Cinema

3.1K 699 52
                                    


[Name] menatap tak minat layar bioskop di depan sana, menayangkan sebuah film animasi bergenre dark, dalam batin ia menggerutu kesal, mengkritik animasi itu, ‘Manusia kok bisa sebesar itu.. tidak pakai celana lagi.’

Pemuda bersurai pirang dan berkacamata minus yang kini duduk di samping kanannya tak henti tersenyum lebar sedari tadi. Tangan kirinya menggenggam erat tangan kanan [Name], maniknya tak lepas dari layar besar di depan sana.

“Goo..”

“Hm..?” Goo menaikkan sebelah alisnya, tak menoleh sedikitpun pada [Name] yang telah memasang raut kesal, bosan dan risih, gadis itu melirik sekilas ke arah kiri, kursi di sampingnya. Kursi itu ditempati oleh seorang bapak-bapak tua yang mengenakan pakaian aneh. [Name] tak nyaman pada bapak-bapak itu.

Bukan tampilannya yang aneh membuat [Name] tak nyaman, namun hal yang membuat gadis itu tak nyaman dan risih adalah sedari tadi ia merasa diperhatikannya.

Tangan kirinya yang tergantung malas di atas pembatas kursi tak sengaja bersentuhan dengan tangan orang tua itu, sontak saja [Name] berjengkit pelan kaget tanpa suara. Goo langsung menatap gadis itu penuh keheranan, “Kenapa..?” bisiknya.

[Name] sedikit mendongak menatap wajah Goo yang samar-samar terlihat di sampingnya, gelap.

“T-tidak ada apa-apa.”

Mengeryitkan keningnya, Goo melirik tajam kearah samping kiri [Name] duduk.

“Mau tukar tempat duduk..?” peka pemuda itu.

[Name] mengerjapkan matanya, ia melirik canggung kearah bapak-bapak di sampingnya yang kini sedang menatap lekat kearahnya, “Iya..!” ucap si netra merah itu.

Goo tersenyum miring melihat wajah bapak-bapak di samping gadis pujaannya itu merasa tak senang, “Ah, atau mau duduk di atas pangkuanku saja, sayang?”

[Name] melotot kaget, ia mengedarkan pandangannya kesekitar, beberapa mata teralih dari layar besar di depan sana kearahnya berada, suara Goo barusan tak dikontrol sedikitpun, sangat terdengar jelas.

“Mulutmu..!” [Name] meraup wajah pemuda itu hingga kacamata yang bertengger di hidung mancungnya bergeser jauh.

Goo meringis, ia membenarkan letak kacamatanya, kemudian menepuk-nepuk pahanya, “Sini..!”

[Name] menggeleng, “Tidak jadi..” ia kembali duduk di tempatnya semula, mencoba tak peduli dengan bapak-bapak tua di sisi kirinya.

Kedua tangannya bersedekap di depan dada, maniknya menatap lurus ke depan, otaknya berusaha keras mencerna isi dari film animasi yang kini sedang tayang di depan sana.

Grep!

“Eh?” tubuhnya melayang.

Tap!

Dan mendarat sempurna di atas paha keras milik seseorang.

Nafas berat menyapu tengkuk leher, membuat bulu kuduk merinding. [Name] blank, gadis itu sedang memproses apa yang sedang terjadi.

Ia menolehkan kepalanya kebelakang cepat, dan menangkap senyum manis si psikopat pirang.

“Nyaman..?”

Tak bisa dipungkiri, paha Goo senyaman sofa.

“Iya..”

•••

“Kau gendut sekali, [Name]..”

[Name] menahan kesal, dua lengan kekar membelit pinggangnya erat, gadis itu berjuang keras tak mengeluarkan sebuah decakan kesal dari bibirnya, agar tak mengganggu suasana yang saat ini sedang tegang.

“EREN!”

“BERHENTI, MIKASA! KAU GILA?!”

“LEPAS, ARMIN! EREN BISA MATI JIKA DIBIARKAN-”

“LIHAT DIRIMU SENDIRI, MIKASA! KAU TERLUKA PARAH!”

[Name] perlahan terbawa suasana, kedua sudut matanya basah, tenggorokannya tercekat, jemarinya meremas kuat tangan yang melingkar di pinggangnya.

“AKU TIDAK PEDULI-”

JREEEEEZZZZ!!

“MIKASA!”

“Biarkan saja, Armin. Mikasa tak akan mendengarkanmu..”

[Name] menyandarkan kepalanya kebelakang lalu menarik ingus, “Mikasa bucin tolol..” bisiknya pada Goo.

Goo mengangguk, tangannya mengusap surai [Name] lembut, dunia terasa milik berdua.

“UUAAAAAERRGHHHHHHHHHHHH!!! AYAH!!! IBU!!! HUAAAARGHH!!!”

Adegan berdarah, [Name] menutup mulutnya, she's so very shock! Kedua kelopak matanya sampai mengeluarkan air mata.

Di layar besar kini sedang memperlihatkan salah satu orang prajurit pasukan pengintai dimakan hidup-hidup oleh titan abnormal. Mati dengan begitu mengenaskan.

Hampir seluruh orang yang berada di dalam bioskop, tak hanya [Name] menangis melihat adegan tak manusiawi itu.

[Name] menahan isakan, air matanya semakin banjir saat layar bioskop memperlihatkan flashback kehidupan penuh perjuangan prajurit yang mati dimakan oleh titan abnormal itu.

“Ukh.. s-semoga k-kau tenang d-di sana, Loch.”

Goo yang memangku gadis itu menahan tawa, “Kok nangis..?” bisiknya, [Name] menampar pelan pipi pemuda itu, “D-diam, keparat..!”

“ERWIN!”

“KAPTEN!”

“Goo, kau benar-benar sialan..”

Keluar dari bioskop, kedua kelopak mata [Name] bengkak.

Be Mine! [Jung Goo X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang