KRING...!!!
Jam beker Yoselin berbunyi. Dengan kedua mata yang masih terpejam, ia pun meraba meja kamar untuk mematikan jam bekernya yang berbunyi. Ia membuka kedua matanya untuk melihat jam. Pukul 05.30. Masih pagi. Ia melanjutkan tidurnya.
10 menit kemudian, alarm ponsel Yoselin pun berbunyi. Ia pun kembali meraba meja kamar untuk mengambil ponselnya. Setelah mematikan alarm ponselnya, bukannya terbangun, justru ia kembali tidur. Memang sudah menjadi kebiasaannya ia susah bangun.
Tak lama kemudian, Biyan memasuki kamar Yoselin untuk membangunkan adiknya yang susah bangun. Pintu kamar Yoselin memang sengaja tidak dikunci. Bila ditanya alasannya, jawabannya adalah, "Males ngekunci."
"Sel... Bangun, Sel!"
"Eung?" Yoselin yang merasa terganggu pun memunggungi Biyan dengan cara memiringkan badannya.
Melihat adiknya yang tak kunjung bangun, Biyan pun gemas sendiri. "Bangun gih. Keburu dimarahin mama lho..."
"Alah... Gua masih ngantuk, Bin."
"Selin! Cepat bangun! Jangan jadi perempuan yang malas!"
Yoselin yang terkejut pun terbangun. Biyan pun sama terkejutnya dengan Yoselin. Mungkin dipikiran Biyan, sejak kapan mama masuk ke kamar?
"Memangnya kamu gak pengen kayak kakakmu yang bangun tepat waktu ini?"
"Selalu aja ngebanding-bandingin!" Batin Yoselin. Yoselin memandang mama nya dengan kesal.
"Dasar perempuan pemalas!"
Biyan pun berusaha menenangkan mama nya, "Udah, Ma udah. Selin kan sudah bangun. Kita keluar. Biarin Selin siap-siap."
Mama Yoselin keluar. Sedangkan Biyan merasa kasihan dengan adiknya. Ia mengacak rambut Yoselin kemudian berkata, "Senyum dong..."
Yoselin menuruti perkataan kakaknya. Kemudian Biyan keluar dari kamar Yoselin. Yoselin mulai menangis. "Kapan sih mama sama papa berhenti ngebandingin kayak gini? Hiks."
Salah satu keunikan Yoselin adalah ia dapat terlihat senang di depan orang-orang yang menurutnya baik walaupun ia masih merasa sedih.
Seperti biasa, saat ini Biyan mengantar adiknya sekolah dengan mobilnya sebelum ia pergi ke tempat kerjanya. Suasana sepi diantara mereka berdua.
"Bin?"
"Iya?"
Sebenarnya Yoselin ingin bertanya tentang kedua orang tuanya yang selalu saja memarahinya kepada kakaknya. Namun ia urungkan karena mungkin nanti ia akan menangis. "Gak jadi ah."
"Lah. Kok gak jadi? Ada apa? Mau tanya si Kenzo ya? Hahaha cie kepikiran..."
Seketika Yoselin terkejut, "Bukan!"
"Terus apa dong?"
"Emm..." Sekali lagi Yoselin bingung. Sebaiknya bertanya atau tidak?
"Emm?"
"Mau tanya tentang mama dan papa?" Tanya Biyan hati-hati.
Lagi-lagi Yoselin terkejut. Beberapa detik setelah terdiam, ia pun berkata "Bukan. Nggak jadi tanya. Elu nyebelin! Wle."
Setelah berkata seperti itu, Yoselin memalingkan wajahnya ke kiri agar kakaknya tidak tahu kalau ia ingin menangis. Namun sepintar-pintarnya Yoselin pura-pura senang, Biyan tetap mengerti jika adiknya tidak benar-benar sedang senang.
"Gua tahu kok kalau lu lagi nangis. Gua juga tahu lu mau tanya hal itu. Tapi gua nggak tahu kenapa mama dan papa marahin lu terus. Gua bakal cari tahu kok, Sel." Batin Biyan.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelabu
Fanfiction[Kaiyun] ❝Hmm. Seharusnya kita berterima kasih kepada kelabu. Karena dengan kelabu, kita bisa menjadi kuat dan dewasa.❞ 13-06-2022