𝐇𝐀𝐏𝐏𝐈𝐍𝐄𝐒𝐒 | 00.07

789 120 6
                                    

Happiness | MewGulf

...

Kesadaran mulai menyatu sedikit demi sedikit ketika rasa sakit di sekujur tubuh juga ikut menerjang segala indera.

Tubuh terasa berat di segala sisi, begitupun dengan semua sendi serta semua bagian tubuh yang terasa tak lagi dapat di kendalikan.

Mew kembali mengatupkan kedua matanya saat gelap lebih dulu menyapa tepat ketika ia yakin bahwa telah membuka mata. Apa kanker otak ini telah semakin buruk menghancurkan penglihatannya?

Tunggu! Ada di mana ia sekarang?! Terakhir kali yang dirinya ingat, ia merasa amat mengantuk di pundak Gulf sebelum gelap menelan kesadarannya begitu saja.

Lantas sekarang apa yang terjadi?

“Mew? Bisa mendengar suaraku?”

Benar, sesuatu pasti telah terjadi. Mew yang baru saja mendengar pertanyaan yang ia yakini berasal dari seorang madam perawat mengangguk sekali—alat bantu pernafasan ini sangat menggangu. Ia harus mencoba tenang.

“Bagaimana miss?”

“Pendarahan lagi, fungsi beberapa indera di nyatakan positif bermasalah.”

“Jalankan prosedur kedua.”

Mew tetap diam dan menjadi paham saat percakapan antar tenaga medis itu sudah cukup menjelaskan seperti apa keadaannya yang ternyata kian memburuk.

“Mew, tak lelah tidur terus menerus?” Kali ini suara seorang dokter yang menguar di tengah suara-suara banyaknya mesin medis. “Kenapa terus menolak obat-obatan yang ku berikan hm? Kemana Mew yang kuat?”

Bahkan Mew sendiri tak sadar bahwa melakukan itu semua. Mungkin tubuhnya sudah terlalu jengah atas semuanya.

“Padahal kemarin semua persiapan chemotherapy tahap kedua sudah siap, tapi kau malah pingsan lebih dulu.”

“Kemarin ...”

“Kemarin? Seminggu yang lalu kau di temukan tak sadarkan diri di bangunan bangsal soul. Untung seorang pasien kejiwaan bernama Gu .. ah ya Gulf dengan sigap mencari bantuan.”

Tubuh Mew mendadak merasa seperti di sapu sensasi dingin membekukan. Seminggu yang lalu? Apakah itu artinya ia koma sampai selama itu?

Apakah ia membuat Gulf sedih dan menempatkan lelaki itu pada perasaan kekhawatiran?

Maafkan aku Gulf. Penyakit ini memang tak lagi dapat ku kendalikan.

“Ku harap kau mengerti untuk selalu berjuang. Untuk beberapa hari ini mungkin penglihatan mu akan um ... sedikit bermasalah. Namun jangan khawatir Mew, hal itu pasti akan cepat membaik,” tutur dokter itu lagi.

Membaik? Kata itu tak lebih bagaikan harapan palsu yang banyak orang-orang katakan padanya. Namun pada kenyataannya kondisinya terus menjadi buruk. Lantas kapan kata ‘membaik’ itu bisa menjadi nyata? Sepenggal kata itu sudah menumpuk di dalam otaknya dengan arti yang tak jelas.

Pertama kaki, kemudian ingatan serta permasalahan pernafasan ... dan sekarang penglihatannya.

Mew sekedar mengangguk singkat. Bukan hanya dirinya yang telah berjuang, namun para tenaga medis juga.

“Malam nanti beberapa dokter spesialis yang lain berniat memindahkan mu ke intensive room. Ku rasa itu keputusan yang tepat.”

Ketika sudah masuk ke ruangan bersuhu dingin itu, maka katakan selamat tinggal pada kebebasan. Mew cepat-cepat menggeleng. “Tidak apa-apa dokter, biar ku nikmati rasa sakitnya di kamar ini saja. Aku masih ingin bertemu orang-orang. Setidaknya jika waktu ku memang habis di bulan ini, masih ada waktu untuk mengucapkan perpisahan.” Mew memelankan suaranya pada kalimat terakhirnya—sangat pelan.

HAPPINESS • This Life's Destiny [MEWGULF] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang