𝟾

30 8 0
                                    

Semenjak Alya bertemu dengan Biyan, ia selalu teringat dengan lelaki itu. Bahkan sampai di sekolah pun ia teringat dengan Biyan. Ia sudah berusaha melupakannya. Namun tidak bisa. Alya frustasi.

"Iiihhh... Kenapa sih kok gak bisa? Ayo dong bisa gitu lho..." Kedua tangan Alya memegang kepalanya.

"Lu ngapa sih, Al?" Tanya Ria.

Sedangkan Yoselin hanya memandang bingung ke arah Alya. Sedari masuk sekolah hingga istirahat ini Yoselin memandang Alya yang begitu frustasi.

"Eh? Emm... Gak papa kok. Hehe. Kita lanjut makan."

"Gara-gara kemarin?" Tanya Yoselin dengan asal.

"Eh? Apaan sih? Enggak kok." Alya menundukkan kepalanya, malu dengan kedua temannya.

"Wah first love nih Alya. Gak papa, Al. Pepetin terus. Jangan kasih kendor." Kata Ria.

"Iye. Mumpung abang gua jomblo lho."

"Iiihhh... Mending kalian diem deh. Ngecengin gua mulu. Btw, loker lu gak dikasih coklat sama orang misterius lagi, Sel?"

"Enggak. Yah, cuma hari itu doang. Tuh orang gabut banget naruh di loker gua."

"Udah pasti cowok pelakunya. Kira-kira siapa ya yang naruh coklat?" Tanya Ria.

Seorang lelaki hanya tersenyum ke arah mereka bertiga dari kejauhan. Lebih tepatnya ke arah Yoselin.

Ketika pulang sekolah, untuk hari ini Alya dan Ria ikut dengan Yoselin ke cafe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika pulang sekolah, untuk hari ini Alya dan Ria ikut dengan Yoselin ke cafe. Kebetulan hari ini Alya dan Ria pulangnya bakal lama dijemputnya. Hal itu tentu saja membuat Yoselin senang. Karena ia bisa mengajak kedua temannya ke cafe.

"Wah, ternyata disini boleh juga." Kata Ria yang mengedarkan pandangannya ke segala sisi ruangan cafe tersebut. Sama hal nya dengan Alya.

"Kenapa gak dari dulu sih lu ngajak kita berdua ke sini?" Tanya Alya.

"Ya abis kalian mesti udah pulang duluan. Ya udah gua sendiri aja. Karena hari ini kalian dijemput dan masih lama jemput nya, ya baru sekarang gua ajak. Gitu." Jawab Yoselin seadanya. Toh memang biasanya ini dua anak kalau pulang selalu cari bus sekolah.

"Eh, iya juga sih." Kata Alya.

"Udah berapa kali lu kesini, Sel?" Tanya Ria.

"Emm, berapa kali ya? Gua sering ke sini soalnya. Gua lupa."

Mereka bertiga mengobrol tentang banyak hal hingga kini waktu menunjukkan pukul 13.00. Mereka telah mengobrol selama satu jam.

"Eh, gua udah dijemput." Kata Alya yang melihat ponselnya.

"Iya, Al. Hati-hati." Kata Ria.

"Yah, padahal belum selesai ghibahnya. Main pergi aja lu." Kata Yoselin.

"Hehe maaf ya. Lain kali deh ke sini lagi. Dadah..."

"Iya hati-hati." Kata Yoselin.

Tak lama kemudian ponsel Yoselin berbunyi. Ia melihat ponselnya. "Ri, abang gua udah jemput gua."

"Yah, lu juga pergi. Gua sendiri deh."

"Bareng sama gua aja gimana?"

"Emm, gua tunggu disini aja deh, Sel. Ayah udah bales pesan gua dari tadi. Takutnya ayah udah di jalan."

"Ya udah kalau gitu gua duluan ya."

"Hati-hati."

Ria masih setia menunggu ayahnya yang menjemputnya. Ia bermain ponselnya.

"Sendirian aja lu?"

Ria melihat orang yang duduk di hadapannya. Ternyata Baskara, teman sebangkunya.

"Tadi sih ada Selin sama Alya. Tapi mereka udah pada dijemput. Gua dari tadi belum di jemput." Jelas Ria.

Baskara hanya ber oh ria.

"Lu kok belum pulang, Bas?"

"Lagi belum pengen pulang ke rumah."

Kini Ria ber oh ria.

Setelah itu canggung menyelimuti mereka berdua. Karena Ria dan Baskara tidak akrab di kelas. Jangankan mengobrol. Berbicara saja mereka jarang. Yah, mungkin mereka akan saling bicara ketika membutuhkan sesuatu. Selebihnya tidak pernah saling berbicara.

"Bisa kita ngobrol, Ri? Sebelumnya kita kan belum pernah ngobrol? Padahal kita duduk sebangku lho."

To Be Continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continued

KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang