- first.

377 33 0
                                    

"Oy, Kang Taehyun."

"Hm."

"Bioskop yok. Ada film baru. Aktornya favorit ku."

"Belajar, Choi Beomgyu. Mr. Lee akan adakan ujian seminggu lagi."

Beomgyu memutar bola matanya malas. Ia menatap luar jendela mobil, mengalihkan perhatiannya dari ponselnya yang menampilkan jadwal bioskop terbaru.

"Kamu mungkin bagus dalam bela diri, tapi kalau soal ujian, payah kan?"

Hembusan napas kesal dapat Taehyun dengar dari Beomgyu yang ada di sampinya.

"Gak usah diperjelas." ketusnya.

Taehyun hanya mengendikkan bahunya dan tetap terfokus pada ipadnya yang terlihat jelas materi-materi yang bisa membuat Beomgyu muntah. All rounder seperti Taehyun tidak akan pernah paham.

Jika Beomgyu terlahir sebagai anak ber-IQ tinggi seperti Taehyun, mungkin memang lebih baik. Jika ia tidak ditelantarkan ayah dan ibunya, dan tidak diadopsi oleh seorang pria yang dicopetnya dulu kecil, mungkin memang lebih baik.

Terlalu banyak jika yang ingin Beomgyu utarakan. Ia ingin komplain macam-macam pada semesta yang hobi mempermainkan hidupnya.

Tapi yah, hidupnya yang sekarang, meski sedikit berat, ia senang juga. Setidaknya bakatnya dalam bela diri dan menyusun taktik-ajaran teman teman premannya dulu kecil-singkat padat jitu, berguna. Bahkan orang seperti Taehyun mengakuinya.

"Kalau nilai ku A, kau akan pergi menonton dengan ku?"

Taehyun terkekeh. Kawannya itu tidak ada menyerahnya. "Sure, why not? Sekalian ajak aku keliling Seoul. Aku sudah lama sekali tidak melihat-lihat ibu kota ini. Sepertinya bertahun-tahun di Canada, sudah seperti satu abad di South Korea. Banyak yang berubah."

Beomgyu mengangguk setuju. Tidak salah, perkembangan negara dengan ekonomi yang sangat tinggi, memang beda level.

"Ingat, hanya kalau nilai mu berhasil A. Jika itu B+, tidak akan ku toleransi." lanjut Taehyun yang kembali membuat Beomgyu menghela napas kesal.

><=><=><=><=><

Brak

"Ey, culun nih? Maba?"

"Ragu deh. Kayaknya mahasiswa pertukaran. Lihat tuh, kacamatanya bulet gitu. Pasti anak ambis."

"Heh, gitu. Cih. Watch your way, nerd. Kau nyaris menumpahkan kopi pada bajuku."

Soobin memejamkan matanya menahan kesal. Jika ia bisa, ingin sekali ia menghabisi kedua mahasiswa tidak tau diri yang di depannya.

Dengan sabar, ia mengambil kembali tasnya yang jatuh dan berdiri. Heol, he even taller than these bastards.

"Hey, ada apa dengan tatapan mu? Meremehkan kami?" nyalang salah satu dari mereka saat melihat tatapan meremehkan Soobin.

Well, Soobin agak sengaja memancing emosi dua mahasiswa di depannya sih. Ingin tau seberapa kuat tinju mereka sebelum Soobin memutuskan menghajar mereka atau tidak.

Sayang sekali, sebelum tinju salah seorang dari mereka mendarat di tulang pipi Soobin, suara seseorang menginstrupsi mereka.

"Oy! Kalian ngapain! Masih pagi, lho!"

Seseorang berambut hitam mullet dengan style casualnya berteriak dan berjalan mendekati Soobin dan dua orang tadi. Well, entah siap yang tadi berteriak, kedua orang tadi langsung menghela napas dan melenggang pergi. Terlihat tidak ingin terlibat apapun pada laki-laki tadi.

•Mission• [𝑐.𝑠𝑏//𝑐.𝑏𝑔] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang