Chapter Ten : Her

1.3K 153 37
                                    

Di hari rabu yang sibuk ini, Raina berencana untuk menemani Harsa ke kantor. Sosialisasi dengan karyawan-karyawan di tempat kerja Harsa menurut Raina perlu, karena dengan begitu hubungan antar chief dan karyawan tidak renggang, kalau kata Raina.

"Menurut kamu karyawan kamu suka aku nggak?" tanya Raina iseng, hanya ingin tahu jawaban suaminya.

"Kalo mereka suka ya bagus, kalo enggak juga nggak papa, yang penting aku suka kamu terus." jawab Harsa sambil tersenyum lalu menggesekkan ujung hidungnya dengan hidung Raina dan kembali sibuk dengan dasinya.

"Ck. I'm asking for real. What if they hate me so much?" Raina terduduk di pinggir tempat tidur sambil terus memikirkan itu.

"What would be their reason? Karena kamu istri aku?"

"Yes I guess, people nowadays are mostly misogynistic."

Jawaban Raina membuat Harsa menggelengkan kepala usai beres dengan urusan pakaiannya.

"Kalau pun kayak gitu, it's okay, I'll fire them."

"Serius? Cuma karena mereka nggak suka aku doang?" tanya Raina memastikan. Apa suaminya ini gila?

Harsa mengangguk pasti, "you're my life. Everything I do is about you, and for you. So if anything related to what I do is bothering my Raine Nora somehow, I'll erase it."

Raina mengulum bibirnya malu, mengapa Harsa selalu memiliki kalimat-kalimat yang membuatnya tenang dalam segala hal?

"Makasih sayang."


Tepat saat Harsa dan Raina memasuki gedung kantor Harsa, semua mata langsung tertuju pada sang istri.

"They're all looking at you." bisik Harsa sambil tetap membalas salam dan senyum karyawan-karyawannya.

"Deg-deg an, Sa."

Harsa mengelus punggung tangan Raina yang ia genggam dengan ibu jarinya untuk menetralisir degupan jantung sang istri.

Harsa menuntun Raina untuk masuk ke dalam lift. Kini, Raina jauh lebih tegang karena ada beberapa karyawan Harsa di sini, yang mana ketiga dari empatnya adalah perempuan.

"Pagi Pak Harsa," sapa salah satu karyawan dalam lift.

"Pagi juga mbak Fiona." jawab Harsa terdengar profesional dan ramah, sepertinya kebanyakan karyawannya suka dengannya, pikir Raina.

Please don't notice me...

"Istri bapak kah?"

Dammit.

"Iya mbak, cantik ya?" jawab Harsa sambil terkekeh yang dibalas pukulan pada lengan oleh Raina.

"Hehe, cantik pak."

Raina tersenyum malu. "Terima kasih ya, jadi malu."

"Sama-sama, mbak...?"

"Raina." balas Raina sambil mengulurkan tangan hendak bersalaman.

"Oke mbak Raina, hehe."

Lift terbuka, dan sesi perkenalan dengan karyawan random selesai karena benar-benar empat karyawan selain Harsa turun pada lantai itu.

"See? They like you." ujar Harsa, membuktikan bahwa karyawannya tidak akan bersikap buruk seperti yang sering ada di film-film.

"They? It was just her." balas Raina. Ia belum sepenuhnya yakin karena hanya Fiona tadi yang menyapa.

Lift terbuka pada lantai ruangan Harsa dan mau tidak mau mereka harus menghentikan perdebatan ini sementara.

Raina terkejut karena setelah lift terbuka, perempuan cantik langsung muncul menyambut Harsa. Tidak, Raina tidak cemburu. Hanya saja, Raina rasa perempuan itu sangat cantik.

Harsa dan RainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang