8. Canceled!

290 19 0
                                    

Setelah selesai makan malam, dan berbincang. Renjun akhirnya memutuskan untuk pulang. Tentu saja di antar oleh Jeno! Taeyong yang memaksa Jeno untuk mengantar Renjun pulang.

"Batalkan pernikahan-nya." Ucap Jeno yang sedang fokus menyetir mobil.

"Aku ingin, tapi aku tidak bisa." Sahut Renjun dengan wajah yang masih menunduk.

"Bukan-kah sudah aku katakan bahwa aku tidak perduli dengan alasan-mu? Yang aku inginkan kau menuruti ucapan-ku. Jadi, batalkan pernikahan-nya. Apapun cara yang kau pakai, aku tidak perduli." Ucap Jeno.

"Baiklah. Akan aku usahakan." Balas Renjun. Renjun tidak mau memancing amarah Jeno lebih banyak. Jadi, ia lebih memilih untuk mengalah dan menuruti semua ucapan Jeno.

Keadaan kembali hening. Tidak ada yang membuka usaha, sampai akhirnya--

*ckit* decitan ban mobil dengan aspal jalanan, begitu Jeno menginjak pedal rem. Membuat mobil Jeno terhenti di pinggiran jalan.

Renjun terkejut dengan aksi Jeno yang berhenti tiba-tiba. Tubuh-nya terhuyung ke depan. Tapi untung saja dia menggunakan seatbelt. Kalau tidak? Bisa terjadi hal buruk yang Renjun tidak inginkan.

"Keluar." Titah Jeno.

Renjun terdiam sejenak, menatap sekitar. Jalanan begitu sepi, dan jarak rumah-nya dari tempat ia berhenti lumayan jauh. Lagi pula ini sudah malam.

"Apakah alat pendengar-mu tidak berfungsi? Aku bilang keluar!" Titah Jeno sekali lagi, dengan nada yang lumayan tinggi.

Renjun tersentak kaget. "Baiklah. Terima kasih atas tumpangan-nya." Ucap Renjun, lalu keluar dari mobil Jeno.

Tak lama setelah Renjun keluar, Jeno langsung menjalankan mobil-nya. Memutar balikkan mobil-nya, lalu pergi dari pandangan Renjun.

Renjun menghela nafas-nya kasar. Menatap sekitarnya, berdoa supaya dia bisa pulang dengan selamat, barulah dia melangkahkan kakinya untuk pulang.

Daerah pemukiman dia jarang di lalui taksi. Apalagi sudah malam begini, taksi pasti bakalan jarang lewat daerah dia. Bus? Dia tidak membawa kartu bus, lagipula ini sudah malam, dan bus terakhir sudah lewat beberapa jam yang lalu. Lagipula percuma naik taksi, uang Renjun sangat pas untuk jajan sebulan-nya. Naik taksi hanya bisa bikin uang jajan-nya habis sebelum waktu yang di tentukan.

Di sepanjang jalan ia terus merapalkan doa kepada Sang Kuasa. Agar dirinya di hindarkan dari berbagai macam malapetaka, termasuk orang jahat.

Kalian tau sendirikan kasus kejahatan di Korea sangat-lah banyak. Jadi, ia memutuskan untuk berdoa di sepanjang jalan.

Di sepanjang jalan juga, Renjun sempat memikirkan Jeno. Ia bepikir kenapa Jeno bisa sebegitu membenci diri-nya. Apa salah Renjun? Apa karena kekurangan Renjun? Renjun yang tuli? Atau Jeno memang membenci manusia yang tidak sempurna dan memiliki kecacatan pada tubuh-nya.

Tapi kalau mengingat ucapan Appa Jaehyun, keluarga Jeno juga memiliki kekurangan. Sang Eomma yang memiliki luka di sudut mata-nya, luka yang membentuk kelopak mawar. Hingga sang Appa yang memiliki kecacatan di kedua pipinya, sehingga menghasilkan dimple di kedua pipinya.

Lagipula, di sekolah mereka juga bukan cuma Renjun yang memiliki kecacatan. Ada juga dari kelas lain yang memiliki kecacatan. Dia tidak bisa berbicara atau bahasa kasarnya di sebut bisu. Tapi Jeno tidak pernah membully dia, walaupun anak lain suka membully dia dan juga Renjun.

Apa Jeno hanya tidak suka kepada Renjun, atau kepada orang tuli? Tapi kenapa? Kenapa Jeno tidak suka? Apakah Renjun pernah membuat salah kepada Jeno? Padahal Renjun selalu menghindar kalau berpapasan dengan Jeno. Ia juga tidak sok kenal dengan Jeno. Dia juga tidak suka cari perhatian kepada Jeno, ataupun mengusik kehidupan Jeno. Tapi kenapa Jeno suka sekali membully diri-nya?

Atau Jeno memang tidak suka kepada orang tuna rungu? Tapi kenapa? Apakah dia memiliki kenangan buruk terhadap orang tuna rungu? Tapi kenapa dia melampiaskan kemarahan itu ke Renjun? Padahal-kan yang berbuat salah orang itu, bukan Renjun. Atau jangan-jangan, Jeno menganggap semua orang tuna rungu seperti orang itu? Orang yang telah menyakiti Jeno?
---

Beberapa menit Renjun berjalan, akhirnya ia tiba di rumah-nya dengan selamat.

Masuk ke dalam rumah-nya, dan hendak menuju kamar-nya. Namun, baru begitu masuk ke dalam? Ia sudah di suguhi pertanyaan oleh sang Appa.

"Kau ngomongin keburukan saya apa saja ke Jaehyun dan Taeyong?" Tuduh Yuta.

"Aku tidak membicarakan apapun tentang Appa ke Jaehyun Ahjussi, ataupun ke Taeyong Ahjumma." Jawab Renjun.

"Jangan berbohong! Apakah selain tuli, kau juga suka berbohong?!" Ujar Yuta sekali lagi, menuntut jawaban yang Renjun tidak miliki.

"Appa. Tapi Renjun jujur. Renjun tidak membicarakan hal apapun mengenai Appa ke Jaehyun Ahjussi, atau ke Taeyong Ahjumma. Appa bisa tanyakan sendiri ke mereka kalau Appa tidak percaya." Jawab Renjun.

Tubuh Renjun sudah bergemetar takut. Tidak sanggup untuk menatap wajah sang Appa. Tapi Renjun yakin dari nada bicara sang Appa, Appa-nya sudah marah, ah tidak! Sangat marah kepada diri-nya.

"Argh." Ringis Renjun ketika rambutnya di tarik ke belakang, yang memaksakan wajah-nya terangkat menatap manik mata Appa-nya.

"Kalau orang ngomong, apalagi orang yang lebih tua ngomong itu tatap wajah-nya! Tidak punya sopan santun sekali kamu! Apa karena kamu pintar di bidang akademik, kau jadi seperti ini?!" Teriak Yuta tepat di depan wajah Renjun. Bukan hanya itu, Yuta juga semakin merematkan tangan-nya kepada rambut Renjun, yang membuat Renjun meringis kesakitan.

Kepala-nya benar-benar terasa perih saat ini. Seperti rambut-nya akan copot dari kepala-nya.

"Maafkan aku Appa. Tapi aku bersungguh, aku berani bersumpah demi Eomma. Aku tidak berkata apapun kepada Jaehyun Ahjussi dan Taeyong Ahjumma mengenai Appa. Mengenai segala tindakan Appa, Renjun tidak bercerita." Jelas Renjun yang terpatah karena ringisan yang sesekali keluar, begitu Yuta menarik rambut-nya.

Yuta mendecih dan segera melepaskan tangan-nya dari rambut Renjun.

Renjun kira penderitaan-nya telah berakhir. Namun ternyata tidak. Yuta langsung memegang rahang Renjun dengan salah satu tangan-nya. Meremat-nya dengan sangat kencang.

"Kalau sampai aku mendengar berita buruk tentang-ku dari Jaehyun dan Taeyong. Aku pastikan hidup-mu tidak akan tenang! aku akan memindahkan kuburan Eomma-mu di tempat yang tidak kamu ketahui. Mengerti?!" Teriak Yuta di akhir kalimat.

Dengan terpatah, Renjun menganggukkan kepala-nya, dan menjawab ucapan Yuta. "Mengerti Appa." Jawab Renjun.

Yuta langsung melepaskan tangan-nya dengan cara menyentak. Membuat wajah Renjun terlempar ke samping karena sentakan itu.

"Tch! Berbicara dengan-mu, membuat emosi-ku menaik! Kau benar-benar menarik emosi-ku!" Teriak Yuta, lalu pergi meninggalkan Renjun sendirian.

Renjun menghela nafas-nya kasar, memegang kepala-nya dan bergegas ke kamar-nya.

DIFFERENT - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang