Adore U : Something

3.1K 257 8
                                    

"Maaf." lirih Seungcheol.

Jeonghan menghela nafasnya ketika Seungcheol terus menerus mengucapkan kata maaf. Mereka sudah hampir 15 menit duduk disini, dan sepertinya bel masuk akan segera berbunyi. Ya, mereka menghabiskan jam istirahat mereka di halaman belakang sekolah yang memiliki hamparan danau yang luas.

Seungcheol yang membawa Jeonghan kesini, padahal biasanya Seungcheol membawa Jeonghan ke bc deep Sky. Semenjak bangun dari komanya, Jeonghan merasakan banyak sekali perubahan dari Seungcheol. Salah satunya dia tak merasakan lagi sisi gila Seungcheol yang terobsesi padanya. Meskipun masih ada sisi posesifnya, tapi Seungcheol tak segila dulu dalam menunjukkan cintanya.

Jeonghan juga mendengar dari Chan bahwa Seungcheol sudah menghapus sebagian besar fotonya di ponsel maupun laptopnya. Kamar yang dulunya berisi keobsesian Seungcheol padanya pun telah direnovasi meskipun Jeonghan belum melihatnya secara langsung.

"Kau terus mengatakan itu sejak kau siuman, bisakah kau berhenti mengatakan itu, Cheol?"

"Tidak." jawab pria itu.

Jeonghan menghela nafas, meskipun Seungcheol sekarang mulai berubah jadi lebih baik, tapi itu masih belum menutup rasa gemetar yang sering menerpa tubuhnya saat berdekatan dengan pria itu.

Seungcheol menggapai tangan Jeonghan yang gemetar, dia tahu tangan itu gemetar karena dirinya.

Seungcheol menyandarkan kepalanya di pundak gadisnya. Rasanya Seungcheol benar-benar seperti anak bebek yang tak lepas dari induknya. Semenjak dia terbangun dan yang dilihatnya pertama kali adalah Jeonghan, Seungcheol rasanya semakin tak bisa lepas dari gadis itu.

Tapi mimpi yang dia alami selama sekarat membuat Seungcheol tersadar. Dalam mimpi itu Seungcheol terus mengejar Jeonghan tapi Jeonghan justru menjauh, tapi ketika Seungcheol menyerah dia bersimpuh lelah Jeonghan justru datang dan memeluknya. Apa itu artinya Seungcheol harus menyerah? Bukan, maksudnya adalah Seungcheol harus berhenti dengan kegilaanya. Jeonghan akan memeluknya ketika Seungcheol berhenti dengan kegilaannya.

Meskipun berada entah dimana, tapi selama koma Seungcheol selalu bisa mendengar suara Jeonghan. Hatinya menghangat dan semangat untuk hidupnya meningkat saat Jeonghan mengatakan cinta untuknya, dan saat Jeonghan memanggilnya sayang.

"Bisakah kau mengulanginya?" pinta Seungcheol asyik menyandar dibahu Jeonghan sambil memainkan tangan kanan gadis itu.

"Apa?" tanya Jeonghan bingung.

"Saat kau mengatakan cinta padaku, dan saat kau memanggilku sayang." jawab Seungcheol membuat pipi Jeonghan memanas.

Astaga, jadi benar jika Seungcheol bisa mendengar suaranya saat dia koma kemarin?

"Katakan lagi, aku ingin mendengarnya lagi secara nyata." pinta Seungcheol lagi.

Seungcheol terkekeh ketika Jeonghan malah terdiam, baiklah dia tak akan memaksa.

"Han. Kau pasti sudah mendengarnya dari Chan maupun orangtuaku. Aku menjalani terapi psikologi akhir-akhir, aku bahkan semakin rutin datang ke psikolog untuk konseling. Dan kau juga harus tahu bahwa aku lakukan itu untukmu." ucap Seungcheol kemudian.

"Aku mencintaimu Jeonghan. Aku menyesal pernah menyakitimu, aku berdosa karena telah membuatmu mengalami gangguan kecemasan. Aku ingin berhenti. Berhenti menjadi gila dan menyakitimu. Aku diberi dua pilihan, tetap dengan obsesiku dan dijauhkan darimu atau aku bisa tetap denganmu asal aku berhenti dan melakukan terapi. Aku pilih melakukan terapi, karena maaf aku tak bisa melepasmu." sambung Seungcheol.

Seungcheol kemudian meraih tangan kiri Jeonghan dan diletakkannya dipipinya, secara alami Jeonghan mengusap lembut pipi itu.

"Kau bilang suka lesung pipiku kan? Mulai sekarang kau akan sering melihatnya, karena aku akan selalu menampilkan senyum lesung pipi untukmu. Tak akan ada lagi tatapan tajam atau seringaian dan smirk untukmu, sayang." ucap Seungcheol menikmati usapan tangan Jeonghan dipipinya.

Adore UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang