Billion Love

2K 452 16
                                    


Tak seharusnya hal ini terjadi. Semuanya berantakan dan tak sesuai ekspektasi. Andai waktu dapat sekali saja diputar kembali, sekali saja.

"Sayang, dengar!"

"Oh Tuhan! Tolong kami!"

"Dengarkan aku! Dengar!"

"Lepas sabuk pengamanmu, lompat kebelakang! Lindungi anak-anak!"

"Ayah jangan mengebut! Aku takut!"

"Oh anak gadisku.." lirihnya.

Klik!

Sabuk pengaman terlepas, wanita itu langsung saja melompat ke kursi belakang dan mendekap erat kedua anaknya. Rasa takut ia tampik, wajahnya memasang raut tenang meski sorot mata tak bisa membohongi.

"K-kemari, peluk i-ibu erat-erat! Kita akan baik-baik s-saja-"

Dradak-!

Drak-!

Drak!

Drak!

Drak!

Sang gadis menangis semakin deras saat sisi kiri mobil menyerempet plang-plang di pinggir jalan, kedua maniknya menangkap dengan jelas bagaimana kaca mobil di sampingnya berubah menjadi retak, "Ayah, jangan kencang-kencang! [Name] takut!"

"Sayang, telpon polisi!" keringat dingin mengalir di pelipisnya, melirik spion, tiga ratus meter lagi merupakan jalan berbelok.

Dengan panik wanita itu kembali ke kursi depan meraih ponsel yang tergeletak mengenaskan di bawah kursi, menekan nomor panggilan darurat.

"GOO, PEGANG ADIKMU!" teriak sang pria, melirik putranya yang nampak tak peduli keadaan dari kaca spion, benar-benar gila!

"Aku melindunginya, tenang saja."

Keadaan benar-benar sedang kacau, tapi dia masih santai, menggenggam lembut tangan sebelah kanan adiknya. Seolah kematian yang akan datang menjemputnya sebentar lagi bukan apa-apa.

"K-kakak! Aku takut-!" gadis itu terisak malang, bahunya bergetar ketakutan.

"Sini kupeluk."

Greb!

"Tenang.. sebentar lagi hanya ada kita berdua.."

"HALO, POLISI! TOLONG KAMI-"

"TUHANKU!"

"AAAAAAKHHH-!!!!"

"IBU!!!"

JDAAASSSS!!!!

BRUAK-!

GREEEEEKKKKKKK-!

GRAAAAAKK!!!

JDAAAASSS!!!

•••

"Kau yakin pergi kerja? Wajahmu pucat loh, Sayang.."

Plak!

"Berhenti memanggilku 'Sayang'!" bentak [Name] risih.

"Tidak mau, sudah terbiasa."

Sambil memasang raut sebal [Name] berjalan kearah dapur, menenteng malas sling bag-nya yang hanya terisi dompet dan ponsel.

Sret-!

Jemari kasar meraih dagu [Name], membuatnya mendongak. Sepasang manik coklat menelisik wajahnya teliti hingga terasa helaan nafas lembut menyapu pipi.

"Jangan keras kepala, [Name]!"

Greb!

Sret!

"Eh! Shit- turunkan aku!"

Kim Jung Goo, sang pemilik netra coklat itu secara tiba-tiba menggendong gadis pujaannya ala bridal style di dekapan lalu membawanya menuju tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua. Ia berjalan santai sambil menggendongnya ke arah kamar.

"Heh! Mau membawaku kemana?!"

"Kau demam. Istirahat saja di kamar!"

"Tidak! Aku-"

"Jangan membantah! Kau mau sakit lebih parah?"

[Name] mencebikkan bibirnya, "Aku baik-baik saja kok! Nanti siang pasti panasnya turun."

"Tahu demam begitu, kenapa masih keukeh mau pergi kerja?" ucapnya dengan nada dingin.

"Memangnya kenapa?!"

"Huh? Memangnya.. kenapa..?" Goo terkekeh sinis mendengar ucapan gadis itu, jantung [Name] sontak berdegup tak normal. Sumpah, aura seramnya keluar semakin banyak! Apalagi wajah keduanya kini hanya berjarak beberapa sentimeter.

"Biar apa sih? Sampai demam pun kau rela-relakan datang kerja."

[Name] tak menyahut, gadis itu diam tak berkutik bak seorang anak gadis remaja yang sedang dimarahi oleh ayahnya. Kedua tangannya mengalung di leher Jung Goo erat, kepalanya menunduk.

"Dapat duit dong.." sahutnya pelan.

"Mau berapa? Satu miliar? Dua? Empat? Enam? Katakan! Kutransfer ke rekeningmu sekarang juga."

Skakmat!

[Name] tak bisa beralasan apapun lagi untuk pergi bekerja hari ini.

•••

Jam dinding menunjukkan pukul dua belas, siang hari. Langit di luar tak secerah yang dibayangkan, mendung, begitu gelap. Nampak sangat jelas bahwa tak lama lagi akan terjadi hujan deras.

Di dalam sebuah kamar bernuansa biru muda, seorang gadis kini sedang tertidur pulas dengan dua buah selimut tebal membalut tubuhnya. Beberapa saat lalu suhu tubuhnya dicek, demamnya naik. Ia ditawari pergi ke dokter oleh sahabatnya namun menolak, berkata bahwa akan baik-baik saja dan segera sembuh besok.

Tangan Goo terulur mengusap hati-hati surai lembut [Name], merasakan suhu tubuh gadis itu. Sangat panas.

'Dasar keras kepala!'

Tolonglah berkaca!

Sambil memasang raut datar, Jung Goo melepas satu-persatu kancing kemeja yang dikenakannya hingga bertelanjang dada. Membuang kain seharga jutaan rupiah itu kesembarang arah lalu dengan perlahan naik ke atas kasur, memposisikan dirinya tidur di samping [Name] tanpa membangunkan gadis itu.

Tangan kanannya menyelinap masuk ke dalam selimut lalu meraih pinggang gadisnya. Sedikit terusik, [Name] melenguh, mengeryitkan keningnya. Goo menggigit bibir bawahnya, was-was gadis itu terbangun.

Sreet!

Pluk!

Keduanya kini telah berada di bawah selimut yang sama.

Psikopat pirang itu mendekap tubuh mungil [Name] erat, memberinya kehangatan. Nafas pemilik netra merah itu semula panjang-pendek kini lebih rileks. Gerakannya dalam tidurpun berkurang karna sudah nyaman dalam posisi ini.

Cup!

Be Mine! [Jung Goo X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang