𝟷𝟺

21 4 0
                                    

Mari kita lihat keberadaan Yoselin.

Yoselin sedang mencari buku yang ia incar. Lebih tepat nya novel. Di tempat Alya dan Biyan tadi, ia tak menemukan novel yang ia incar. Jadi, ia mencari di bagian lain. Akhirnya ia menemukan di tempat Antonio dan Clara.

"Akhirnya ketemu..." Saking senangnya, Yoselin melompat kecil di tempat.

"Kayak anak kecil yang baru dikasih permen aja lu." Celetuk Antonio.

"Suka-suka gua lah. Hai Clara." Setelah membalas perkataan Antonio, Yoselin tersenyum ke arah Clara.

Clara tersenyum, "Ke sini sama siapa, Sel?"

"Sama abang gua. Oh iya Baskara mana?"

Antonio menunjukkan dimana Baskara berada. "Itu. Dia ngambek tadi."

Karena Antonio dan Clara sudah berpisah dengan Baskara, alhasil Baskara sendirian di bagian pojok.

"Ngambek kenapa?"

Clara mengendikan bahunya. Antonio menjawab, "Iri karena gak punya ayang kali."

Yoselin memutuskan untuk menghampiri Baskara. "Haha oke-oke. Gua ke Baskara dulu. Lanjutin aja tuh ngebucinnya. Dadah..."

"Hai bestie." Sapa Yoselin.

"Hmm." Kata Baskara tanpa menoleh ke Yoselin. Ia sibuk melihat-lihat komik.

Yoselin melihat komik-komik tersebut. Yoselin tahu jika Baskara suka dengan komik. Yoselin hanya mencoba basa-basi. "Lu suka komik?"

"Menurut lu?"

"Suka banget, kelihatan sih. Btw, lu kok sendirian? Ah, harusnya Ria ada disini nemenin lu."

"Gak usah ngurusin hidup gua!"

"Ya santai aja dong bilangnya. Kok sewot?"

Baskara menaruh komik yang ia pegang dengan tidak santai nya. Ia menoleh ke arah Yoselin dengan tatapan tajam. "Bisa diem gak?"

Yoselin menelan saliva nya dengan kasar. Sepertinya ia baru menyadari jika ia salah mengambil topik pembicaraan. Baskara terlihat kesal dengannya. Ia takut dengan Baskara untuk saat ini.

"L-lu kenapa sih?"

Baskara maju perlahan. Yoselin pun mundur perlahan.

"Mau tahu gua kenapa?"

Baskara terus maju dan Yoselin terus mundur hingga punggungnya menyentuh tembok. Kedua tangan Baskara mengurung tubuh Yoselin. Wajah Baskara semakin dekat dengan wajah Yoselin. Yoselin menutup kedua matanya. Negative thinking memenuhi kepalanya.

Tak lama kemudian...

"Ngapain lu merem sendirian disitu? Melek lu!" Kata Baskara yang kembali mengambil komik yang sempat ia taruh.

Yoselin membuka kedua matanya. "Anjir. Lu juga ngapain tadi? Bikin gua negative thinking ae lu!"

"Ngerjain elu lah. Emang apa lagi? Abis, lu ngeselin sih. Orang lagi ngambek juga malah makin dibuat kesel. Kerjain aja deh."

"Lah, bangsat lu!"

"Hahaha."

"Shein, nggak boleh ngomong jelek!"

Yoselin dan Baskara menoleh ke arah sumber suara dengan tatapan terkejut.

"What? Ada Kenzo? Dia lihat adegan tadi gak ya? Moga-moga kagak." Batin Yoselin.

"Eh, Kenzo. Hehe iya maaf. Sejak kapan lu nemuin gua?"

Ya, orang tersebut adalah Kenzo. Sheina adalah panggilan khusus Kenzo kepada Yoselin. Entahlah, mengapa Kenzo memanggil Yoselin seperti itu. Katanya, agar beda dari yang lain.

Ah, terserah kamu saja deh, Ken.

"Barusan, waktu kamu ngomong jelek."

"Syukurlah." Batin Yoselin dan Baskara.

"Tumben keluar malem?" Tanya Kenzo.

"Yah, tadi temen-temen ngajak ke sini. Lagian gua mau beli novel ini. Jadi gua ke sini. Ya kan, Bas?"

"Ken, kamu cuma temennya Sheina. Harusnya kamu biasa aja dong kalau Sheina lagi sama Baskara." Batin Kenzo yang sedang berusaha menghilangkan perasaan tidak suka terhadap Baskara.

Sedangkan Baskara hanya terbengong melihat Kenzo.

"Bas?" Yoselin menjentikkan jarinya di depan muka Baskara.

"Eh, iya? Kenapa?"

"Ah lupain. Ken, ini temen gua. Bas, ini temen gua juga. Kenalan gih."

"Baskara."

"Kenzo."

Mereka berdua berjabat tangan.

"Lu mau beli apa, Ken?"

"Nggak beli. Cuma nyariin kamu."

"Lah kok pipi gua panas gini sih anying?" Batin Yoselin dengan menundukkan kepalanya.

"Kenapa, Sel?" Tanya Baskara yang bingung. Sedangkan Kenzo hanya diam dengan tatapan bingung.

"Eh, gapapa. Kok nggak ngehubungi gua?"

"Udah. Tapi nggak kamu bales. Jadi, saya tanya abang kamu."

Yoselin mengecek ponselnya. Ternyata benar Kenzo menghubunginya. Ia lupa tadi ponselnya sempat ia silent.

K^^

|Shein?
|Dimana?
19.40

"Hehe maaf. Tadi gua silent. Jadi, ngapain nyariin gua? Mau jalan-jalan?"

Kenzo hanya mengangguk. Ia menggenggam tangan Yoselin. Kemudian ia menarik tangan Yoselin meninggalkan Baskara yang lagi-lagi terbengong melihat dua sejoli tersebut.

"Bas, kami pergi dulu." Pamit Yoselin.

Baskara hanya mengangguk.

"Baskara kok aneh ya?" Batin Yoselin.

"Baskara kok aneh ya?" Batin Yoselin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continued

KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang