Waktu istirahat telah tiba, Jay dan kawan-kawan sekarang tengah berada di kantin. Setelah drama terjadi di kelas mereka karena Jay yang amnesia padahal bukan, mereka─Sunoo, Jake, Taehyun, Doyoung, Yedam dan Jisung─memutuskan untuk memulai lagi berkenalan nama dan status mereka sebagai sahabat Jay.
"Gue masih gak nyangka sih kalau lo amnesia," celetuk Jisung yang sedang memakan nasi goreng pesanannya.
"Sama, gue juga."
Diam-diam mereka semua masih tak menyangka jika Jay akan nelupakan mereka, kalian tidak tau saja kalau Jay itu sudah mati.
Brak!
Tiba-tiba meja yang di tempati Jay di gebrak oleh orang yang tidak bertanggung jawab, orang itu dengan seenaknya duduk di atas meja lalu menarik kerah Jay.
"Si lemah udah sembuh nih, pasti tambah lemah kan ya... hahaha. Bagi duit lo!"
"Siapa lo? Dateng-dateng bikin ribut, minta duit sama gue lagi, gue bukan emak lo ya." Jay menepis tangan lelaki tadi lalu menatapnya tajam.
Lelaki yang tak di kenal Jay namun di kenal seluruh penghuni kantin itu menatap Jay tak percaya.
"Gak usah pura-pura gak kenal deh lo, cepet bagi duit!"
Jay menutup kedua telinganya menggunakan tangan karena orang itu terus berteriak di sampingnya. "Mending lo pergi deh, ganggu tau gak?"
Orang itu menarik kerah Jay lebih kencang, tangannya mengepal menahan emosi karena ucapan Jay yang berani dengannya.
"Lo berani sama gue?"
"Emang lo siapa, hah? Buat apa gue takut, orang sama-sama makan nasi juga."
"Bangsat," desis orang itu.
Bug!
Dengan sekuat tenaga, orang itu memukul pipi Jay hingga membuat sang empunya terjatuh. Jay mendongak menatap remeh orang yang tiba-tiba memukulnya, dengan cepat Jay kembali berdiri dan menyentuh pipi kirinya yang sepertinya lebam karena terkena bogeman mentah tadi.
Jay yang tak terima pun bersiap membalas tonjokan orang itu dengan rasa sakit yang lebih, walaupun gusinya sekarang mulai terasa nyeri. Jay berhasil memukul orang itu lalu menendangnya, menyebabkan orang tersebut jatuh tersungkur menabrak meja.
Semua orang yang menyaksikan perkelahian itu menatap takjub kepada Jay yang tidak selemah dulu, kalau dulu Jay akan diam saja dan menurut, maka kali ini Jay akan melawan.
Perkelahian pun tak tertahankan, Jay dan orang songong itu sama-sama tak mau mengalah sedikit pun sampai seseorang melerai mereka berdua.
"Kalian! Berhenti!" ucap sang ketua OSIS.
Seketika mereka berdua berhenti berkelahi tetapi masih saling melempar tatapan sinis.
"Kalian ikut saya ke ruang BK," setelah mengatakan itu, ketua OSIS langsung berjalan meninggalkan kantin di ikuti Jay dan orang itu.
Sesampainya di ruang BK, mereka di suguhkan dengan ruangan yang sepi, hanya ada satu guru di sana.
"Ada perlu apa kemari, Soobin?" tanya sang guru saat melihat tiga orang memasuki ruang BK.
"Mereka membuat kekacauan di kantin," jelas Soobin si ketua OSIS.
"Benarkah? Terima kasih sudah membawa mereka kesini."
Soobin mengangguk, "Kalau begitu saya permisi."
Sepeninggalnya Soobin dari ruang BK, guru itu langsung menatap Jay dan orang di sebelahnya dengan pandangan yang sulit di artikan.
"Kamu, Hyunjin. Sudah berapa kali kamu keluar masuk ruangan ini? Belum kapok juga dengan semua hukuman yang bapak dan ibu guru berikan?"
"Yaelah bu, saya gak akan kapok kalik. Emang ibu gak kangen sama saya?"
"Diam kamu Hyunjin! Dan kamu, Jay? Ibu gak nyangka kamu bisa masuk ke sini," guru itu menggelengkan kepalanya pelan.
Jay melirik ke arah Hyunjin yang terlihat menunduk lalu melirik guru yang sedang mengomel.
"Kalian ibu hukum untuk hormat bendera selama dua jam," final sang guru lalu mempersilahkan Jay dan Hyunjin untuk keluar dari ruang BK.
✁✁✁
"Semua ini gara-gara lo," celetuk Hyunjin tiba-tiba.
"Apa? Gara-gara gue? Gak salah nih? Siapa tadi yang nonjok pipi gue duluan, hah? Elo ya anjing!" enak saja Hyunjin menyalahkannya, dia kan hanya membela diri.
"Itu karena lo bikin gue emosi," balas Hyunjin tak mau kalah.
"Salahin tuh setan dalem diri lo, siapa suruh emosian."
Hari ini sepertinya hari sial Jay, udah berangkat sekolah di anterin ayahnya, bertemu dengan teman-temannya yang aneh dan sekarang harus menjalankan hukuman karena berkelahi. Baru pertama sekolah menggunakan badan ini saja, badannya sudah sakit semua karena Jay yang dulu tak terbiasa berkelahi. Nasib...nasib...
Hyunjin diam-diam melirik ke arah Jay yang tengah menyeka keringat di dahinya sambil meratapi nasib, dia merasa kalau makhluk di sampingnya ini bukan Jay. Sifatnya sangat berbeda jauh dengan Jay yang ia kenal, apa orang ini kerasukan jin?
Hyunjin menggeleng menghilangkan pikiran ngawurnya, dia kembali menatap bendera merah putih yang tergantung di atas tiang.
Sudah sekitar satu setengah jam mereka berdua menjalankan hukuman yang guru itu berikan, cuaca yang panas seperti memanggang kulit mereka hingga matang.
Keringat bercucuran hingga membuat seragam sedikit basah, mereka harus bersabar sedikit lagi untuk menyelesaikan hukumannya.
Hukuman mereka selesai bertepatan dengan istirahat ke dua, maka dari itu setelah hukuman selesai Jay akan langsung meluncur menuju kantin.
Setelah dua jam berlalu, kini Jay bukan berada di kantin melainkan uks karena paksaan dari teman-temannya. Padahal yang di perlukan Jay sekarang itu makanan bukan obat, berutnya sedari tadi sudah berdemo ini.
Akhh...
Jay menatap tajam Jisung yang sedang mengobati lukanya, berani-beraninya Jisung nenekan luka lebam yang ada di pipinya. Kalau saja dia bukan temannya, sudah Jay tonjok sedari tadi.
"Maaf," ucap Jisung dengan cengirannya.
"Udah-udah! Gue bisa sendiri," Jay merebut kapas yang sudah di beri alkohol dari tangan Jisung lalu menempelkannya pada pipinya.
Sementara Jisung sudah bisa sedikit sabar dengan tingkah Jay walau kadang dia ingin sekali mencincang orang itu, emang ya kalau orang sakit itu nyebelin.
"Kepala lo udah gak pusing lagi?" tanya Yedam sedikit khawatir.
Oh iya, tadi memang kepala Jay terasa pusing karena kepanasan, sebab itu lah dia di bawa paksa ke uks, tapi sekarang sudah mendingan kok.
Jay mengangguk menyebabkan rambutnya ikut bergerak, "Aman."
"Ke kantin sekarang?"
"Gas!"
Jay lantas turun dari ranjang uks dan keluar secepat kilat bersama Sunoo menuju kantin, meninggalkan orang-orang yang meneriaki mereka untuk tidak pergi karena Jay belum selesai di obati.
"Sunoo! Berhenti! Jay belom selesai di obatin!" teriak Yedam dengan suara merdunya.
▪
▪
▪
▪
▪
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My name Jay?
RandomRajaya Ardaffa adalah seorang anak yatim piatu yang hidup sendirian di sebuah kos-kosan murah, ia hidup dengan mengandalkan uang hasil dari balap liarnya. Daffa memiliki kepribadian yang baik, humoris, jail, keras kepala dan sedikit penakut. Tapi k...