Semilir angin pagi yang masuk melalui celah-celah jendela yang tidak tertutup dengan rapat, Pria paruh baya dengan kantung mata yang besar itu menatap kosong kearah gorden yang terombang-ambing terkena tiupan angin pagi yang lumayan kencang.
Tok tok tok
ceklek
"Ini mas, aku udah urus semuanya. Kamu beneran gak bisa pertahankan hubungan kita?" ucap seseorang yang mengetuk pintu tersebut
"Tidak Hani, saya rasa lebih baik kita berpisah. Kamu tahu kan saya masih belum bisa berdamai dengan masa lalu saya ditambah saya seorang ayah yang gagal dan suami yang gagal untuk kamu Han"
"Mas Calvin siapa yang akan mengurus kamu nantinya?"
Yah pria paruh baya dengan kantung mata yang besar itu adalah Calvin, penampilannya berubah 180% dengan dirinya yang dulu. Menggunakan pakaian kerja dengan kancing depan terbuka lebar dan kaos putih sebagai dalamannya, rambut acak-acakan dan bau alkohol yang menyengat dari tubuhnya.
Bagaimana tidak setelah kematian Evelyn yang membuatnya sangat amat bersalah atas perilakuannya dulu terhadap Evelyn dan ditambah lagi kematian Daniel, lengkap sudah penderitaannya karena kehilangan dua sosok malaikat kecil yang dititipkan Margareth kepadanya dulu.
"Mas, boleh aku memelukmu untuk sekali lagi?" tanya Hani
Calvin mengalihkan pandangannya menatap Hani, "okay" ucapnya dan berdiri dari posisi duduknya
Hani langsung berhambur kepelukan Calvin, dada bidang ini akan ia rindukan nanti. Hani tidak boleh egois, dirinya memang sangat amat mencintai Calvin tapi ternyata Calvin belum bisa membalasnya. Ini sakit, Calvin itu cinta pertama Hani dan sekarang ia harus merelakan Calvin lagi untuk yang kedua kalinya setelah merelakannya terhadap Margaretha sahabatnya dulu.
"I love you" lirih Hani tepat ditelinga Calvin
Calvin tidak menjawab ia hanya mengelus pelan rambut milik Hani yang wangi strawberry itu. Calvin tau Hani mencintainya tapi ia tidak mungkin menjerat Hani untuk terus disisinya itu akan menyakitinya.
"Saya sudah siapkan satu tiket untukmu pergi ke Boston dan perihal Jinny saya akan pindahkan dia ke sekolah khusus perempuan di California" ucap Calvin
Hani mengangguk, ah ia sampe lupa bagaimana Jinny bergaul yang membuatnya nakal.
Calvin melepaskan pelukan erat dari Hani, "Sudah, terimakasih telah hadir dihidup saya walaupun hanya sebentar."
Hani mengangguk ia mengusap pelan bulir air mata yang menggenang di pelupuk matanya. "Aku pergi dulu mas, jangan sungkan-sungkan kalau ada masalah telfon aku" Ucapnya yang dibalas anggukan oleh Calvin
Calvin menatap nanar pintu ruang kerjanya, kini tinggallah dirinya sendiri, benar benar sendirian tidak mempunyai satu pun keluarga, tidak apa-apa, bagi Calvin ini memang teguran yang keras agar dirinya sadar akan berapa bejadnya ia dulu dan Calvin akan menghadapi ini sendirian ia tidak ingin seseorang menjadi pelampiasannya.
"Pak kita akan landing sebentar lagi ke Milan" ucap sekertaris Calvin dari balik pintu
Yah Calvin memutuskan untuk menjual perusahaannya disini dan mendonasikan uang nya ke rumah sakit, khususnya untuk penderita kanker seperti Evelyn putrinya. Ini salah satu cara Calvin untuk menebus dosanya walaupun hanya 1%
Calvin akan menetap di Milan, membangun rencana baru untuk hidupnya yang berantakan ini.
Ia kemudian keluar dari ruang kerjanya dan menemui sekertarisnya, "Saya ingin merokok masih ada waktu?"
"Ada pak"
Calvin mengangguk ia berjalan menuju rooftop. Baginya tiada hari tanpa menghisap rokok.
Calvin menatap langit yang berwarna biru, hari yang cerah namun tidak baginya setiap hari berganti akan selalu sama yaitu suram dan tidak mempunyai semangat hidup. Calvin sudah pernah melakukan percobaan bunuh diri namun, semuanya gagal dan ia memilih untuk melanjutkan kehidupannya ia tidak akan lagi mengambil tindakan bodoh, Calvin akan menjalankan hidupnya sampai tinggal saatnya ia mati seperti yang diskenariokan Tuhan, ia tidak akan melawan hukum Tuhan.
Calvin menyesap kuat ujung rokok yang tinggal setengah tersebut, matanya menatap kearah lalu lintas di bawahnya. Keringat dingin mulai bermunculan di pelipisnya dengan cepat Calvin mengeluarkan obat yang ada saku celananya, Calvin mengunyah obat tersebut bak permen tidak ada rasa pahit menurutnya ini hambar.
TAMAT
Hello, gimana gimana? sudah puas belum?
KAMU SEDANG MEMBACA
Evelyn | END
Dla nastolatków[Follow dulu, sebelum membaca❤️] [Tahap revisi!] Rank #1 in alone Rank #1 in fiksiremaja Rank #1 in sick Rank #1 in sadromance Rank #1 in bestfriend Rank #1 in tersakiti Rank #5 in brokenhome Rank #5 in penderitaan Rank #6 in sedih Rank #7 in hurt ...