"Lucius," bisik Narcissa.
"Ada apa?"
"Aku khawatir pada Draco, sudah beberapa hari dia tidak pulang."
"Mungkin dia menginap di kantor, kau tau sendiri kalau anak itu gila kerja."
"Apa Draco akan sadar kalau dia telah menghamili Miss Granger? Apa kita melakukan sesuatu yang benar?"
"Aku tidak tahu," jawab Lucius asal.
"Ahh, harusnya aku tanya saja langsung apa dia berhubungan dengan Miss Granger. Menyesal aku mengikuti caramu, Lucius. Buktinya sampai sekarang Draco tidak pulang dan tidak ada kabar."
Lucius memutar bola matanya. "Anak itu tidak akan mengaku."
Ya. Mereka sudah tahu jika Hermione Granger sedang mengandung cucu mereka. Dan tuntutan mereka pada Draco untuk mencari calon istri juga hanya akal-akalan mereka saja.
Saat itu Lucius sedang mencari sebuah barang di ruangan pohon keluarga, dan dia sangat terkejut di saat tidak sengaja menemukan nama Hermione Granger di sana dengan ada sebuah ranting pohon tengah-tengah nama Draco dan nama dia. Itu artinya Hermione tengah hamil anak Draco. Walaupun mereka tidak menikah namanya akan tetap muncul. Lucius segera memberitahu istrinya.
Sementara itu, Draco justru sedang berkunjung ke Nott Manor karena Theo dan Pansy mengirim dia pesan beberapa hari yang lalu.
"Ada apa?" tanya Draco tidak ingin basa-basi.
"Santai dulu, mate."
"Ada info menarik yang akan membuatmu sangat ... sangat terkejut," ucap Pansy semakin membuat Draco penasaran.
"Apa?" desak Draco.
"Kau dan aku akan menjadi seorang Ayah, sebentar lagi," ucap Theo.
"Kau hamil, Pans?"
"Ya, dan kau juga menghamili seorang wanita, bodoh."
Draco bingung tapi dia memikirkan siapa wanita yang dia hamili.
"Granger?"
"Kau sudah tahu?"
"Tidak, aku tidak tahu makanya aku bertanya apa itu Granger?"
"Iya, dan dia sudah pergi ke muggle London."
"Kalian tahu di mana tempat tinggalnya? Aku harus bertemu dengan dia."
Theo menggedikkan bahu. "Pansy yang tahu alamat rumahnya."
Pansy menyeringai layaknya Slytherin pada umumnya. "Tapi ini tidak gratis. Kurasa anakku ingin hadiah dari pamannya," ucap Pansy sambil mengelus perutnya yang masih rata.
Draco memutarkan kedua bola matanya. "Tiket untuk liburan ke Paris untuk kalian berdua, semuanya aku yang bayar."
•
Draco sudah sampai di alamat rumah Hermione sekarang. Perasaan dia juga campur aduk, senang, bahagia, tetapi juga tegang dan khawatir dalam sesaat.
Dia mengetuk pelan pintu rumahnya itu. Rumahnya sangat sederhana.
"Tunggu sebentar," sahutan Hermione membuat jantung Draco berdetak lebih kencang.
Tidak lama kemudian pintu itu terbuka, Hermione melihat Draco dengan sangat terkejut.
"Malfoy," ucapnya pelan.
"Kenapa kau tidak memberitahu, Granger?"
Hermione menutup matanya dan menghela napas pelan. "Ini pasti ulah Pansy," batinnya.
"Aku takut kau tidak akan percaya. Tapi tidak apa-apa aku tidak akan meminta pertanggung jawaban. Lupakanlah karena aku juga akan melupakannya, biar aku yang akan mengurus anak ini sendirian."
Bukannya tersinggung, Draco justru malah menyeringai. "Kau pikir aku sepecundang dan sebrengsek itu."
Draco lalu menarik tangan Hermione membawanya ke dalam pelukan hangat. Hermione terkejut tetapi membalas pelukannya.
"Apa Pansy yang memberitahumu?"
Draco tersenyum. "Kau bercerita pada orang yang salah. Kau harus meminta sesuatu darinya, dia memerasku untuk memberikan alamat rumahmu."
•
"Apa kau nyaman di sini? Rumah ini sangat kecil, kenapa tidak menyewa tempat lain?"
Hermione menatap tajam ke arah Draco yang kini tengah berbaring di kasurnya.
"Diamlah Malfoy, aku tidak sekaya dirimu."
"Berapa usia kandunganmu?"
"Tentu saja 2 bulan, kau tidak ingat kapan kita melakukannya?" Sepertinya Hermione tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan barusan.
Draco menyeringai lebar, "Oh, jadi kau ingin aku mengingatnya? Tentu saja aku ingat yang terjadi saat itu, Granger. Aku ingat semuanya, dari mulai ... Mmphh .... " Ucapan Draco terhenti karena Hermione tiba-tiba menyumpal mulutnya dengan selimut yang ada di kasur.
"Mulutmu memang tidak bisa disaring, Malfoy."
"Lagi pula mungkin kau yang tidak ingat, kau kan mabuk saat itu. Aku si masih sadar sepenuhnya," lanjut Draco.
"Diamlah, Malfoy," teriak Hermione sambil melemparkan bantal ke arah muka Draco.
"Ughh, kenapa singa yang satu ini selalu ganas."
"Singa tidak pernah takut pada ular, kau ingat?"
"Hmm ... Iya ... Iyalah, terserah kau saja," ucap Draco menyerah karena selalu kalah beradu mulut dengan Putri Gryffindor itu.
"Mau sampai kapan kau di sini terus, pulanglah anak manja orang tuamu pasti mencarimu."
"Kau mengusir calon suamimu?"
Hermione seketika langsung tertegun ketika Draco mengucapkan kalimat itu.
"Lagipula, aku memang sudah beberapa hari tidak pulang ke manor, itu karena orang tuaku terus terusan menyuruhku menikah."
"Orang tuamu menjodohkanmu?" tanya Hermione pelan. Dia sudah tahu kalau keluarga Malfoy sangat menjungjung tinggi status darah, yang di mana tidak heran jika mereka mengadakan perjodohan.
"Mereka tidak menjodohkanku, mereka hanya menyuruhku menikah dia wanita yang aku inginkan. Mereka tidak peduli lagi dengan status darah, bahkan muggle sekalipun mereka tidak peduli lagi asalkan aku cepat menikah tahun ini. Jika tidak, maka aku tidak akan mendapatkan warisan."
"Dan aku akan pulang jika kau sudah siap bertemu mereka," jelas Draco.
"Kau serius Malfoy?"
"Apa aku terlihat sedang bercanda?"
•
"Theo ...," teriak Pansy yang membuat Theo langsung terbangun dari tidurnya.
"Apa?"
Pansy memberika sebuah surat ralat ternyata undangan pernikahan dari Draco dan Hermione.
"Finally," ucap mereka bersama.
•••
•
•
•Maaf udah ngilang ya:(
Thanks for read guys.
Please give me vote and comment for next. Thanks.
Love💚
WS
12 Juli 2023