*ting nong* suara bel apartemen tempat tinggal Renjun dan Jeno terus berbunyi.
Renjun yang sedang ada di dalam kamar pun langsung menghampiri sumber suara.
Membuka pintu apartemen begitu dia sampai, dan betapa terkejut-nya diri-nya ketika melihat Taeyong yang sedang berdiri di depan-nya.
Langsung saja Renjun menuntun Taeyong untuk masuk ke dalam apartemen-nya. Mendudukkan Taeyong di sofa ruang tamu-nya.
"Mommy sama siapa? Sendirian? Mommy mau minum apa? Kenapa gak telepon dulu?" Serentet pertanyaan yang Renjun keluarkan begitu Taeyong masuk ke dalam rumah-nya.
Bukan-nya menjawab, Taeyong malah memegang tangan Renjun yang tengah terlilit perban.
"Tangan kamu kenapa? Di mana Jeno?" Tanya Taeyong kepada Renjun.
"Ah itu karena kesalahan aku sendiri Mom. Aku yang tidak hati-hati ketika sedang membereskan pecahan piring yang telah aku pecahkan." Ujar Renjun yang setengah jujur, dan setengah bohong.
"Dan Jeno sedang pergi keluar sebentar. Kata-nya ada urusan penting bersama teman-nya. Tadi-nya ia tidak ingin pergi. Tapi aku suruh dia untuk menemui teman-nya." Dusta Renjun.
Tidak mungkin-kan Renjun mengatakan kalau Jeno langsung pergi setelah membuat tangan-nya luka? Bisa di kuliti Jeno sama Taeyong. Sehabis itu, diri-nya lah yang di kuliti Jeno karena Renjun, Jeno jadi terkena marah sama Taeyong.
"Kamu tidak sedang memberikan alasan kepada Mommy, agar Mommy tidak curiga-kan?" Tanya Taeyong penuh selidik.
"Beneran Mom. Ini pure kesalahan aku sendiri." Balas Renjun. Berusaha untuk tidak gugup dan bertingkah aneh, agar tidak ketahuan.
"Sungguh bukan karena Jeno?" Tanya Taeyong sekali lagi.
"Sungguh." Ucap Renjun meyakinkan.
"Kalau begitu aku pamit ke belakang dulu ya Mom. Aku akan mengambilkan Mommy minum sama beberapa camilan." Ujar Renjun.
Baru saja Renjun ingin membalikan badan, Taeyong memegang lengan tangan-nya lagi.
"Ada yang Mommy ingin-kan?" Tanya Renjun.
"Tidak usah mengambilkan Mommy. Mommy ke sini ingin mengajak-mu berbelanja. Apakah kau mau?" Tanya Taeyong.
"Bagaimana bisa aku menolak, sedangkan wajah Mommy seperti itu." Jawab Renjun yang sangat gemas melihat mata boba milik Taeyong yang berbinar. Bukan hanya itu! Wajah Taeyong saat ini benar-benar seperti puddle yang sangat menggemaskan.
Mana mungkin Renjun menolak di saat Taeyong sudah seperti ini? Tidak ada yang bisa menolak! Tidak ada satu pun yang bisa menolak kalau Taeyong sudah seperti ini!
"Jinjja?!" Tanya Taeyong antusias.
"Sungguh Mommy. Kalau begitu izinkan Renjun mengganti baju dulu." Pinta Renjun.
Dengan senanh hati Taeyong melepaskan cekalan tangan-nya. "Jangan lama-lama ya sayang! Jangan cantik-cantik juga! Kasihan anak Mommy nanti! Jadi duda tercepat karena kecantikan, kelucuan dan keimutan-mu dalam berpakaian dan ber-rias!" Peringat Taeyong.
Renjun hanya bisa terkekeh dan meneruskan perjalanan-nya menuju kamar-nya.
Oh shit! Semoga Taeyong tidak mengikuti Renjun! Bisa bahaya kalau sampai Taeyong tau, kalau Renjun dan Jeno tidur di kamar yang terpisah.
Sampai di dalam kamar tamu, Renjun langsung mengganti pakaian-nya dan merias wajah-nya, serta rambut-nya. Setelah selesai, baru-lah dia kembali.
"Kajja!" Seru Taeyong yang langsung menarik tangan Renjun keluar.
***
Beberapa menit di perjalanan, Taeyong dan Renjun akhir-nya tiba di salah satu mall terbesar di Seoul.
Mereka benar-benar belanja. Belanja layak-nya seorang wanita. Apalagi seorang Lee Taeyong yang saat ini sudah berubah marga menjadi Jung Taeyong, yang sangat suka berbelanja dan menghabiskan harta-nya dan juga harta Jaehyun.
Taeyong itu tipikal orang yang tidak melihat harga kalau belanja. Apa yang ia lihat dan menurut-nya bagus, ia langsung membeli itu. Sangat berbeda dengan Renjun yang lebih dulu melihat harga.
Bukan-nya apa-apa! Renjun itu di kasih uang perbulan itu pas. Yuta hanya memberi-nya uang jajan sekolah. Keperluan lain-nya? Renjun harus urus sendiri dan cari sendiri. Maka dari itu Renjun selalu tabungkan uang yang Yuta kasih, kalau ada sesuatu yang mendadak di sekolah, yang membutuhkan uang banyak. Apalagi saat ini diri-nya sudah kelas 12, dan sebentar lagi akan lulus. Yang mana kelulusan itu memakan uang banyak untuk merayakan-nya.
Itu aja kadang perbulan tidak cukup. Ada saja pengeluaran dari sekolah yang menguras uang-nya.
'Oh Tuhan!' Pekik Renjun dalam hati, ketika melihat Jeno yang tengah jalan bersama seorang wanita.
Renjun langsung saja bertingkah se-normal mungkin agar Taeyong tidak melihat.
"Mommy, bagaimana kalau kita melihat baju yang di ujung sana. Seperti-nya sangat bagus." Ujar Renjun, mengalihkan perhatian Taeyong. Serta menjauhkan Taeyong dari Jeno.
Renjun tidak mau Jeno terkena masalah. Apalagi masalah itu karena keteledoran-nya yang tidak bisa mengalihkan perhatian Taeyong.
"Benarkah?" Tanya Taeyong yang langsung menatap baju yang adi di ujung ruangan.
"Ayo Renjun!" Ajak Taeyong yang sudah lebih dulu jalan menuju ruangan paling ujung.
Renjun langsung mengikuti Taeyong. Di sepanjang jalan, Renjun terus mengirimi pesan untuk Jeno. Memberi tahu kalau dia ada di sini bersama Taeyong. Jadi, Jeno bisa pindah bersama wanita yang ia bawa.
Renjun tidak tau dan tidak mau tau mengenai wanita yang di bawa Jeno. Ia hanya tidak ingin berurusan dengan Jeno. Ia takut kalau dirinya bertanya, Jeno malah marah dan mengeluarkan sikap serta ucapan kasar kepada diri-nya.
Lagipula Renjun tidak ada hak untuk bertanya. Pernikaha mereka juga di laksanakan atas dasar keterpaksaan.
Ya walaupun dulu Renjun pernah memiliki perasaan kepada Jeno, karena wajah Jeno yang dingin. Namun ia urungkan ketika diri-nya tau kalau Jeno membenci diri-nya.
"Renjun, cobalah baju ini. Ini terlihat cocok untuk-mu." Ucap Taeyong, mengalihkan lamunan Renjun.
"Mommy. Mommy sudah membelikan Renjun banyak sekali." Peringat Renjun.
Pasal-nya, tangan Renjun sudah memegang beberapa banyak barang belanjaan milik-nya. Begitu juga Taeyong yang sudah memegang barang belanjaan milik Taeyong sendiri.
"Lantas kenapa? Apakah kau tidak suka baju yang Mommy berikan?" Tanya Taeyong dengan tampang polos-nya.
Renjun langsung menggeleng panik. "Anniya. Bukan itu maksud aku. Bukan-kah ini sangat berlebihan? Bagaimana kalau uang Mommy habis hanya untuk membelikan Renjun baju?" Tanya Renjun dengan polos-nya, sukses membuat Taeyong tertawa.
Taeyong juga langsung mencubit kedua pipi Renjun karena gemas. "Yak! Kau benar-benar anak-nya Winwin! Kau polos sekali seperti Winwin!" Ucap Taeyong.
"Renjun-ah dengar. Uang Mommy tidak akan habis, ya tidak tau juga sih. Kan nasib tidak ada yang tau. Tapi kau tenang saja! Uang Mommy tidak akan habis hanya karena membelanjakan-mu."

KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT - NOREN
FanfictionCERITA INI KHUSUS NOREN (JENO X RENJUN) SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK SUKA DENGAN SHIPPER YANG BERSANGKUTAN? DIMOHON UNTUK TIDAK BERKOMENTAR NEGATIF DI KOLOM KOMENTAR! ATAUPUN DI KEHIDUPAN PRIBADI LEE JENO DAN HUANG RENJUN!