Duar!!

58 6 4
                                    

"Jadi, kapan Satya?"

Dentingan suara sendok dan garpu yang beradu di meja makan kala itu berhenti sejenak ketika suara lembut dari gadis bersurai cokelat itu menyapa gendang telinga Satya.

Satya jelas tahu betul arah pembicaraan gadisnya, laki-laki itu meneguk air putih nya dalam diam.

"Aku bisa nunggu Satya, tapi mungkin enggak dengan papa dan mama"

Perlahan, tatapan Satya menyayu dan berserobok dengan tatapan teduh milik Tasya.

"Bahkan papa sekarang beranggapan kalo kamu nggak serius"

"Aku serius Sya, sedikit lagi. Tolong bertahan sedikit lagi ya?"

"Aku tau, kamu masih punya tanggungan. Apalagi belakangan ini aku juga denger kabar kalau Kalendra sempet diberhentikan dari tempat kerjanya.. Tapi kamu tau sendiri gimana sulitnya dapetin kepercayaan orang tuaku"

"Sya, boleh ga kalau aku minta untuk nunggu. Sedikit lagi.. tolong" Satya berujar sembari menggenggam lembut tangan kiri Tasya.

Tasya diam untuk beberapa lama. Suara hujan kini mulai mendominasi pembicaraan nya dengan Satya.

"Aku akan usaha, buat kembali yakinin mama sama papa"

"Thankyou Sya" Satya menghembuskan nafas pelan, sudut bibir Tasya sedikit terangkat memberikan senyuman yang menenangkan.

"Oh iya, Minggu ini kamu nggak ada acara kan?"

Tasya menggeleng "Ada apa deh emangnya?"

"Mau ada acara syukuran, si Hafidz kan udah pulang dari rumah sakit. Terus juga, Roby keterima kerja sama yaa sekalian dua bungsu eligible di sekolahnya"

"Waah rame dong pasti, boleh-boleh. Kok kamu mau ngajak aku?"

Satya yang tengah menenggak minuman nya langsung berhenti "Emang kamu gamau?"

"Mau gak ya?"

"Tasyaaaa" Satya merengek, membuat tawa Tasya pecah saat itu juga.

"Iyaaa mau lahhh"

.

"Ngajak siapa Mas?"

"Hah?"

"Mas Maga ngajak siapa nanti ke rumah?"

Maga membalikkan badan, merasa tersinggung dengan pertanyaan Raka. Dipikir selama ini yang sering bawain kue-kue manis nan mahal itu siapa kalau bukan pacarnya Maga?

Raka mengangkat halis, cowok tinggi yang tengah rebahan di ranjang bawah itu menatap Maga yang kini balik menatap nya dari meja belajar.

"Mas, sama gue ajalah" seloroh Raka tiba-tiba dengan raut putus asa.

Maga mencibir "Idihhh? Mas sama ibu peri lah"

"Mimi peri?"

"Ibu peri anjrit, Khanisa"

Raka menutup mulutnya dramatis "Oh my God, Mas Maga ketularan siapa bisa berbicara kasar begitu anjim?"

"Mending sekarang ngomong Rak, kamu lagi kenapa sih?"

Raka menghela napas sembari bersandar pada pinggiran ranjang. Laki-laki itu meraih boneka babi besar milik Satya yang ia curi pagi ini.

"Si Wildan tuh, masa pake bikin proposal segala supaya bisa ngajak cewek ke acara syukuran?"

Maga tertawa "Loh kan kamu juga ikut cap jempol?"

"ITU AA LAGI TIDUR MAS YA ALLAH, NGGA BERASAA HUHU"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang