Tentang Rumitnya Sebuah Rasa

105 18 12
                                    

Sore itu keadaan kampus sudah sepi. Acara Project terakhir setelah wisuda untuk angkatan Roby sudah selesai.  Tadi juga ada sedikit penampilan dari Roby dan teman-temannya yang bernyanyi di taman fakultas. Mungkin setelah hari ini, angkatan Roby akan betul-betul jarang ke kampus atau mungkin tidak pernah datang lagi.

Roby berjalan di koridor kampus sembari menenteng gitarnya dengan tenang.

"Kak Roby!"

Roby menoleh saat mendengar suara dan langkah kaki yang berlari ke arahnya.

"Udah mau pulang?"

Roby mengangguk.

"Cepet banget"

Roby mengerenyitkan keningnya, belum mau menjawab gadis dengan rambut kepang dua yang kelihatan repot sendiri itu.

"Kok diem aja sih?"

Untuk beberapa saat Roby terdiam menatap lekat wajah gadis itu, lalu laki-laki itu tertawa hingga membuat kedua matanya membentuk garis melengkung.

"Kok tumben hari ini di kepang? Biasanya di Cepol doang rambutnya" Kata Roby sembari memegang salah satu kepangan rambut gadis itu.

"Inovasi baru"

"Cih, macem-macem aja. Tapi lucu sih.. Oh iya tumben manggilnya gak nyelo gitu. Ada apa?"

Gadis itu tersenyum lebar, tangannya mengulurkan dua kotak cokelat berbentuk love dari pelukannya juga tiga buket cokelat pada Roby.

Roby yang menerima juga ikut repot sendiri karena tangan kirinya juga sedang menjinjing tas gitarnya.

"Ini semua dari lo-"

"No no no, itu semua dari Robylovers alias fans nya kakak. Seperti biasa, aku cuma jadi perantara" sahut gadis itu sambil cengengesan.

"Nah karena semuanya udah di tangan Kak Roby, maka dari itu saya Azzita Zahra undur diri. Selamat sore dan Assalamualaikum!" Cerocos gadis yang kini kita ketahui bernama Zahra itu.

Roby melongo, laki-laki itu segera meletakkan semua cokelatnya di lantai lalu langsung menarik cardigan Zahra yang sudah ancang-ancang kabur.

"Eh, bantuin bawa dong, tangan gue cuma dua! Nanti gimana naik motornya?" Rengek Roby sambil menarik-narik ujung cardigan Zahra.

"Gimana ya.. udah sore, bentar lagi Maghrib dan.. gojek suka jarang kalo dari rumah kakak"

"Dih kayak sama siapa aja lo, ayolah Ra. Nanti gue anterin balik kok. Lo gak kasian sama gue? Ini gue bawa gitar juga loh" ucap Roby kini semakin merengek.

Zahra itu bukannya tidak mau membantu.

Tapi di rumah nya Roby itu ada..

haah.. orang yang beberapa tahun lalu pernah mengisi hatinya. Walaupun sudah begitu lama dan hati Zahra sudah memilih orang lain, rasa canggung itu tetap ada. Dan Zahra benci hal itu.

"Ra? Mau ya? Ayo dong raa"

"CK iyaiya. Ah fans nya kakak yang ngasih hadiah, aku yang repot" gerutu gadis kurus itu.

Roby tertawa kecil saat tangan Zahra mulai mengangkat tiga buket cokelat dan dua buah kotak cokelat Roby.

"Ini kalo rada rusak mohon maaf ya, aku gak ada plastik dan tanganku cuma dua"

"Iyaa, santai ajaa kalo sama gue"

.
.

Roby tertawa saat memandangi wajah Zahra yang terlihat polos ketika sedang memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang.

Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang