"Terus?" Ezra mengikuti posisi Ron, memajukan tubuhnya.
"Biasanya orang bakalan lebih lega kalau ada pembalasan kan?"
"Gue tahu deh ide lo gak bakalan pernah bagus, Oz." Ron meninggalkan sofa, mengambil jus jeruk kemasan karton yang ada lalu menenggaknya langsung dari sana. Sementara Ezra memikirkan ide itu dalam diamnya. Ia tidak pernah berpikiran sejauh itu. Selama ini ia mengira kesuksesan bandnya akan membuatnya merasa lebih baik dari yang dipikirkan oleh ayahnya maupun Joka. Tetapi rasa mengganjal yang tertinggal di hatinya selama lima tahun ini tidak pernah hilang meskipun yang ia mau sudah tercapai. Masih ada lubang menganga yang tidak dapat ditutup dengan apa pun yang sudah dicapainya. Dan itu membuatnya frustrasi.
"Hei, lo lihat deh orang-orang yang balas dendam itu biasanya selalu lebih lega buat melanjutkan hidup! Ada pepatah yang bilang; revenge is a dish best served cold." Oz berusaha mempertahankan argumennya yang disetujui oleh Shaul. Mungkin hanya itu satu-satunya pepatah yang Oz tahu, selama ini temannya itu selalu mengucapkan pepatah dengan asal. Ia bahkan curiga kalau pepatah itu adalah pedoman hidupnya.
"Benar, sih. Kayak boker yang ketahan, terus pas keluar bakalan lega gitu."
Oz mengernyit jijik, "Perumpamaan lo gak ada yang lebih bagus lagi apa?"
"Gak ada. Lagian kan yang terpenting lo paham maksud gue."
Mungkin itu yang memang diperlukannya. Kutipan-kutipan yang berseliweran di internet mengatakan success is the sweetest revenge. Masalahnya, sampai sekarang ia tidak merasakan kepuasan bahkan setelah dahaganya akan kesuksesan terpenuhi. Mungkin ia kini harus mempertimbangkan untuk memuaskan dahaganya dari sumur lain. Melihatnya yang berpikir dalam-dalam membuat Ron membuka mulutnya lagi.
"E, jangan bilang lo mikirin ide orang gila ini?" melihatnya yang tida menjawab, Ron kembali berucap. "Lo jangan ketularan Oz, gak cukup apa ide dia selama ini selalu buat masalah?"
Ezra membenarkan perkataan Ron dalam hati, biasanya ide-ide Oz selalu berakhir buruk jika dijalankan. Sayangnya, kali ini apa yang keluar dari mulut Oz terdengar menggiurkan di telinganya. Dan hal itu membuatnya bersemangat dan puas akan kemungkinan rasa lega yang muncul di kemudian hari.
"E, this is not a good idea." Ron memperingatkannya, namun hanya dianggap angin lalu oleh Ezra. Kemungkinan membuat Joka merasakan apa yang dulu dilaluinya membuatnya tidak sabar untuk menjalankan rencananya. "Semua yang keluar dari mulut Oz itu gak pernah baik. Tambah lagi si sableng Shaul juga setujuin. Lo gak curiga, ini jelmaan demit dan setan kalau seiya sekata bakalan nimbulin huru-hara? Lagian, kita bukannya terlalu tua untuk permainan kayak gini?"
"Tidak ada kata tua dalam peperangan, Ron." Oz berusaha berujar dengan suara berat dan tampang serius. Seperti di film-film peperangan yang mereka tonton. Sebenarnya ini hanyalah upaya Oz agar Ezra tidak kembali goyah, ia tahu itu. Dan ia memang tidak pernah goyah sedari awal mendengar ide Oz. Ia membutuhkan ini agar dapat membuka lembaran baru dan tidak membanding-bandingkan pacar-pacarnya dengan Joka di berbagai kesempatan. Kapan Ezra akan menikah kalau ia masih mencari yang seperti Joka?
"Ini setan satu memang gak bisa banget diam ya." Ron menggeram. "Lo seriusan mau ikutin sarannya dia?" pria itu menunjuk Oz dan Ezra tidak memberikan jawaban atas pertanyaannya. "Gue gak ikut-ikutan deh." Tukas Ron dengna mengangkat kedua tangan.
Oz mendengkus sedangkan Shaul berpura-pura tidak mendengar ucapan Ron. Begitu pula dengan Ezra. Ron yang kesal dan keluar dari ruangan itu. Entah ke mana, tetapi sepertinya tidak pulang karena kunci mobilnya masih berada di meja teve. Perginya satu malaikat membuat dua setan lainnya semakin bersemangat mengomporinya.
"She can taste her own medicine, E. Apa yang lebih puas selain melihat Joko melalui apa yang dulu lo rasakan?" Oz mulai berbicara lagi yang lalu dilanjutkan oleh Shaul.
"Asal lo yakin gak bakalan main hati. Ini bakalan jadi tugas yang mudah, sih."
"Benar-benar. Lo bisa flaunt semua hal yang dulu lo gak punya di depannya si Joko. Kasih lihat ke dia apa yang dilewatkannya karena putusin lo dulu."
Masih banyak kalimat lainnya yang diungkapkan oleh kedua orang di hadapannya ini dengan menggebu-gebu, membuatnya melupakan sedikit demi sedikit ucapan Ron dan kemudian benar-benar hilang. Yang ada di ingatannya sekarang hanyalah bagaimana ia dapat mendekati Joka lagi. Membuat Joka tergila-gila padanya dan menikmati hasil dari jeripayahnya saat memutuskan perempuan itu.
Dan pikirannya memang sudah disisipi oleh setan-setan yang tersenyum puas di hadapannya kali ini.
5/9/21
Cukup yaaaa man teman. kalau mau baca lanjutannya bisa di Karyakarsa (di WP hanya 5 part di KK yang aku pecah masing-masing jadi 2 karena panjang), part lengkap hingga tamat ada di sana (POV Ezra ada juga, jadi memang versi cetaknya) bisa dibaca dengan harga 50.000
Kalau mau beli satuan, belinya dari part 6 di Karyakarsa. Harga paket lebih murah dari perbab.
Bisa cari akunku Dadodado di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flutters [FIN]
RomansaJoka Manurung menyukai kestabilan. Deretan mantannya adalah pria-pria yang memiliki title yang sama. Pekerja kantoran dengan karier yang gemilang dan secemerlang masa depan yang dibayangkannya jika sudah menikah nanti. Oh, jangan salah sangka. Joka...