*tok tok tok* suara ketukan pintu di kamar Renjun, tidak membuat Renjun menoleh, atau memberhentikan belajar-nya, karena Renjun tidak bisa mendengar suara tersebut.
*cklek* pintu yang di buka dari luar, karena tidak mendapat sahutan dari dalam.
Perlahan, Jaemin mulai menghampiri Renjun yang tengah belajar. Di tepuk-nya pundak Renjun secara perlahan, membuat sang empuh tersentak kaget.
"Ya Tuhan! Kau mengagetkan aku Nana!" Pekik Renjun.
"Hehe, mian." Ucap Jaemin.
"Ada apa?" Tanya Renjun, yang mulai pakai bahasa tubuh.
Jaemin langsung memberikan sepasang alat pendengar untuk Renjun. "Pakai-lah. Aku baru membeli." Ujar Jaemin.
Renjun langsung membuka alat pendengar itu, dan memasang-nya di kedua telinga Renjun. "Terima kasih. Kau hanya ingin memberi ini?" Tanya Renjun.
"Appa menunggu-mu di bawah. Dia meminta diri-mu untuk makan malam bersama di bawah." Tutur Jaemin.
"Tiba-tiba? Tumben sekali Appa mengajakku makan malam bersama." Seru Renjun yang terkejut akan ajakan makan malam ini.
Bagaimana tidak terkejut kalau setiap hari-nya dia tidak pernah makan malam bersama. Hanya asisten rumah tangga-nya yang membawakan makanan ke kamar-nya, setiap hari seperti itu.
Appa-nya melarang dia untuk makan malam bersama. Appa-nya takut kalau ada tamu yang tiba-tiba datang, jadi Renjun tidak pernah di bolehkan untuk keluar kamar. Kalau ada butuh sesuatu? Ia tinggal memanggil sang asisten rumah tangga-nya.
"Kau terkejut bukan? Aku pun sama. Jadi, lebih baik kita ke sana. Aku takut Appa marah karena kita terlalu lama." Pinta Jaemin yang langsung menarik tangan Renjun keluar.
Mereka berdua pun mulai berjalan menuju ruang makan. Perlahan, cengkraman Renjun semakin kencang. Jaemin yang merasakan cengkraman tangan Renjun yang semakin kencang, ia mulai mengelus tangan Renjun. Jaemin tau kalau saat ini Renjun tengah gugup.
"Tenang saja. Appa tidak mungkin memarahi-mu. Kau tidak melakukan kesalahan apapun Renjun. Jangan gugup." Bisik Jaemin, menenangkan saudara-nya.
Renjun menangguk mengerti. Ia mencoba untuk menahan kegugupan-nya walaupun itu sangat susah.
Sampai akhirnya ia tiba di ruang makan. Jaemin langsung mendudukkan Renjun di sebelah-nya.
Renjun terus menunduk, menatap alas meja makan. Tidak berani menatap Yuta, sang Appa yang tengah menatap-nya.
"Selamat makan." Ucap Yuta, yang mulai makan terlebih dahulu.
Mereka pun mulai makan dengan hikmat. Tidak ada yang berminat membuka suara, sampai akhir-nya makanan mereka habis.
"Renjun." Panggil Yuta, sukses membuat Renjun menoleh, dan tidak sengaja menatap manik mata Yuta.
"Iya Appa?" Ujar Renjun dengan pelan, namun masih bisa di dengar Yuta.
"Kamu akan di jodohkan oleh anak-nya teman Appa. Eomma-mu telah merencanakan ini dengan teman-nya. Kau akan bertemu dengan-nya pada hari minggu." Seru Yuta.
"Perjodohan?" Tanya Renjun yang masih tidak nalar tentang ini.
"Iya. Appa tidak mau mendengar penolakkan-mu. Masih kending ada yang mau menerima wanita tuli seperti diri-mu. Jadi, jangan coba-coba untuk menolak." Ujar Yuta.
Renjun tersenyum miris mendengar-nya. Ternyata ada maksud di balik Appa-nya mengajak diri-nya untuk makan malam bersama.
"Aku tidak ada niatan untuk menolak. Lagipula Appa akan tetap memaksa bukan?" Sahut Renjun.
"Tentu saja. Apakah ada orang yang menerima gadis tuli seperti diri-mu? Tidak ada! Hanya teman Eomma-mu yang mau menerima anak-nya di jodohkan oleh gadis tuli seperti diri-mu. Jadi, bersyukur-lah." Seru Yuta.
"Oke. Kau boleh kembali ke kemar-mu, dan jangan keluar seperti biasa-nya. Mengerti?" Titah Yuta.
Renjun hanya mengangguk lirih, dan mulai bergegas kembali ke kamar.
"Appa. Apakah ini di perlukan? Renjun tidak mau perjodohan ini." Seru Jaemin membuka suara.
"Tentu saja di perlukan Jaemin. Tidak ada yang menerima kakak-mu yang tuli. Jadi, mumpung ada yang mau, kenapa tidak?" Sahut Yuta.
"Appa, tapi tetap saja. Kita harus mendengarkan pendapat dari Renjun. Appa tidak bisa--"
"Sayang, dengarkan Appa-mu. Jangan sampai membuat Appa-mu marah." Peringat Kim Jennie, yang sekarang telah berubah marga menjadi Nakamoto Jennie, Ibunda dari Jaemin.
"Tapi Eomma--"
"Tingkah-mu bisa membuat Appa marah dan melampiaskan-nya ke Renjun." Peringat Jennie.
Dengan helaan nafas pasrah, Jaemin akhir-nya membungkam suara-nya.
"Kalau begitu Jaemin pamit." Seru Jaemin yang langsung pergi meninggalkan ruang makan.
Bukan-nya kembali ke kamar, Jaemin malah melenceng ke kamar Renjun.
Di ketuk-lah pintu kamar Renjun, lalu masuk ke dalam, setelah di izinkan masuk oleh sang pemilik kamar.
Perlahan, Jaemin masuk ke dalam kamar Renjun. Ia langsung melihat Renjun yang tengah meneruskan belajar-nya. Ah tidak, sekarang sudah berubah menjadi menggambar.
"Aku mengganggu-mu?" Tanya Jaemin.
"Tidak. Ada apa?" Tanya Renjun yang masih meneruskan acara menggambar-nya.
"Kau tidak menolak perjodohan ini?" Tanya Jaemin.
"Memang-nya aku bisa?" Tanya balik Renjun, yang sukses membuat Jaemin bungkam.
"Lagipula yang di katakan Appa ada benar-nya. Seharus-nya aku bersyukur karena ada keluarga yang mau menerima kekurangan-ku." Sambung Renjun.
"Renjun! Kau tidak boleh berkata seperti itu! Pasti ada lelaki yang tulus, yang mencintai diri-mu. Kau tidak boleh berkata seperti itu! Semua manusia pasti mempunyai kekurangan. Jangan jadikan kekurangan itu sebagai penghalang kehidupan-mu." Peringat Jaemin.
"Tapi kenyataan-nya seperti itu Na. Tidak ada lelaki yang mencintai orang tuli seperti diri-ku. Jangan-kan lelaki. Para wanita saja tidak ada yang mau berteman dengan diri-ku yang berkekurangan seperti ini." Seru Renjun.
Jaemin menatap Renjun lirih. "Renjun--"
"Tidak usah mengasihani aku Na. Aku baik-baik saja." Sergah Renjun.
Renjun paling tidak suka di kasihani. Renjun tidak suka tatapan orang yang mengasihani diri-nya, atau menatap-nya dengan tatapan jijik. Tapi Renjun tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kalau kau butuh bantuan-ku? Katakan-lah. Aku siap membantu diri-mu." Ujar Jaemin.
Renjun menghentikan kegiatan-nya, membalikkan tubuh-nya, menjadi menatap Jaemin. "Terima kasih atas penawaran-nya. Aku akan mengabari-mu." Ujar Renjun, dengan senyum yang merekah di wajah-nya.
Jaemin juga ikut tersenyum. Ia langsung beranjak dari duduk-nya, dan langsung memeluk Renjun. "Jangan ada niatan untuk menyerah ya. Aku ada di sini. Aku akan selalu membantu-mu. Aku menyayangi-mu, tidak perduli keadaan-mu seperti apa. Jadi, jangan pernah berfikir untuk menyerah ya, Mengerti?" Ujar Jaemin di dalam pelukkan Renjun.
"Aku mengerti. Terima kasih karena telah menjadi saudara yang baik untuk-ku. Walaupun kita bukan saudara kandung."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT - NOREN
FanfictionCERITA INI KHUSUS NOREN (JENO X RENJUN) SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK SUKA DENGAN SHIPPER YANG BERSANGKUTAN? DIMOHON UNTUK TIDAK BERKOMENTAR NEGATIF DI KOLOM KOMENTAR! ATAUPUN DI KEHIDUPAN PRIBADI LEE JENO DAN HUANG RENJUN!