9. Kakak Ipar

633 29 2
                                    

Draco duduk di salah satu kursi bar sambil menopang dagu dengan tangannya. Menatap malas para orang-orang yang sedang berdansa santai. Blaise dan Theo yang habis membawa wine langsung menghampiri dan duduk di sebelahnya.

"Ayolah mate, kau butuh berapa wanita malam ini?" tanya Blaise.

"Dua, tiga, atau lima?" Theo menimpali dengan diiringi kekehan pelan.

"Ayolah, yang berambut pirang banyak."

Draco menghela napas perlahan. "Aku hanya butuh 1 wanita dan bukan berambut pirang," ucap Draco geram.

"Lupakan saja Granger, Draco. Mungkin dia sudah bahagia dengan Wood."

"Kau tidak bisa memaksanya, Draco!" sahut Blaise.

"Aku tidak memaksanya! Aku hanya ... menunggunya," bisik Draco pelan.

"Menunggu untuk apa Draco? Dia sudah menjadi milik Wood!"

"Arghh ... terserah!" Draco berteriak penuh emosi lalu pergi begitu saja. Dia langsung ber-apparate ke apartemennya.

"Kau sudah pulang, mau teh?" tanya Hermione yang menyambut kedatangan Oliver.

Oliver tersenyum lalu mengecup kening Hermione. "Boleh, jika tidak merepotkan," jawabnya terkekeh.

Hermione mencerutkan bibirnya membuat Oliver semakin gemas pada tingkah Istrinya.

"Tentu saja tidak! Kau kan suamiku. Duduklah dan tunggu sebentar, aku akan membuatkannya."

"Baiklah cantik," balas Oliver.

Hermione pun segera pergi ke dapur.

Mungkin orang-orang bertanya bagaimana pahlawan perang itu bisa menikah dengan kapten quidditch itu. Namun beberapa orang tidak terlalu heran dengan hubungan mereka. Bahkan sejak Hermione baru menginjak tahun ke-dua di Hogwarts, Oliver sudah terang-terangan mendekati Hermione. Menyuruh Harry mengajak Hermione saat latihan bahkan pertandingan, menyelinap ke perpustakaan saat melihat Hermione di sana, bahkan dia mengajak Hermione belajar bersama walaupun tahun mereka berbeda cukup jauh.

Namun setelah lulus dari hogwarts, Oliver sibuk dengan pekerjaannya di timnas Quidditch, membuatnya tidak bisa bertemu dengan Hermione. Oliver tidak bisa mengirim surat untuk mengajaknya bertemu, karena dia merasa bahwa hubungan mereka tidak sedekat itu, mungkin belum saatnya.

Hermione sempat menjalin hubungan sesaat dengan Cedric di tahun ke empat, dan dengan Ron di tahun ke tujuh sampai tahun delapan. Namun semenjak lulus dari Hogwarts mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dan lebih fokus pada pekerjaan mereka, tetapi mereka masih menjalin pertemanan dengan sangat baik sampai sekarang.

Empat tahun kemudian, Oliver memutuskan untuk kembali mendekati Hermione. Butuh usaha dan kerja keras saat Oliver mendekatinya, karena gadis itu berbeda dari kebanyakan gadis lainnya. Ia bahkan lebih suka saat Oliver memberinya sekotak pizza daripada buket bunga.

Saat berjalan kembali ke kamarnya, Hermione tidak tahu kenapa tiba-tiba kakinya tersandung dan membuat tubuhnya serta secangkir teh yang ia bawa terjatuh. Bunyi pecahan gelas yang sangat nyaring membuat Oliver terkejut dan segera keluar untuk melihatnya.

"Hermione! Kau tidak apa-apa?" tanya Oliver khawatir.

Hermione menggeleng pelan. "Aku tidak tahu kenapa, tapi tiba-tiba kakiku tersandung."

Hermione segera bangkit dan dibantu oleh Oliver. "Maaf, aku akan membereskannya dulu, akan kubuatkan lagi sebentar," lanjutnya.

Tapi sebelum Hermione melangkah Oliver segera menahan tangannya. Dia menarik tangan Hermione, mengajaknya duduk di sofa. "Kau kenapa? Kalau ada masalah tolong ceritakan padaku."

Dramione OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang