22.

18K 2K 132
                                    

Jeno terbangun saat matahari sudah mulai menyapa bumi. Ia melirik sekeliling ruangan yang ternyata adalah kamar lamanya.

Kepalanya agak sedikit pening, namun tak seberapa. Ia memutuskan untuk kekamar mandi terlebih dahulu.

Kira kira sekitar 10 menit ia didalam kamar mandinya, ketika keluar ia sadar ada sepucuk surat diatas nakasnya.

Kira kira sekitar 10 menit ia didalam kamar mandinya, ketika keluar ia sadar ada sepucuk surat diatas nakasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno tersenyum kecil membaca surat dari si manis kesayangannya.

"Sayang nana juga.." ucapnya pelan.

Jeno melipat surat tersebut dan menaruhnya dilaci. lalu setelahnya ia keluar kamar menuju ruang makan.

"eh nono udah bangun. mau sarapan sayang?" sapa Irene dengan senyum manisnya.

"ini Jeno bunda, bukan nono."

"loh? udah berubah toh?" Jeno tertawa melihat ekspresi bunda Irene nya. ia menghampiri dan mencium pipi Irene lalu turun keperutnya yang sudah mulai membesar.

"hai dedek apakabar? sehat sehat ya disana. cepet keluar biar bisa main sama hyung." lalu mengecupnya pelan.

Dulu saat Taeyong hamil Sungchan, Jeno diam diam datang kekediaman Jung dan sering melihat Mark mengelus perut buncit Taeyong dan menciuminya. Jeno iri karena tak bisa melakukan hal yang sama seperti Mark, maka dari itu ia sering mengelus perut Irene yang kini mulai membesar.

"eh eh eh, apaan itu cium cium istri papi." Suho datang dengan pakaian yang sudah rapih.

"sirik aja si pak tua." Jeno menjulurkan lidahnya mengejek.

"jahat banget kamu ya? masa istri papi dipanggil bunda tapi kamu gak mau panggil papi" Suho pundung soalnya istrinya lengket bgt nih sama sisulung Kim. 

upss.. sulung Kim apa anak tengah Jung tuh.

Tapi pundungnya Suho bercanda doang kok. Suho juga sayang banget sama Jeno walaupun udah segede gajah gini, Suho sering manjain Jeno juga kok cuma ya emang tipe tsundere gitu.

"aneh banget gak sih bun kalo manggilnya papi? alay hahaha" tawa Jeno disusul Irene. 

"jahat banget kamu. dahlah keluar aja gausah main kesini lagi."

Jeno menghampiri Suho lalu memegang tangan kanan Suho dan menaruhnya diatas kepalanya. "maaf ya papi Suho. jangan diusir anak gantengnya hehe."

Suho terkekeh lalu tangannya yang berada diatas kepala Jeno dipindahkan ke leher dan memiting leher Jeno. 

"bandel banget sih anak papi seneng banget bikin papinya cemburu hemm" 

Pagi yang indah dikediaman Suho bersama gelak tawa dari insan yang bernafas didalam sana. Beginilah sosok Jung Jeno. 

Dua tahun belakangan sisi kekanakannya mulai  keluar. walaupun tidak sering, tapi pada saat saat seperti ini Jeno menjadi pemuda Jail dan penuh kasih sayang. Setelah melakukan beberapa pertemuan dengan seorang psikolog kenalan Irene, Jeno mulai sedikit terbuka.

More Than Anything | [NOMIN] END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang