Chapter 21

8.3K 544 1
                                    

Jangan lupa vote dan coment ❣️ jangan jadi pembaca gelap 😊 hargai karya orang 😉
....

Evelyn berjalan dengan cepat, setelah bel pulang berbunyi dia langsung mengemasi buku-bukunya tanpa memperdulikan pertanyaan Jeslyn.

Dirinya menghindari Orlando dan juga harus cepat-cepat pergi ke RS. Mata bulatnya menatap kesana-kemari untuk berjaga-jaga adanya Orlando. Evelyn berhenti sejenak di gerbang sekolah, ia mengatur nafasnya yang memburu sesekali mengusap pelipisnya yang banjir keringat.

"Astaga capek juga ya, ini nih kebiasaan gue kagak suka lari pagi" ucapnya

Bayangkan saja kelasnya ada dilantai tiga dan ia harus berlari sampai gerbang sekolah. Evelyn mengambil botol minumnya, dengan terburu-buru ia meminumnya.

"Evelyn, kenapa Lo lari-lari?" Tanya seseorang.

Evelyn tersedak minumannya sendiri mendengar suara tersebut.

"Eh lo kenapa bisa keselek sih" ucapnya sambil memukul pelan tengkuk Evelyn.

Evelyn mendengus kesal, bagaimana gak keselek coba orang yang sengaja dihindarinya tiba-tiba nongol.

"Ck, gue cabut bye!" Baru tiga langkah ia berjalan, tas gendongannya sudah ditarik oleh Orlando, "Lepasin bego!" Evelyn memukul-mukul tangan Orlando yang sedang memegangi tasnya.

"Kenapa sih lo, marah-marah Mulu?"
7 detik Evelyn terdiam, detik selanjutnya ia langsung berlari kencang menghampiri angkutan umum yang sudah penuh dengan penumpang. Untungnya Orlando sudah melepas cengkraman di tasnya.

"Akhirnya selamat juga" ia tersenyum bangga, "eh..tapi kaya ada yang kurang?" Ia menatap ke jalanan, matanya melotot melihat gerombolan orang yang sedang bersepeda.

"MAMPUS! Sepeda gue ketinggalan" teriaknya tanpa sadar, Evelyn meringis kecil melihat semua arah mata tertuju padanya.

"Gimana bisa ketinggalan sih"lirihnya.

Bego banget sih, ini gimana? Mana bisa puter balik yang ada ia dimarahin belum lagi nanti lalu ketemu Orlando.

"Oke, gak boleh panik bisa diambil nanti setelah beli obat" lirihnya

....

Sesampainya di Rumah sakit, ia langsung berjalan ke ruangan dokter Andi. Evelyn memasangkan earphonenya, sesekali bibirnya bersenandung kecil mengikuti lirik lagu yang dinyanyikan Lee Ji-eun atau yang sering dikenal dengan IU. I Give You My Heart, lagu yang sedang didengarkan oleh Evelyn.

Evelyn mengetuk pelan pintu ruangan dokter Andi, "Masuk" kata seseorang didalamnya, siapa lagi kalau bukan dokter Andi.

"Haloo, Brother" sapa Evelyn,

"Hai Little girl, telat lagi Hem?" Evelyn cengengesan mendengar perkataan dokter Andi.

"Gapapa lah kak, yang penting aku check-up"

Dokter Andi menggelengkan kepalanya mendengar jawaban yang dilontarkannya Evelyn, "Tapi gak kini juga setiap jadwal kamu check-up, pasti telat atau gak ya kadang kamu gak check-up"

"Kakak kaya cenayang deh"

"Aku bukan cenayang tapi memang itu fakta. Kamu mesti belajar lagi deh biar tau apa itu cenayang"

Evelyn mengindikan bahunya acuh, "langsung periksa, masih ada urusan lagi"

Dokter Andi memberikan hasil pemeriksaan medis kepada Evelyn. Ia menatap amplop berwarna putih tersebut dengan pelan ia membukanya.

"Itu hasil pemeriksaan Leb hari ini" kata dokter Andi

Evelyn membaca setiap inci, berulang kali ia membacanya namun, ternyata benar leukimianya sudah stadium akhir.

"Evelyn kamu tidak papa?" Evelyn mengangguk singkat membalas perkataan dokter Andi.

"Jadi penyakit kamu semakin berkembang karena pola makanmu yang tidak teratur dan juga tidak sehat. Apa kamu sering mengonsumsi obat-obatan lain? Dan obat apa yang kamu konsumsi?"

"Yah, obat penenang dan obat tidur"jawabnya singkat

"Astaga Evelyn, obat-obatan lain akan mempercepat proses pertumbuhan sel kanker. Lebih baik kamu berhenti untuk meminum obat itu. Ya saya tau mungkin akan susah tapi kamu harus mencobanya"

"Tidak bisa kak, saya sangat membutuhkan obat itu."

Dokter Andi menghela nafas panjang mendengar perkataan Evelyn, "setidaknya dicoba Eve"

"Tidak bisa kak, aku akan stress kalau tidak mengonsumsinya. Kakak tidak usah mengurusi cara hidupku, kakak urusi saja penyakitku yang ini!"

Evelyn tau itu kalau mengonsumsi obat-obatan akan sangat berbahaya apalagi obat yang ia konsumsi memiliki dosis yang tinggi. Namun, sejak kepergian bundanya ia sering mengonsumsi obat itu tapi dengan dosis yang rendah.

Namun, Ia kembali dikejutkan dengan adanya penyakit lain yang hinggap ditubuhnya dan itu membuatnya sangat tertekan. Tanpa dukungan dari keluarganya ia harus melewatinya sendiri, dan hari itu ia mulai meninggikan dosis obat-obatannya.

"Oke saya paham, inih obat kamu" ucapnya sambil menyerahkan bungkusan plastik putih tersebut.

Evelyn menyerngit heran, "Loh bukannya harus ditebus dulu, kenapa sudah ada di kakak?"

"Saya memberikan gratis untuk kamu"

"Makasih kak, tapi lainkali aku gak mau ngerepotin kakak. Aku pulang dalu ya" Evelyn melenggang pergi dari ruangan dokter Andi.

Ia merogoh tasnya mencari handphonenya yang sedari tadi bergetar tidak jelas. Matanya memicing melihat nama yang tertera di layar handphonenya, Jeslyn.

"Halo Jes, kenapa?"

"Eh lo belum pulang yah, tadi gue waktu selesai eskul lihat sepada Lo diparkiran?"

"Udah cuman tadi buru-buru sampai sepeda gue ketinggalan. Btw lo bawa mobil kan"

"Anjir pe'a nih anak, yah gue bawa mobil"

"Bagus, gue nitip yah sepeda gue taruh di belakang mobil lo. Please banget"

"Emang dasar Maimunah, yah gue bawa sepeda Lo. Besok mau diantar kemana nih sepeda?"

"Nanti gue kerumah Lo, tinggal share lokasi rumah Lo"

"Oke oke gue tutup yah"

Evelyn memasukan handphonenya,ia melirik ke jam tangan tangan biru yang melingkar dipergelangan tangannya.

"Cabut gak cabut gak ya? Ah bodo! cabut aja kerumah Jeslyn lagian masih jam 4 sore kok"

TBC


Evelyn | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang