“Lihat! Ada bintang jatuh lagi!”[Name] menunjuk langit malam bertabur bintang, beberapa kali kilatan yang dipercayai adalah bintang jatuh ditangkap oleh netra merahnya.
“Enam.” Goo, pemuda itu duduk di samping sang gadis, keenam jemarinya menekuk, menghitung bintang jatuh yang ke enam. Kini wajahnya tak terhias lensa minus bergagang yang sehari-hari dikenakan, memperlihatkan dengan jelas raut mengantuknya.
“Pergilah tidur!” ucap [Name] sambil melirik ke arah pintu balkon yang terbuka menjadi jalan masuk ke dalam kamar, kini kedua sejoli itu sedang duduk di sebuah kursi panjang yang disediakan di balkon kamar [Name].
Goo menggeleng, membuka kelopak matanya lebar-lebar yang semula menyipit lelah, “Tidak. Nanti saja.” Kemudian menyenderkan kepalanya pada bahu [Name], dasar!
Desahan lembut keluar dari bibir tipis [Name], gadis itu membiarkan pemuda di sampingnya bersandar di bahunya.
Ini malam ke sebelas di mana [Name] tidak bisa tidur nyenyak, akhir-akhir ini ia sering dihantui mimpi buruk, atau mungkin lebih tepatnya ingatan buruk masa lalu?
Jam telah menunjukkan pukul 2 pagi, namun sang pemilik surai hitam masih saja belum bisa menerima efek kantuk setelah terbangun dua jam yang lalu. Angin malam berhembus, dingin merambat ke kulit.
[Name] mengenakan celana piyama panjang dan Hoodie tebal sebagai luaran kaos santai, gadis itu tak terlalu merasa kedinginan, hanya saja wajahnya terasa sedikit kaku karna tak terlindungi. Maniknya perlahan melirik ke bawah sana, melihat surai pirang tepat di sisi wajahnya, Goo tertidur dengan posisi duduk bersandar padanya.
Tak ingin mengganggu tidur pulas pemuda itu ia pun kembali menatap langit, dan menangkap dua sekaligus bintang jatuh.
“Delapan..” gumamnya.
Lalu,
“Sembilan..”
Dan,
“Sepuluh.”
Setelah hitungan ke sepuluh, sontak saja ia memejamkan mata dan berdoa dengan hikmat di dalam hati. Kedua tangannya yang berada di atas pangkuan saling menggenggam erat.
‘Cukup entah hal buruk apa terjadi di masa laluku, untuk ke depannya kumohon jangan terjadi lagi, ya Tuhan!’ kedua kelopak matanya terbuka, lalu dilanjutkannya doa dalam sebuah gumaman, “Aku ingin hidup tenang..”
“Kau ingin apa?”
Tersentak kaget, [Name] menatap gugup sepasang netra coklat dengan sklera putih yang kini memerah.
“A-aku ingin hidup baik kedepannya..” lirih [Name].
Goo menegakkan duduknya lalu memejamkan matanya erat, menyatukan kedua tangannya di depan dada lalu berucap dengan lantang mengucapkan keinginannya, “Aku ingin menikah dengan gadis di sampingku suatu saat nanti!”
Plak!
[Name] langsung saja menampar bahu pemuda itu tak santai, “Mana bisa kau menikahiku?!”
“Aww! It hurts!” pekik Goo pelan lalu merengek, mengusap-usap lengannya yang pasti memerah, tamparan [Name] tak pernah main-main jika benar-benar sedang serius.
“Jangan bercanda hal begitu ah!”
Dengan sorot santai bibir Goo melontarkan seutas kalimat, “Aku tak pernah bercanda.”
[Name] meliriknya sinis, kemudian bersedekap dada, “Kau kan kakakku!”
Satu lagi bintang terjatuh.
Goo diam-diam meminta sebuah permohonan dalam batin, yang tak dapat [Name] dengar maupun ketahui.
Tepat sekali bintang jatuh sekali lagi. Tangan kekar Goo terulur mengusap surai lembut [Name], lalu didekatkan wajahnya pada gadis itu. Sang empu sontak panik saat merasa hal buruk segera terjadi.
“H-hei– Kim Jung Goo, i told you–!”
Cup!
Ah! Bukan permohonan.
Dia hanya milikku, dan bukan milik siapapun selain aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine! [Jung Goo X Reader]
Fanfic17+ Terjebak friend zone itu tak enak! Dan Kim Jung Goo mengalaminya! Pemuda dengan julukan psikopat pirang itu mencintai sahabat karibnya sendiri, sudah sejak sangat lama, masa-masa dimana awal persahabatannya dengan gadis cantik itu terjalin. Hing...