Happiness | MewGulf
...
Di sini Gulf paham, menghormati kehidupan adalah keutamaan bagi yang masih di berkati untuk hidup.Melakukan jelas sangat sulit dari pada sekedar mengatakan, kan?
Baru kemarin saat bersama Mew, Gulf menyadari bahwa sebuah kehidupan amat sangat berharga dan harus selalu di syukuri, namun di hari berikutnya ia kehilangan semua kesadaran itu.
Semuanya menguap begitu saja.
Amarahnya kembali tak stabil dengan emosi yang terus berubah-ubah—hanya karena kedatangan ayahnya dengan segudang perkataan tak berguna! Ia kembali merasa mendapat tekanan berat.
HARAPAN KELUARGA! HARAPAN KELUARGA!
Kata-kata itu yang selalu terucap dari bibir ayahnya. Perkataan ayahnya yang tak lebih dari sebuah batu besar yang menindih kedua bahunya.
Mengapa pria tua itu tak juga paham bahwa takdirnya tak secemerlang apa yang dia kira! Ia tak sepintar atau secerdas itu untuk di kenal sebagai penerus ayahnya! Dirinya selalu mencoba menjadi yang terbaik namun selalu gagal. Tuan Traipipattanapong adalah hakim besar! Dan Gulf Kanawut selalu takut tak bisa tumbuh seperti apa yang di harapkan.
Ia benci ekspektasi orang-orang!
“Aku tak ingin menjadi hakim ayah ...” tangis Gulf pecah. Ia sudah terang-terangan mengatakan menjadi hakim bukanlah bakat serta keahliannya, namun ayahnya selalu berkeras untuk meluruskan hidupnya pada garis pekerjaan keluarga.
“Aku tak ingin ...”
Semua buku-buku ceritanya di bakar. Sepatu bola, bola basket dan beberapa alat lukis semuanya di bakar paksa! Menyisakan bertumpuk-tumpuk buku tebal penuh tulisan tanpa gambar.
Seharusnya ia masih bisa sedikit waras meskipun hidup tanpa ibu—asal ayahnya bisa menjadi pundak bersandar untuknya. Namun tidak!
“KAU MEMBUNUHKU SECARA PERLAHAN AYAH!”
Di ambang kemarahan seperti ini seharusnya Gulf sudah kehilangan kendali—namun tiba-tiba saja bayangan Mew datang dan meredam emosinya secara tiba-tiba.
Hanya tangis dalam diam yang tersisa. Meresapi kesendirian penuh luka.
“𝓗𝓪𝓹𝓹𝓲𝓷𝓮𝓼𝓼”
Hari ini Mew yang datang lebih dahulu. Namun setelah ia tiba di bangku taman, Gulf malah belum ada di sana. Mungkin ia datang terlalu awal.
Semoga saja Gulf memang mau menemuinya lagi seperti janji lelaki manis itu kemarin. Pasalnya Mew sudah sangat berjuang hanya untuk tiba di bangku taman senja hari ini.
Kedua kakinya mengalami kram lagi sejak semalam. Pendarahan hidung kemarin membuatnya lemas sampai harus menerima injeksi serta harus mengenakan selang infus sampai sore ini.
Tak apa jika Gulf tak datang sore ini. Setidaknya Gulf tak harus melihat keadaan buruknya saat ini. Yeah meskipun Mew sendiri telah menyiapkan beberapa alasan atas keadaannya saat ini.
Kehidupan Gulf sudah sangat rumit, maka Mew ingin sedikit membantu dengan menjadi penguat untuk lelaki berparas manis itu. Penguat tak boleh terlihat lemah—Gulf tak boleh tahu itu. Bukan begitu?
“Hari yang buruk.” Tiba-tiba saja sosok yang tengah Mew tunggu datang begitu saja. Mengutarakan kalimat rotaris dan duduk begitu saja.
“Gulf ...”
“Diam, biarkan aku bernafas,” tukas Gulf sebelum mendadak diam seribu bahasa saat mendapati penampilan Mew yang duduk di atas kursi roda. Jangan lupakan selang infus itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS • This Life's Destiny [MEWGULF] END
FanfictionTidak ada yang salah. Tuhan mempertemukan keduanya di waktu dan tempat yang tepat. _______________ Langsung selesai! Published and Done on Saturday, 18th - December - 2021 🏅2 rank at #depression on 10th - February - 2022 HAPPINESS: MewGulf | short...