Self Reward dan Proposal

78 8 6
                                    

Suara Pak Rahmat, guru asal Sumatera Utara yang mengajar mata pelajaran Bimbingan Konseling terdengar menggelegar sampai luar ruangan.

"Mau jadi apa kalian? Kerjaan kok berantem terus?"

"Pak"

"Apa lagi Tara?"

"Sam ngga berantem terus, dia ituu.. hmm First Time"

"Aah cukup, jangan sela saya!" Pak Rahmat memekik, mebuat enam orang anak laki-laki yang wajahnya sudah tak karuan itu terkejut.

"Permisi"

Pintu ruangan BK terbuka, menampilkan sosok bunda dengan dress cokelat muda diikuti dengan Wildan yang wajahnya kelihatan seperti baru bangun tidur mengekor dibelakang nya. Bunda menatap Tara dan Sam bergantian hingga dua anak itu langsung menunduk ciut, sementara Wildan sudah menggerakkan tangannya dengan gesture memotong leher sembari mengucap 'abis lu sama bunda' tanpa suara.

"Ada apa ya pak?"

Pak Rahmat mempersilahkan Bunda dan Wildan duduk, namun tak selang beberapa lama, seorang ibu-ibu dengan make up tebal juga kelihatan masuk ke dalam ruangan.

"YA ALLAH RYAAN ANAK MAMII? INI KENAPA KAMU BONYOK?"

"Di terkam maung mamii" ledek Tara cekikikan dengan suara kecil yang langsung mendapat tatapan maut dari Bunda.

"Ibu mohon tenang dulu, disini sudah ada Orang tua nya Tara dan Samudera. Jadi silahkan duduk dan kita diskusikan dengan kepala dingin dulu Bu" ujar pak Rahmat

"GABISA, ANAK SAYA BONYOK BEGINI LOH PAK"

"Lah ibu ga liat? Itu anak-anak di sebelah anaknya ibu juga pada bonyok kayak buah mangga kelewat mateng Bu".

Mendengar jawaban Wildan, Ibu nya Ryan cemberut, lalu dengan cepat duduk berhadapan dengan Pak Rahmat.

"Jadi, dari informasi yang saya dapat dari Jihan, teman seangkatan mereka yang juga merupakan saksi mata.. Ryan memang sudah lama membuat masalah Bu. Khususnya kepada Samudera"

"Ya terus? Kenapa anak saya bonyok?"

"Karena Samudera pasti melawan Bu. Dan Tara... Tara gak akan mungkin tinggal diam adiknya di apa-apain" Sahut Bunda dengan intonasi tenang.

"Sok tau banget ya ibu ini, kayak dukun aja. emang ada buktinya kalau anak saya yang ganggu anak ibu?"

"Jangan salah Bu, Bunda saya dulu nya peramal tarot"

Tara dan Sam menahan tawa, sedangkan bunda sudah memelintir mencubit paha Wildan dalam diam, membuat laki-laki itu mengaduh dalam hati.

"Ada rekaman cctv pak?"

Pak Rahmat menggeleng "Sayangnya tidak ada Bu"

"TUHKAN, BERARTI NGGAK TERBUKTI KALAU ANAK SAYA SALAH"

"Dann, gak terbukti juga kalau anak-anak saya yang salah Bu". Sahut Bunda.

Bunda menghela nafas, malas memperpanjang masalah.

"Jadi bagaimana kira-kira kalau menurut Pak Rahmat?"

Pak Rahmat menghela nafas, kemudian memandangi wajah Tara, Sam, Ryan dkk.

"Kalau dari saya, untuk masalah ini.. saya akan memberikan hukuman Bu. Untuk Ryan dan teman-teman nya membersihkan halaman sekolah, lalu Tara dan Sam membersihkan kamar mandi kelas dua belas".

Ibunya Ryan mendelik, sementara Bunda hanya mengangguk-angguk.

"Hukum aja pak gapapa, karena memang mereka juga salah. Menurut saya, anak-anak di hukum membersihkan halaman sekolah atau membersihkan kamar mandi sudah cukup. Tapi ketika saya menemukan fakta yang lebih dari ini dan hal itu merugikan anak-anak saya, saya nggak segan-segan untuk membawa masalah ini ke jalur hukum. Begitu ya pak" Kata Bunda sambil memandangi Ryan dan gengnya lalu kembali menatap Pak Rahmat.

Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang