mika dan Jaden.

Raina keluar dari kamar mandi dengan bathrobe-nya, "ini udah. Ayo mulai sekarang."

Harsa mencolokkan hairdryer milik Raina dan mulai mengeringkan rambut istrinya yang sedang duduk di kursi meja rias.

Raina yang sibuk merias wajahnya hanya diam dan mengangguk saja mendengar komentar-komentar suaminya selagi mengeringkan rambutnya, seperti;

"Rambut kamu halus banget."

"Kamu pake sampo kuda?"

"Rambut kamu wangi banget."

"Aku mau coba sampo kamu."

"Tau nggak kalo rambut wangi bikin attractive tau."

Harsa juga beberapa kali mengendus rambut Raina yang akhirnya mendaratkan beberapa ciuman di pucuk kepala Raina, katanya Harsa suka sekali dengan wanginya.

"Untung kamu udah mandi, kalo nggak aku ga akan izinin cium rambutku sembarangan." kata Raina. Harsa menoyor sedikit kepala Raina sebelum melepas kabel hairdryer dan menggulungnya.

Selesai bergulat dengan rambut Raina, Harsa mulai memakai bajunya dan bersiap. Karena Jaden meminta mereka untuk datang pukul 2, dan sekarang sudah pukul 13.40, mau tidak mau keduanya harus bersiap lebih cepat.

-

"Woi bro," Jaden menyambut Harsa dan Raina di rumahnya.

"Mana Mika, Jad?" Raina bertanya karena biasanya keduanya selalu menyambut tamu berdua dari pintu rumahnya, tetapi kali ini tidak.

"Oh Mika lagi di dapur, kayanya nyiapin minuman." Jaden jawab sekenanya dan melanjutkan obrolannya dengan Harsa.

Raina yang ingin menghampiri sahabatnya itu mulai menuju dapur Mika.

"Mik?"

Di dapur ternyata tidak ada Mika. Raina lanjut mencari ke lantai atas.

"Mik ini Rainaaa." setelah menemukan sosok yang dicari, Raina mendekatinya.

"Lo gapapa?" tanya Raina tiba-tiba karena ia hanya merasa ada sesuatu.

"HAAI RAI! Yaampun at least lo sapa gue dulu kek." canda Mika.

"—Btw gue masih di kamar karna males turun hehehe."

Oh, nggak ada apa-apa. Gue lupa anaknya emang kayak setan aja...

"Kenapa tiba-tiba nanya gapapa deh Rai, aneh lo." Mika melanjutkan.

"Ya gapapa siapa tau lo hamil kan.."

"EH ANJING IYA JUGA! Kemaren gue muntah-muntah gitu tau." ujar Mika menjelaskan. Raina ikut antusias.

"SERIUSAN? AYO CEK AJA DEH.." Raina mengajak Mika ke bawah, hendak memberitahu Jaden tentang ini.

"Eh ngapain Rai?"

"... Tanya suami lo?"

"Ngga usah, kita pergi beli abis itu cek sendiri aja." Mika menjelaskan yang membuat Raina bingung, tetapi sebelum bingungnya bertambah, Mika menambahkan. "Biar surprise."

"Oooh iya juga. Oke ayo."

Keduanya berpamitan, dan segera membeli testpack untuk Mika.

-

Raina dengan sabar menunggu sahabatnya keluar dari kamar mandi. Sebenarnya ia juga tidak sabar, karena ia benar-benar merasa Mika sedang mengandung.

"Mik..." panggil Raina untuk yang ke-sekian kalinya.

Mika keluar dari kamar mandi dengan wajah murung. Raina langsung menghampirinya, dan memeluknya.

"Gapapa mik... nanti pasti dateng bayinya. Sabar aja, oke." ujar Raina yang sudah sangat yakin bahwa Mika belum beruntung. Tetapi saat merasakan badan Mika bergetar, Raina melepaskan pelukannya.

"HEH! Malah ketawa lo???"

"GUE BELOM BILANG HASILNYA LO UDAH SABAR-SABAR AJA RAI..."

"—Gue hamil." final Mika. Keduanya berteriak histeris lalu berpelukan. Raina sudah seperti bapak dari anak Mika, karena sangat antusias.

"Ayo, sekarang kita kasih tau Jaden. Nanti dia kaget terus seneng kan pasti ayo ayo ayo." Raina mengajak Mika, tetapi Mika lagi-lagi menahannya.

"Ngga usaah Rai. Nanti sama gue aja, gue mau surprise-in nanti." jelas Mika sambil tersenyum. Raina hanya manggut-manggut saja, menghormati keputusan bumil.

Sekarang sudah pukul 21.00 dan sudah waktunya Harsa dan Raina untuk pulang. Setelah pamit, Raina mulai membuka obrolan di mobil tentang Mika dan Jaden.

"Sa."

"Hm?"

"Menurut kamu Mika Jaden lagi ada apa-apa nggak sih?"

Harsa hanya mengerutkan dahinya. "Nggak ah. Kok tiba-tiba mikir kayak gitu?"

"Tadi aku temenin dia pergi mau beli testpack-"

Harsa menyela, "tunggu, kirain tadi mau beli boba?"

"Iya boong itu, makanya dengerin dulu!" Raina menatap sinis suaminya tapi genggaman tangannya tidak dilepas.

Mereka menggenggam satu sama lain, sudah kebiasaan di mobil.

"Dia beli testpack, terus tes. Hasilnya positif hamil, Sa."

"Hah?? Kok Jaden nggak dikasih tau?"

"Nah tadi pas aku mau suruh bilang ke Jaden, dia ga mau katanya nanti aja surprise." Raina memperlihatkan wajah berpikir yang serius, membuat Harsa tersenyum sedikit karena istrinya terlihat lucu.

"Kok malah senyum-senyum sih Sa??"

"Hehe maaf."

"Tapi menurut aku mereka fine-fine aja ah." Harsa kembali melihat ke depan.

"Ck menurut aku mereka lagi kenapa-napa deh seriusan!"

"Udah sayang, kita nggak tau apa-apa. Kalaupun mereka ada masalah, berarti itu urusan mereka aja. Kita gak usah ikut campur. Okaaay baby?"

"Baby baby gila lo!— Aku cuma khawatir sama Mika aja sih, dia lagi hamil jadi takut kenapa-napa."

"..."

"Kamu ga nuduh Jaden KDRT kan?" Harsa mulai bertanya serius.

"Ya... mungkin aja kan..."

"Rai jangan gitu lah.."

"Dia temen aku, aku tau dia gimana orangnya. Ga mungkin sampe KDRT ke Mika."

"Mika kan juga temen aku."

"Rai, kamu boleh asumsi mereka ada masalah, tapi sampe nuduh temen aku ngelakuin hal yang bener-bener jahat kayak KDRT itu ga banget."

Harsa mengatakan semua itu tanpa sedikitpun menoleh, yang membuat Raina cemas.

Raina mengerti mengapa Harsa seprotektif ini kepada Jaden, karena memang mereka sudah bersahabat sedari kecil, sebelum Harsa kenal Raina.

"Iya, iya maaf..."

Harsa tiba-tiba dengan perlahan melepas genggamannya dari tangan Raina. Raina tentu terkejut. Sial, sekarang ia bahkan tidak berani berbicara.

Harsa dan RainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang