1. Mentor for Him

892 34 0
                                    

Sebelum kalian baca cerita ini?
Aku mau kasih tau kalau cerita ini hanya sampai 10 Chapter. Selebihnya akan di pindahkan ke versi PDF.

Dan untuk kalian yang mau baca PDF-nya secara langsung?

Kalian bisa pesan melalui :
- Instagram : gsnctarea_ (Dm Insta)
- Whastapp : 085777297491 (Only Chat)

Dengan Format Pembelian :

Judul PDF           :
Alamat Email    :
Bukti Transaksi :

Pembayaran melalui :

- BCA : 5750675559 An. Khairani Azzahra
- Cimb Niaga : 705278454300 An. Khairani Azzahra
- Nobu : 10511259415 An. Khairani Azzahra
- Shopee Pay : 081513926010
- Dana : 081513926010
- Ovo : 081513926010
- Gopay : 081513926010

⚠️ Khusus pembayaran melalui Shopee Pay, Dana, Ovo & Gopay +3.000 u/biaya admin

Warning! Pdf akan dikirim apabila Bukti Transfer sudah dikirim!

Harga PDF : Rp. 65.000
Halaman PDF : 115 halaman.
***
*prang* suara pecahan piring dan gelas yang di lakukan oleh seorang pria, sukses membuat orang yang ada di hadapan-nya menunduk ketakutan.

Jung Jeno, pria yang telah melakukan hal itu kepada seorang wanita yang bernama Huang Renjun.

"Akh sudah bilang bukan? Kau harus sampai di sini dalam waktu 5 menit! Kau telat satu menit bodoh! Apakah kecacatan-mu bertambah? Dari tuli menjadi bodoh?!" Teriak Jeno marah, menatap lawan bicara-nya.

Sungguh, saat ini badan Renjun gemetar ketakutan. Dia tidak berani mengangkat wajah-nya. Bukan hanya takut yang ia rasakan. Ia juga malu akan pandangan para siswa yang mencemooh-nya karena kekurangan yang ia punya. Bukan hanya kalkmat cemooh yang keluar dari mulut teman-temannya. Tetapi juga beberapa tindakan kasar lain-nya kepada diri-nya.

Jeno yang kemarahan-nya sudah mencapai tingkat akhir, ia langsung menghampiri Renjun. Mengangkat dagu Renjun, agar dia bisa menatap wajah orang bodoh seperti Renjun.

"Tch." Decih Jeno yang langsung menyentakkan tangan-nya ke samping. Membuat Renjun terduduk jatuh karena ulah Jeno.

Setelah Renjun terjatuh, Jeno langsung mengambil jus mangga yang ada di atas meja, lalu menumpahkan-nya di atas kepala Renjun.

"Lain kali, kalau di suruh itu yang benar! Kalau di bilang 5 menit ya 5 menit! Aku tau kau tuli! Tapi kau punya alat pendengar! Jadi,kau masih bisa mendengarkan perkataan-ku bukan?" Sentak Jeno.

"Apa perlu aku hancurkan alat pendengar-mu, untuk di jadikan alasan kau telat?" Sambung Jeno.

Renjun menggelengkan kepala-nya. Jangan lagi! Appa-nya sudah membelikan banyak alat pendengar untuk diri-nya. Ia tidak mau terkena omelan dari sang Appa.

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk telat. Tadi keadaan kantin sangat ramai, dan tidak memungkinkan aku datang dalam waktu--argh." Penjelasan Renjun terpotong, karena Jeno yang sudah menarik rambut-nya ke belakang. Membuat wajah-nya terangkat ke atas, menatap Jeno.

"Aku tidak perduli alasan-mu! Yang aku inginkan, kau harus menuruti semua perkataan-ku tanpa adanya alasan! Mengerti?!" Teriak Jeno, tepat di depan wajah Renjun.

Renjun memejamkan mata-nya sejenak karena teriakan Jeno. "Ak--aku mengerti. Sekali lagi maafkan aku." Ujar Renjun secara terpatah, karena merasakan perih di bagian rambut belakang-nya.

"Jeno! Kau sedang apa? Lepaskan ya No, kau menyakiti wanita itu." Ucap seorang wanita yang tiba-tiba datang ke kantin.

Jeno yang melihat sang kekasih (menurut-nya) datang, ia langsung melepaskan cengkraman-nya pada rambut Renjun. "Kau beruntung karena ada Nana! Coba saja kalau Nana tidak ada? Jangan berharap kau bisa selamat dari-ku!"

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Nana, yang mempunyai nama asli Nakamoto Jaemin. Jaemin langsung membantu Renjun berdiri dari duduk-nya. Merapihkan baju Renjun yang sedikit berantakan. Serta merapihkan rambut Renjun yang sangat berantakan.

"Kita ke UKS ya? Kepala-mu harus di beri krim, agar tidak terjadi memar." Ajak Jaemin.

"Aku tidak apa-apa. Terima kasih karena telah menolong-ku." Ucap Renjun, yang langsung pergi dari area kantin.

"Jung Jeno! Aku tidak suka ya kamu berbuat seperti itu!" Peringat Jaemin.

"Maafkan aku sayang, Tapi aku sangat senang sekali bermain dengan si tuli itu! Dia sangat bodoh, dan sering kali membuat aku kesal." Ucap Jeno, yang tidak mengidahkan peringatan Jaemin.

"Yak! Jangan berkata seperti itu! Kita ini bukan sepasang kekasih! Aku sudah mempunyai kekasih Jung Jeno! Dan ya! Jangan menyakiti seseorang! Apalagi seorang wanita!" Peringat Jaemin yang tak henti-nya memperingati Jeno.

Jeno itu sering menganggap Jaemin sebagai kekasih. Tapi tidak untuk Jaemin. Jaemin hanya menganggap Jeno sebagai teman dari smp sampai sma. Tidak lebih! Lagi pula ia juga sudah mempunyai seorang kekasih bernama Mark Lee.

Jaemin juga sering memperingati Jeno agar dia tidak menyakiti seseorang, apalagi seorang wanita. Tapi seperti biasa! Jung Jeno yang angkuh, arogant, dan keras kepala, sangat susah di beritahu-nya.

Mereka pun segera pergi ke kelas masing-masing, karena bel masuk telah berbunyi.

Renjun yang sudah ada di kelas pun langsung menundukkan kepala-nya, begitu melihat Jeno yang sedang menatap-nya tajam.

Renjun terus merapalkan berbagai macam doa agar sang guru cepat datang. Sungguh, ia tidak suka apabila banyak pasang mata yang menatap-nya dengan tatapan menjijikan.

Renjun akhirnya bisa bernafas lega karena sang guru yang akhir-nya datang.

"Renjun, Jeno. Kalian di panggil ke ruang kepala sekolah." Ucap sang guru yang baru saja datang.

Renjun menghela nafas-nya kasar. Sekarang apalagi? Kenapa Tuhan tidak pernah memberi jeda kepada diri-nya? Kenapa Tuhan selalu menguji kesabaran-nya, dan selalu memberikan cobaan kepada diri-nya?

"Ada apa ya bu? Padahal saya tidak pernah berbuat salah apapun?" Tanya Renjun, yang memberanikan diri untuk bertanya.

Karena sungguh, ia sangat tidak ingin berdekatan dengan Jung Jeno. Seorang yang sukses membuat Renjun ketakutan, seorang yang sukses membuat Renjun ingin menjauh dari diri-nya. Orang yang selalu Renjun anggap monster. Karena tidak pernah membedakan gender dalam membully orang. Plus sangat tidak menyukai orang yang memiliki kecacatan. Terutama kecacatan yang sering Jeno sebut Tuli, atau bahasa halus-nya Tuna Rungu.

"Saya juga tidak tau. Kepala sekolah hanya menyampaikan pesan seperti itu kepada saya. Lebih baik kalian berdua segera ke ruangan-nya untuk mengetahui lebih lanjut." Titah sang guru.

Baik Jeno dan Renjun langsung beranjak dari kursi-nya, lalu bergegas keluar dari kelas-nya, menuju ruang Kepala Sekolah.

Dengan sekuat tenaga, Renjun mencoba untuk jalan lebih belakang dari Jeno. Ia tidak mau dekat dengan Jeno.

Sampai akhir-nya mereka berdua tiba di ruang Kepala Sekolah.

Baik Renjun dan Jeno langsung duduk di hadapan sang kepala sekolah, setelah mendapatkan perintah untuk duduk.

"Jadi, apa maksud anda memanggil kami, Bu?" Tanya Jeno kepada Boa, sang kepala sekolah.

"Karena kamu tidak suka basa-basi, Ibu langsung bicara ke inti-nya saja. Ibu ingin Renjun jadi mentor belajar kamu." Ujar sang Kepala Sekolah.

"Kau tidak bisa menolak. Appa-mu sendiri yang memerintahkan saya untuk mencari mentor, agar nilai-mu tidak terus turun." Sambung sang Kepala Sekolah, begitu melihat Jeno yang ingin memprotes.

"Kenapa harus si tuli ini? Kan banyak murid pintar di sini, Bu?" Tanya Jeno yang sangat tidak suka mengenai calon mentor-nya.

Bukan hanya Jeno, Renjun pun tak setuju mengenai itu. Ia tidak ingin menjadi mentor Jeno.

"Renjun paling pintar di seluruh sekolah ini Jeno. Seluruh sekolah tau kalau dia bisa memenangkan soal tingkat kuliah setara S3."

DIFFERENT - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang