Chapter 42

14.6K 638 11
                                    

📌Jangan lupa follow akun ini guys

Klik '⭐'

•••••

Hari terus berganti, dan sudah delapan hari Calvin belum menemui keberadaan Evelyn. Ia sudah kalang kabut mencari kesana kemari seperti orang kesetanan.

"Apa ada hasil?" tanya Calvin ke sekertarisnya

"Belum pak, tapi saya menemukan fakta lain bahwa kecelakaan yang menimpa istri dan putri anda kala itu membuat jantung non Evelyn berhenti berdetak dan itu membuat istri anda mengalami serangan jantung yang cukup hebat namun, keajaiban dari mana selang waktu 20 menit jantung putri anda berpacu lagi" jelasnya

Calvin mengerjapkan matanya berkali-kali ia mencerna perkataan yang dilontarkan sekertarisnya itu. Jadi, Evelyn sudah mati kala itu?

"Tidak hanya itu putri anda mengalami kerusakan pada tulang sumsumnya dan istri andalah pendonornya"

Apa nih? kenapa ia tidak mengetahui bahwa Margareth mendonorkan tulang sumsum nya, apa mungkin Margareth sengaja menutupi dari dirinya. Calvin menghela nafas berat tentu saja Margareth akan menutupinya mengingat kelakuannya dulu.

"Tambahan lagi pak, Saya menemukan lokasi Vicky dan kini saya telah menggerakkan sesuai rencana yang pak Calvin minta" lanjut nya dan undur diri meninggalkan Calvin

Yah, Calvin telah menyiapkan rencana dengan matang. Rencananya ialah mengikuti keseharian Vicky lalu baru ia akan mengepungnya dengan bantuan polisi tentunya.

•••••

Bunyi monitor memecahkan suasana hening yang ruang rawat milik gadis yang tengah berjuang antara hidup dan mati.

Sedangkan, diluar ruangan sahabatnya tengah menangis tersedu-sedu, dokter sudah angkat tangan tentang kondisi sang gadis tersebut. Semua ia serahkan kepada Tuhan.

"Jes, udah kalo lo gini terus percuma ga ngaruh juga ke Eve. Mending lo berdoa" tegur Orlando sambil menepuk-nepuk punggung Jeslyn.

Mata zamrud Orlando menatap lekat tubuh Evelyn yang tengah berbaring damai. Ini salahnya andai saat itu Evelyn tidak mendengar percakapannya dengan Daniel via telpon kala itu pasti kini Evelyn masih tertawa disisinya. Namun, ia hanya berandai andai seakan mampu membolak-balikkan waktu.

"Apa kita hubungin keluarga Eve aja?" tanya Jeslyn,

"Buat apa? gue takut Evelyn akan ditertawakan oleh keluarganya terutama Daniel"

"Lo lupa, Daniel beberapa hari lalu sempat nyariin Evelyn kan? bukannya gue belain Daniel tapi menurut gue keluarganya mungkin perlu tau"

Orlando masih tidak ingin keluarga Eve tau keberadaan Evelyn, "Jangan dulu jess, menurut gue Evelyn aja merahasiakan penyakitnya dari keluarganya jadi kemungkinan ia tidak ingin keluarganya tau"

Jeslyn mengangguk mengerti, ia tidak ingin gegabah juga dan salah ambil tindakan.

"Kalian makan dulu gih" Ucap dokter Andi yang sedari tadi terdiam.

"Gak nafsu bang" tolak Jeslyn

"Makan, paksa jes! Orlando antar Jeslyn makan" perintahnya

Dokter andi menghela nafas panjang melihat kepergian kedua sepupunya itu, Ia berjalan masuk ke ruangan Evelyn.

"Hai ve" sapanya

"Tidur terus, enggak capek emang" Dokter andi terkikik geli sambil mendudukkan tubuhnya dikursi.

Tangan besar milik dokter andi mengelus pelan pipi Evelyn yang kian hari makin tirus, "Bangun dong ve, katanya mau nonton bioskop nih"

Dokter menatap lekat tubuh Evelyn, matanya membulat melihat jari jemari tangan Evelyn bergerak pelan dengan cepat ia langsung memencet tombol Nurse call.

"Evelyn bisa dengar suara saya?" ucap dokter Andi sambil membuka pelan kelopak mata Evelyn.

Sekumpulan perawat dan satu dokter menghampiri ruangan yang ditempati Evelyn.

"Bagaimana dokter Andi?" tanya dokter Letta

Belum sempat dokter menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dokter Letta, suara erangan Evelyn terdangar. Dokter Letta yang merupakan dokter yang menangani Evelyn langsung mengecek Evelyn.

"A-ku dima-na?" tanya Evelyn sambil menetap sekililingnya.

"Syukurlah kamu sudah bangun Evelyn. Kamu sekarang berada di rumah sakit" jelas Dokter Letta.

Dokter Letta yang melihat raut bingung diwajahnya Evelyn itu tersenyum, "Untuk lebih jelasnya Evelyn bisa bertanya kepada dokter Andi, kalau begitu saya pamit dulu" ucapnya dan pergi meninggalkan mereka dan diikuti oleh para perawat.

"Eh eh, mau ngapain?" cegat dokter andi kala melihat Evelyn yang ingin mendudukkan tubuhnya

"kamu berbaring dulu, kamu habis siuman dari koma ve"

"Hah? aku koma?"

"Iya, kaamh inget? waktu kamu habis ribut sama Orlando dan kamu jatuh pingsan dan koma" jelasnya

"Oh iya ingat, berapa hari aku koma bang?"

"Hampir dua Minggu, Jeslyn sampe nangis terus lihat kamu enggak bangun-bangun"

Evelyn tertawa kecil, "Jeslyn dimana sekarang?"

"EVELYN" teriak Jeslyn sambil memeluk tubuh Evelyn yang tengah berbaring, "Lo bikin gue cemas" ucapnya

"Gue gapapa kok" ucap Evelyn sambil mengelus punggung Jeslyn, mata coklat milik Evelyn menatap dingin tubuh seseorang, "Ngapain dia disini Jes?" tanya Evelyn

Jeslyn menegapkan tubuh dan beralih menatap Orlando yang tengah menundukkan kepalanya, "Dia yang nolongin lo waktu pingsan di koridor sekolah" jelas Jeslyn

"Oh gitu, thanks ya lo sekarang boleh pulang" usir Evelyn, Orlando hendak melangkahkan kakinya keluar namun, Jeslyn mencegatnya lebih dulu.

"Tidak Evelyn biar gue jelasin, Gue udah tau dari Orlando kalo lo dijadikan taruhan Orlando dan Daniel, kakak lo. Alasannya karena Orlando takut kalau ia menolak taruhan ini akan membahayakan Thalita, karena Daniel sangat mengincar Thalita adik Orlando--"

"Bukan maksud gue belain Orlando, di salah besar sama lo ve, gue waktu tau itu ga habis pikir sama kelakukanya" Jelasnya

Evelyn mengangguk kecil, "oke gue paham jadi sekarang dia boleh pulang"

Jeslyn tau Evelyn pasti sangat kecewa terhadap Orlando, dan ia juga tidak bisa membantu Orlando.

"Lo pulang aja deh" ucap Jeslyn ke Orlando.

"Gue minta maaf Ve" ucap oralando

Evelyn mengalihkan pandangannya ke arah jendela.

Dokter andi yang tau akan situasinya menyeret tangan Jeslyn untuk membiarkan ruang mereka bicara, meluruskan kesalahpahaman ini.

"Jangan sampe kebawa emosi, ingat dia baru bangun" bisik dokter Andi ke Orlando dan berlalu pergi










Evelyn | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang