Seperti kata Jeffran kemarin, hari ini Jay sudah di izinkan untuk sekolah. Anak itu sudah siap dengan seragam abu-abu putihnya, setelah merasa puas dengan penampilannya, ia memakai sepatu kets berwarna hitam lalu mengambil tasnya yang tergantung di samping meja belajarnya.
Jay beranjak dari duduknya pergi keluar dari kamar, dia berjalan menuruni tangga menuju meja makan untuk sarapan, Jay terus-terusan tersenyum sejak semalam karena terlalu senang.
Sesampainya di meja makan, Jay sudah di sambut dengan sapaan hangat dari Aleena serta Jeffran.
Jeffran melirik ke arah Jay, "Ada apa dengan seragam mu?"
"Memangnya kenapa?" Jay menunduk menatap seragamnya, apa ada yang aneh?
"Lihat lah seragam anak mu, Aleena. Dasi tidak di pakai, baju tidak di masukkan, kancing atas tidak di pasang. Preman dari mana ini?" adu Antonio pada istrinya.
"Ini gaya kekinian, ayah."
Tanpa memperdulikan ucapan Jeffran, Jay langsung mendudukkan dirinya di salah satu kursi lalu menyantap sepiring sandwich yang di buatkan Aleena untunya, serta satu gelas susu. Tunggu, apa? Susu?
Jay menatap susu vanila di depannya lalu menatap kopi milik Jeffran, dia kan juga ingin kopi.
"Bunda, aku ingin kopi."
"Tidak ada kopi untuk mu, minum saja susu itu." Jeffran menunjuk segelas susu milik Jay yang masih terisi penuh.
"Sayang, habiskan susu mu ya?" karena permintaan Aleena, dengan terpaksa Jay meneguk habis susu itu walaupun perutnya terasa kembung dan ingin muntah.
Aleena tersenyum melihat putranya mau menghabiskan susu yang telah ia buat, tangan lentiknya mengelap sedikit sisa susu di ujung bibir Jay dengan tissue yang berada di tengah-tengah meja.
"Mau kemana kamu?" tanya Jeffran ketika Jay hendak pergi dari meja makan.
"Sekolah?" jawab Jay bingung, apa lagi sekarang?
"Ayah antar, kita berangkat dulu ya." Jeffran berpamitan kepada istrinya lalu pergi mendahului Jay.
"Tunggu? Apa? Aku bisa berangkat sendiri."
"Tidak ada bantahan, sekarang masuk mobil." perintah Jeffran mutlak.
Dengan langkah gontai, Jay berjalan menuju mobil hitam yang terparkir di halaman rumah. Masuk dan duduk di kursi penumpang, sementara Jeffran duduk di samping supir.
Di perjalanan, Jay tak henti-hentinya menyumpah serapahi Jeffran yang menurutnya sangat berlebihan. Jika begini, mau di taruh dimana mukanya jika berangkat sekolah saja masih di antar.
Niat awalnya itu mau berangkat sekolah dengan motor dan bergaya keren, eh malah Jay harus berangkat bersama Jeffran yang menyebalkan.
Sesampainya di parkiran sekolahan, Jay langsung buru-buru keluar dari mobil jika saja pintunya tidak di kunci. Jay menepuk jidatnya merutuki kebodohannya yang lupa jika mobil yang ia naiki sekarang memiliki kunci otomatis.
"Ayah, buka pintunya."
Jeffran menatap Jay lewat kaca sepion yang berada di atasnya.
"Jangan melakukan hal-hal yang bisa menguras tenaga, hubungi ayah jika kepalamu pusing dan yang paling penting jangan membuat onar. Ingat itu Nathaniel Jay Cesareo," ucap Jeffran menekan kan nama sang putra yang terlihat tak memperdulikannya berbicara.
Jay hanya memutar bola matanya malas, Jeffran pikir dia itu anak kecil yang selalu berbuat ulah? Helo? Dia itu sudah besar sekarang, sudah pintar menjaga diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My name Jay?
NezařaditelnéRajaya Ardaffa adalah seorang anak yatim piatu yang hidup sendirian di sebuah kos-kosan murah, ia hidup dengan mengandalkan uang hasil dari balap liarnya. Daffa memiliki kepribadian yang baik, humoris, jail, keras kepala dan sedikit penakut. Tapi k...