Hermione berjalan dengan tergesa-gesa menyusuri lorong tanpa memperdulikan pemuda pirang yang mengikuti dan terus meneriakkan namanya. Untung saja lorong ini sepi, jadi tidak ada murid lain yang melihatnya bersama si musang tampan itu.
"Granger." Akhirnya Draco berhasil mengejar gadisnya dan langsung mencekal tangannya.
"Apa?!" teriak Hermione. Draco sampai menutup telinga, saking kerasnya teriakan sang Putri Gryffindor. Benar-benar seperti singa yang mengaum.
"Sial, keras sekali, Granger. Untung tidak ada orang lain di sini."
"Memangnya kenapa kalau ada orang lain? Kau takut mereka tahu bahwa Pangeran Slytherin berpacaran dengan gadis lumpur?" Hermione justru malah semakin emosi mendengar Draco berkata seperti itu.
"Kau cemburu." Itu bukanlah sebuah pertanyaan melainkan pernyataan yang Draco asumsikan sendiri setelah gadisnya melihat dia dicium oleh gadis lain di depan umum setelah pertandingan Quidditch berakhir. Ya, walaupun hanya di pipi, tetap saja membuat Hermione terbakar oleh rasa cemburu.
"Kau jauh-jauh mengejarku hanya untuk mengatakan itu, Malfoy?"
Draco malah tersenyum, bukan lebih tepatnya menyeringai. "Kau cemburu pada Astoria," ucap Draco sambil menyentuh dagu pacarnya. Namun langsung ditepis oleh Hermione.
"Jangan menyentuhku."
Draco kembali terkekeh. "Jadi seperti ini ketika seorang Putri Gryffindor cemburu. Kau merasa seperti singa yang mengamuk, Granger? Di mataku kau justru terlihat seperti anak kucing yang menggemaskan."
Namun Hermione tidak menghiraukan ucapan Draco. "Sebaiknya kau kembali bersama timmu untuk merayakan kemenangan kalian."
"Hm ... tapi aku ingin merayakannya dengan gadisku. Kau tidak ingin memberikan hadiah atas kemenanganku, sayang?"
"Tidak! Minta saja pada Astoriamu itu," ucap Hermione sambil melangkah pergi meninggalkan kekasihnya.
Draco hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah gemas Hermione.
°
"Mione," panggil Ginny.
"Ya." Hermione menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari buku tebal yang sedari tadi ia baca.
"Kau ada hubungan apa dengan Malfoy?" tanya Ginny berbisik karena takut terdengar oleh yang lain.
Sontak Hermione membulatkan kedua matanya mendengar pertanyaan yang mengejutkan itu dari sahabatnya.
"Maksudmu?" Hermione malah balik bertanya dan berusaha bersikap setenang mungkin.
"Aku melihat kalian berdua di lorong tadi."
"Bukannya kau tau sendiri dia sering mengejekku?"
"Tapi tatapannya berbeda saat tadi. Aku bahkan melihatnya tersenyum padamu. Kau tau bukankah itu moment yang langka bila seorang Malfoy tersenyum manis."
"Manis katamu? Dia hanya tersenyum mengejek. Sudahlah, Gin, kau hanya salah paham."
Karena kesal Hermione langsung pergi ke kamarnya dengan muka cemberut.
"Kenapa dengan Hermione?" tanya Ron yang baru menghampiri Ginny setelah menyelesaikan permainan catur sihirnya bersama Dean. Harry ikut menghampiri mereka.
"Kurasa dia jatuh cinta," ucap Ginny pelan.
"Jatuh cinta?! Dengan siapa?" teriak Ron dan Harry berbarengan dan sontak membuat anak lain melihat ke arah mereka.
"Pelankan suara kalian bodoh! Kalian tidak perlu tau, ini urusan perempuan."
Ginny melangkah pergi menyusul Hermione ke kamar. Sementara Ron dan Harry hanya memutarkan bola mata.
°
"Granger," panggilan itu tidak membuat Hermione menghentikan langkahnya menuju ke Great Hall untuk sarapan bersama yang lain. Namun Draco mampu menyusulnya dan menghentikan langkah Hermione.
"Apa?" tanya Hermione.
"Jangan marah-marah, sayang. Ini masih pagi."
"Cepat katakan yang kau mau atau kita akan terlambat untuk sarapan."
"Aku mau kita masuk ke Great Hall bareng sambil bergandengan tangan," ucap Draco enteng.
"Kau gila!"
"Tidak."
"Ck, kau sendiri yang meminta untuk menyembunyikan hubungan ini sampai kita lulus."
"Memang. Tapi aku ingin mempublikasikan hubungan kita hari ini."
"Tidak, aku tidak mau," tolak Hermione.
"Kenapa?"
"Lebih baik kita seperti ini sampai kita lulus."
"Kau yakin?" tanya Draco memastikan.
"Ya, sangat yakin."
"Baiklah."
Draco menggandeng Hermione membawanya ke sebuah kelas kosong.
"Malfoy, kita mau ke mana."
"Aku mau minta hadiah atas kemenanganku kemarin."
"Malfoy, kita akan terlambat."
"Biarkan saja," ucap Draco tak mempedulikan ucapan Hermione.
Setelahnya dia langsung mengunci ruangan itu. Dan langsung mencium Hermione tiba-tiba.
"Malfoy mph ...."
Tangannya tak tinggal diam, dengan gerakan cepat membuka dasi dan kancing-kancing seragam Hermione.
"Aku menagih hadiahku."
"Jangan sekarang, Malfoy."
"Tapi aku ingin sekarang!"
Hermione memang pernah menantang Draco, jika Draco berhasil memenangkan pertandingan Quidditch, dia mau melakukan sex bersamanya.
"Jangan sekarang, aku belum siap."
"Baiklah-baiklah."
Draco merapihkan kembali seragam Hermione memggunakan sihir, dan dia sengaja menukar dasi Slytherin yang dipakainya dengan dasi Gryffindor milik Hermione. Namun Hermione tak menyadari hal itu.
"Kau pergi duluan, aku akan menyusul."
Hermione hanya mengangguk dan pergi meninggalkan Draco.
Sesampainya di Great Hall, Hermione segera menghampiri kursi kosong di sebelah Ron.
"Maaf, aku sedikit terlambat. Perutku sakit tadi," ucapnya kemudian duduk di kursi itu.
Sementara Ginny yang duduk di seberangnya hanya tersenyum melihat ada yang salah dengan dasi Hermione.
"Kau tidak apa-apa, Mione .... Bloody hell, ada apa dengan dasimu, Mione?" teriak Harry.
Ron yang sedari tadi sibuk dengan makanannya seketika langsung tersedak ketika melihat dasi yang dipakai Hermione.
"A ... aku bisa jelaskan."
Namun ucapannya terhenti saat pintu Great Hall terbuka dan menampilkan sosok pangeran Slytherin yang memakai dasi Gryffindor. Semua orang memandangnya dengan terkejut termasuk para Profesor. Kini hubungan mereka terbongkar sudah.
•••
•
•
•Maaf baru update lagi :'(
Thanks for read guys.
Please give me vote and comment for next. Thanks.
Love💚
WS
19 November 2023