Happy ReadingJangan lupa tinggalkan jejak kalian
Hari ini, hari dimana seluruh murid melakukan aktifitasnya seperti minggu-minggu sebelumnya. Beruntung, hari ini cuaca sangat mendukung mereka. Tidak ada matahari terik yang menyinari lapangan saat ini..
Terlihat para penghuni lapangan sudah mulai bosen dengan ocehan kepala sekolah yang berceloteh.
"Gela lama kali itu mengocehnya."
"Ck, bersemangat sekali bung."
"Tidak ingat umur dianya."
"Tapi dia masih keliatan muda, kok, masa udah berumur."
"Pegel woy!"
Perkataan kesal mulai terdengar dari ujung barisan hingga ujung barisan lainnya.
"Jadi bapak ingatkan sekali lagi, tolong tidak ada pembullyan lagi di sekolah ini dalam bentuk apapun. Kalian sudah dewasa jadi harus paham, mengerti semuanya!" ucap kepala sekolah lantang.
"TIDAK!" teriak nyaring salah satu penghuni lapangan dari sekian banyaknya penghuni lapangan.
"Siapa itu? Siapa yang tidak mengerti?"
Dengan beraninya dia mengangkat tangannya ke atas. Seketika itu beberapa siswa yang di sampingnya mulai bergeser, memberi jarak, agar kepala sekolah bisa melihatnya.
"LUBNA?" ucap kepala sekolah dengan suara baritonnya.
Ya, dia Lubna. Siswi yang dengan berani menyuarakan pendapatnya. Tepat setelah beberapa hari tidak sekolah dan hari ini sudah kembali ke sekolahnya.
Bisikan bisikan mengarah lada Lubna. Tak hanya komentar positif, negatif pun dia dapatkan.
"Kamu mau membuat keributan lagi di sekolah?! bahkan ini masih jam upacara," ucapnya. "Kesalahan kamu yang kemarin juga belum dapat hukumannya Lubna," lanjutnya menatap Lubna dengan kesal.
Lubna yang sedang berdiri diam di tengah kerumunan itu hanya menatap kepala sekolahnya datar tanpa minat.
"Saya perintahkan untuk membubarkan upacara saat ini juga!" Tegasnya. "Dan kamu, Lubna, berdiri di tengah lapangan sampai saya mengijinkan untuk berhenti. Bubar!" ucap kepala sekolah tanpa ingin di bantah.
Saat itu juga upacara terhenti. Para murid mulai meninggalkan lapangan untuk kembali ke kelas mereka masing - masing, tak semuanya kembali. Beberapa murid masih ada di area lapangan, bahkan ada juga yang berjalan menunju kantin.
"Na, are you okay?" tanya Kefan khawatir menatap Lubna.
"Lubna!" sentaknya Kefan.
Lubna dengan tatapan kosonganya itu pun tersentak. "Gue gakpapa, udah kalian balik sana kekelas. Gue masih pengen di sini," ucapnya.
"Gak, kita ini sahabat. Sahabat seperjuangan, lo di sini ya kita di sini juga lah," ucap Calista.
"Gak ada, gue lagi pengen sendiri disini. Lagian lo ngapain juga di sini?" tanya Lubna menatap kearah Sava.
"Hmmm, sebenernya ada yang pengen gue omongin berdua sama lo. Tapi ntar aja, deh, di apartemen." jawab Sava.
"Apaan, gue kepo, nih." tanya Maudy penasaran.
"Ck, kebiasan lo!" sentak Calista.
"Yeee, biarin aja." ledek Maudy tak terima.
"Kang gosip." ejek ccalista.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abu Abu [ completed ]
RandomCerita pertama! Tahap revisi (Boleh follow dulu gak sebelum baca? Hehe) Setelah baca cerita ini, wajib lanjut Lubna dan effort. Hati-hati pusing saat membaca cerita ini. Saat selesai membaca cerita ini, tolong ambil baiknya dan buang buruknya. Ji...