Chapter 41

13.1K 694 15
                                    

📌 Follow akun ini juga ya guys

Klik '⭐'

•••••••

"Jadi lo menjadikan Evelyn bahan taruhan? you crazy, gue ga nyangka punya sepupu yang benar-benar gila kaya lo" maki Jeslyn

Orlando hanya merenung tidak berani menatap wajah Jeslyn yang benar-benar menakutkan, dirinya tadi ingin memberi kabar tentang penyakit yang dialami Evelyn  ke Jeslyn tapi justru perempuan itu sudah mengetahuinya dan berakhir menanyakan awal mula kenapa Evelyn pingsan dan dengan terpaksa ia memberitahukan semuanya.

"Lo tau kan hubungan Evelyn dengan keluarganya tidak baik, dan Lo dengan brengseknya menjadikannya taruhan dengan Daniel, kakak sulung Evelyn!"

"Itu karena Thalita"

"Thalita juga akan melakukan hal yang sama seperti yang gue lakukan jika dia ada disini" terangnya

Jeslyn menatap jijik kearah Orlando, ia sudah mendambakan bahwa Orlando akan membawa hidup Evelyn yang tadinya hitam putih lebih berwarna namun ia salah besar, Orlando sama saja dengan Daniel.

Dokter Andi yang sedari tadi duduk dan menonton amukan Jeslyn ikut buka suara.

"Evelyn, pasien gue bukan hanya menderita leukimia Evelyn juga menderita Distimia atau yang disebut dengan Persistent Depressive Disorder. Orlando tau? berapa banyak usaha kakak agar Evelyn mau membuka masalah keluarganya, namun sampe sekarang Eve masih menyimpannya" jelas Dokter Andi

Orlando semakin terpojok, ia mengakui perbuatan dirinya salah, sangat salah dan tidak mungkin akan dimaafkan oleh Evelyn.

Mata Orlando menatap bergantian wajah kedua sepupunya itu, "Apa yang harus gue lakuin?" lirihnya

"Minta maaf sama Evelyn, bego" maki Jeslyn

"Kakak setuju dengan perkataan Jeslyn, minta maaf kepada Evelyn dan buat diri Evelyn tidak merasakan bahwa dirinya sama sekali tidak dibutuhkan oleh orang lain" lanjut dokter Andi

Orlando mengangguk, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk Evelyn.

••••••

Brakkk..

Calvin melemparkan berkas ke arah Daniel yang tengah duduk.

"Masalah yang kemarin? Papah tidak bisakah melakukannya sendiri?" tanyanya sambil membuka berkas tersebut

"Dia penyebab bundamu meninggal," sahut Calvin

Daniel menatap kaget sang papah, mukanya merah padam menahan amarah yang ingin membuncah, "Kenapa papah tidak memberitahu sejak dulu? hah"

"Papa baru tahu sekarang, ternyata kematian bundamu juga dikarenakan musuh perusahaan papah" ucapnya

"Kenapa papah tidak mencari tahunya sejak dulu? papah sibuk menyalahkan Evelyn tidak mencari penyebab awal kematian bunda" teriak Daniel tidak terima

Calvin menatap wajah putranya yang dipenuhi kabut kemarahan. Apa yang dikatakan Daniel memang benar adanya ia dulu sibuk menyalahkan Evelyn hingga lupa untuk menyelidiki tentang siapa sopir yang membawa mobil tersebut hingga membuat Margareth meninggal.

"Papah tau? dulu aku kira Evelyn lah penyebab utama kematian bunda ternyata semua ini salah! apa yang aku lakukan dulu hingga sekarang salah. Evelyn juga korban seperti kita" ucap Daniel dengan lesu, pikirannya menerawang ke masa lalu dimana ia ikut serta menyiksa Evelyn sama seperti yang papahnya lakukan.

"Sekarang kita mencari keberadaan bajingan ini lebih dulu, papah meminta bantuan kamu untuk ikut serta mencari Vicky bajingan itu" pinta Calvin

Daniel mengangguk, "Oke, Daniel akan mencari Vicky" ucapnya sambil menatap foto wajah pemuda bernama Vicky tersebut

••••

Jeslyn menatap sendu wajah Evelyn yang pucat, banyak sekali alat bantu yang terpasang ditubuhnya. ia mengelus pelan tangan Evelyn yang tidak ada infusnya

"Ve cepet bangun ya, gue mau ajak lo jalan-jalan. Ayo bangun ve" bisiknya tepat ditelinga Evelyn

Air mata Jeslyn luruh begitu saja, sungguh ia merindukan Evelyn. Mata coklat yang biasanya berbinar terang kini tertutup. Ia takut, takut bunda Evelyn akan datang menjemput anaknya, yang Jeslyn inginkan Evelyn menua bersama dengannya.

Tepukan dari belakang menghentikan Jeslyn yang tengah menangis.

"Lebih baik lo makan gue udah beli makanan"

"Oh yaudah gue titip Eve dulu ya Orlando" pamit Jeslyn dan pergi untuk mengisi perutnya.

Orlando mengangguk dan mendudukkan tubuhnya di kursi yang tadi di duduki Jeslyn.

Ia menghela nafas berat, "Maaf, maafin gue ve" lirih Orlando sambil mengecup pelan tangan Evelyn.

Handphone yang terdapat di saku jaketnya bergetar, Orlando menatap heran kearah layar handphonenya yang tertera nama Daniel. Ia kemudian menatap sebentar wajah Evelyn dan berlalu meninggalkanya.

"Kenapa?" tanya Jeslyn

"Ini" Ucap Orlando sambil menunjukan handphone nya

"Jawab aja, tapi di loud speaker"

Orlando mengangguk menyetujui dan menarik tombol hijau keatas.

"Halo"

"Lo lihat Evelyn ga?" Orlando menatap Jeslyn yang tengah menggelengkan kepalanya.

"Enggak"

"Shit, gue harus cari dia kemana lagi ini"

"Emang kenapa? bukannya lo biasanya ga gini"

"G-gue menyesel atas perbuatan gue, oh ya lo pasti punya lah nomor telpon Evelyn bagi dong"

Jeslyn ingin sekali menggebuk Daniel baru kali ini ia bilang menyesel dulu-dulu kemana aja brey waktu Evelyn butuh sosok keluarga.

"Ya nanti gue bagikan, gue tutup"

Jeslyn mengambil handphone Evelyn yang ada di dalam tas milik Evelyn dengan cepat ia mematikan handphone tersebut. Gunanya agar Daniel atau keluarga Evelyn tidak bisa melacak keberadaan Evelyn melalui nomor ini. Katakanlah bahwa Jeslyn jahat karena menutup-nutupi keberadaan Evelyn namun, ia ingin menghukum Daniel dan papanya Evelyn.

Untung saja Evelyn sempat dipindahkan ke rumah sakit milik keluarga Orlando, dan tentunya Orlando sudah membungkam satu persatu karyawannya agar tidak memberi tahukan jika ada seseorang bernama Evelyn dirawat disini






Evelyn | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang