𝐇𝐀𝐏𝐏𝐈𝐍𝐄𝐒𝐒 | 00.08 [LAST]

1.8K 146 44
                                    

Happiness | MewGulf

...

Pesakitan terbesar bagi Gulf karena harus berada pada situasi serupa. Dulu, ia harus berpura-pura untuk tetap kuat ketika ibunya sedang sakit keras dan sekarang ia harus kembali melakukannya.

Melihat prosedur medis yang harus di lakukan Mew, melihatnya saja terasa menyakitkan. Melihat bagaimana Mew berjuang membendung teriakan kala isi kepala terasa ingin pecah sepanjang malam.

Mew sempat di nyatakan koma selama satu setengah malam, sebelum kabar baik tentang bangunnya Mew, membuatnya bisa kembali datang dan masuk menemui Mew.

Mew terlihat jauh lebih pucat, kesan pertama yang jelas langsung mencubit ulu hatinya. Ada beberapa bercak darah yang tertinggal di sudut bibir lelaki itu.

Di dalam kamar intensif ini juga masih ada beberapa tenaga medis yang tengah menjalankan tugasnya.

“M-mew.” Gulf duduk begitu saja di atas kursi tepat di samping tempat tidur Mew. “Hai, bisa mendengar suara ku bukan?”

“S-siapa?”

“Aku Gulf. Gulf Kanawut.” Tetap tenang Gulf. Kau hanya harus mencoba menjelaskan. Kanker otak itu bukan hanya menyakiti raga Mew namun juga ingatan lelaki itu.

Mew yang tetap berbaring mengernyit dalam. “G-gulf siapa—Gulf, kau di sini?”

Akhirnya. Gulf mengangguk antusias, mendekap lengan Mew pelan. “Bagaimana keadaan mu?”

“Sakit.” Mew tersenyum kecut. “Seluruh tubuh ku sakit. Tapi tidak apa-apa.”

Tidak apa-apa?

“Sakitnya pasti akan segera hilang.” Gulf mengusap-usap lengan Mew sembari menguatkan diri agar tak kembali menangis. ”Sakit itu pasti akan segera hilang.”

Mendengar Gulf berkata demikian membuat Mew mengulas senyum. “Gulf, bagaimana dengan hari-hari mu. Maaf belum bisa menemani mu seperti biasa.”

“Aku akan segera pulang.” Gulf menjeda ucapannya karena harus menarik nafas dalam agar suaranya tak terdengar parau. “Ayah tak lagi bersikap kasar padaku dan berbicara dengan nada keras. Itu membuat perasaanku sedikit membaik.”

Kebahagiaan yang Mew rasakan sampai tak tergambarkan oleh kata-kata. Doa terbaik untuk Gulf agar selalu bahagia. “Setelah ini jalani hidup dengan baik ya Gulf. Jangan terus merasa sedih.”

“Akan ku lakukan.”

“Setelah ini aku tak bisa mengganggu mu lagi.”

“Aku akan selalu datang ke rumah sakit. Setiap hari,” ucap Gulf yakin. “Aku akan menemani mu. Kita akan sering saling bercerita.”

Mew tersenyum, lagi. Tak mempunyai tenaga yang cukup untuk sekedar mengangkat tangan, hingga ia hanya sanggup pasrah. “Gulf, aku lelah,”.lirih Mew. “Aku berharap bisa tidur tanpa rasa sakit.”

“T-tidurlah, aku akan tetap di sini.”

Mew mengatupkan kedua matanya, namun tak berniat untuk tidur. “Gulf, berat melewati beberapa hari terakhir.” Mew menjeda ucapannya dengan helaan nafas yang terbilang sulit. “Gulf, aku ingin sekedar duduk di bangku taman dan ceritakan suasana senja padaku. Ku harap para dokter sedikit berbaik hati padaku.”

“Saat kau sudah jauh lebih baik, aku berjanji akan mengantar kemanapun kau mau, aku—”

“Gulf.” Mew menyela ucapan si manis dengan lirih serta helaan nafas yang terdengar sesak. “Tak ada yang tau seperti apa hari esok. Aku lelah.”

HAPPINESS • This Life's Destiny [MEWGULF] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang