"Taraaa, keluar Woi. Makan"
Tara menghela napas lalu berjalan gontai membuka kenop pintu kamar.
"Lah, lemes amat. Tipes lu?" Ledek sosok menjulang yang berdiri di depan pintu itu.
"Kaga" balas Tara singkat berjalan mendahului Raka yang masih berdiri di depan pintu sambil bertolak pinggang.
Raka menipiskan bibir, ternyata firasatnya dan Kalen benar. Tara lagi kumat sensi nya.
"Yang lain pada kemana?" Tanya Tara ketika melewati ruang tengah yang kosong, Raka hanya mengendikkan bahu.
Tara hampir sampai ke meja makan, namun ternyata masih kosong. Tara baru sadar kalau sekarang belum saatnya makan malam. Tiba-tiba saja anak itu merasakan tubuhnya di dorong dari belakang menuju ke kamar ujung alias kamar paling besar.
"A', ngapain sih ah" Sentak Tara menepis tangan Raka.
Raka beralih, kini berjalan mendahului Tara dan menarik bajunya yang mana mulai terasa berat karena anak itu melakukan penolakan "Ikut aje, Lu sama Sam mau di sidang. Orang serumah tau lu ribut lagi sama dia"
"Tapi gak gini juga"
"Ya terus kapan baikannya?"
"Ntar"
"Tuh kan, ikut ajalah"
Pintu kamar terbuka, sudah ada Roby,Maga,Hafidz,Wildan dan Satya yang baru pulang kerja. Jangan lupakan Sam yang sudah terlihat seperti tahanan KPK duduk di ranjang sembari di kelilingi kakak-kakaknya. Oh, tentu saja ada ayah yang duduk di meja belajar untuk mengawasi.
"Kita mulai aja kali yah sidangnya? Terdakwa nomor dua udah datang"
Ayah mengangguk lalu memberikan gestur seolah membiarkan Satya memulai.
"Saudara Taranaka Nawasena, silahkan duduk di sebelah Saudara Arka Samudera Cendanu" Titah Hafidz, Raka melirik geli saudara seusianya itu.
"Mantap pis" puji Roby mengacungkan jempol tangan kanannya pada Hafidz yang langsung membetulkan almamater nya bangga. Hah lihat, akibat pertengkaran duo bungsu bahkan Hafidz yang baru pulang dari kampus harus langsung ikut menyaksikan sidang.
Tara duduk di sebelah Sam dan membuat jarak yang cukup jauh karena keduanya sama-sama duduk di ujung ranjang. Tatapan keduanya bertemu namun dengan cepat Tara melengos sambil merotasikan bola matanya. Hal itu tertangkap oleh mata Maga.
"Kan kan, tuh barusan dia rolling eyes. Berantem gede nih pasti" tunjuk Maga pada Tara.
"Saranghandagoo~ Rolling Rolling Rolling~" Hafidz bernyanyi dengan suara kecil sambil sedikit bergerak mengikuti tarian girl group Korea, namun seketika ia langsung dapat tatapan maut dari Satya.
"Wil, mereka beneran berantem?" Tanya Maga berbisik.
Wildan tersenyum lebar seraya menepuk-nepuk bahu Maga "Mas Maga ku, alasan mereka di panggil ke kamar ini adalah.. ya karena mereka emang berantem"
"Udah-udah, gantian Abang yang ngomong. Kalian kenapa? Kayak akhir-akhir ini tuh keliatan kayak lagi perang dingin gitu"
Sam menipiskan bibir "Gapapa bangsat"
"Astaghfirullah Sam" pekik Roby sambil memegangi dada.
"Bang Ruby, gausah lebay. Dia nyebut nama Bang Satya, bukan lagi ngomong kasar" cibir Hafidz langsung dihadiahi tatapan sebal Roby.
"Yang bener? keliatan loh beberapa hari ini kayak lagi marahan" desak Satya dengan nada lembut.
"Aduh lupa belum ngerjain PR matematika" Tara berseru, lalu berdiri hendak meraih kenop pintu namun Raka segera menepis tangannya dan berdiri menghalangi pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita
Fanfic"Teruntuk Tuhan Yang Maha Kuasa, Terimakasih karena telah menakdirkan kami semua sebagai saudara. Lalu teruntuk bumi yang saat ini kami singgahi, jangan bosan ya dengan tingkah laku kami" Tentang keluarga kecil Pak Wiratama dan suka duka di dalamnya.